berasa manis. Gula dalam tubuh akan dimetabolisme menjadi suatu energi atau kalori. Jika penderita kegemukan mengkonsumsi makanan atau
minuman manis maka akan menghasilkan energi atau kalori yang sangat banyak. Jika energi atau kalori ini tidak digunakan maka akan disimpan di
dalam tubuh dalam bentuk cadangan makanan yang biasanya berupa lemak. Kemudian jika konsumsi gula sudah dicukupi oleh zat lain maka
energi sisa atau kalori sisa juga akan tetap disimpan dalam bentuk lemak. Maka dari itu, untuk tetap bisa menikmati rasa manis penderita
kegemukan sebaiknya mengkonsumsi makanan atau minuman dengan gula pengganti yaitu berupa pemanis buatan
2. penyalut obat, beberapa obat mempunyai rasa yang tidak enak, karena itu
untuk menutupi rasa yang tidak enak dari obat tersebut biasanya dibuat obat yang bersalut dengan tambahan pemanis buatan. Pemanis buatan
lebih sering digunakan untuk penyalut obat karena umumnya bersifat higroskopis dan tidak menggumpal
3. pencegah kerusakan gigi, karena pemanis sintetis memiliki rasa manis
yang lebih tinggi dari pemanis alami sehingga pemakaian pemanis sintetis lebih sedikit dari pemanis alami. Dengan jumlah pemanis sintetis yang
digunakan lebih sedikit maka tidak merusak gigi 4.
bahan tambahan pemanis utama dalam industri makanan atau minuman karena harganya yang relatif lebih murah dan mudah didapat Cahyadi,
2006 ; Lestari, 2011.
2.3 Siklamat
Siklamat pertama kali ditemukan oleh Michael Sveda pada tahun 1937, siklamat biasanya terdapat dalam bentuk garam natrium. Penggunaan siklamat
pada awalnya hanya ditujukan untuk industri obat, yaitu untuk menutupi rasa pahit dari zat aktif obat. Siklamat ditambahkan dalam makanan dan minuman
sejak tahun 1950 dan mulai dikenal secara luas sebagai bahan tambahan makanan. Nama lain dari siklamat adalah natrium sikloheksilsulfamat atau natrium siklamat.
Siklamat lebih dikenal dengan nama assugrin atau sucaryl Cahyadi, 2006. Siklamat bersifat mudah larut dalam air dengan intensitas 30 kali
kemanisan sukrosa. Garam siklamat Natrium siklamat akan mengering pada suhu 105ÂșC. Memiliki rumus molekul C
6
H
11
NHSO
3
Na. Berbentuk hablur putih tidak berbau, bersifat tahan terhadap panas sehingga sering digunakan dalam
pangan yang proses pengolahannya menggunakan suhu tinggi seperti makanan kalengan. Berbeda dengan sakarin yang memiliki rasa manis dengan rasa pahit,
siklamat hanya berasa manis tanpa adanya rasa pahit Cahyadi, 2006. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722MenkesPerIX88,
kadar maksimum siklamat adalah 3 gkg berat badan, sedangkan menurut World Health Organization WHO batas konsumsi harian siklamat yang aman adalah
11 mgkg berat badan. Pemanis ini hanya diperbolehkan pada pangan rendah kalori dan pangan tanpa penambahan gula, penggunaan siklamat pada makanan
dan minuman kemasan harus mencantumkan komposisi Sulami, 2009. Pemanfaatan siklamat sebagai pemanis ditujukan kepada seseorang yang
memiliki kadar kolesterol tinggi, sehingga siklamat dapat menjadi suatu zat
pemanis yang rendah kalori. Di dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh masyarakat luas, penggunaan siklamat harus dalam kadar yang sesuai,
sehingga penggunaan siklamat harus dibatasi karena jika berlebih dapat menganggu kesehatan. Diantaranya dapat menimbulkan sakit kepala, kehilangan
daya ingat, iritasi, alergi, kebotakan dan kanker. Campuran siklamat akan menimbulkan gangguan kesehatan karena hasil metabolisme siklamat yang
disebut sikloheksilamin bersifat memicu terbentuknya kanker sehingga ekskresi pembuangan melalui urin dapat merangsang pertumbuhan tumor dan mampu
menyebabkan atropi yaitu pengecilan testikular dan kerusakan kromosom. Pengkonsumsian siklamat dalam dosis yang lebih akan mengakibatkan kanker
kandung kemih. Bahaya kesehatan ini tidak berlangsung seketika tetapi bisa muncul bertahun-tahun setelah mengkonsumsi makanan tersebut yang disebut
dengan efek jangka panjang penggunaan siklamat Lestari, 2011 ; Yuliarti, 2007. Senyawa sikloheksilamin yang merupakan senyawa hasil metabolisme
siklamat tidak bisa dicerna oleh tubuh. Senyawa ini akan mengendap di dalam tubuh dan memicu berbagai kerusakan Lestari, 2011.