Rencana Analisis Data POLA KEMITRAAN ANTARA ASOSIASI PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN RAKYAT INDONESIA (APIKRI) DENGAN PENGRAJIN MITRA DI KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA

2. Untuk mengetahui manfaat dan kendala kemitraan dianalisis secara deskripsi dengan melihat pelaksanaan atau realisasi pola kemitraan. Dimana manfaat dan kendala kemitraan yang akan dianalisis dilihat dari pihak pengrajin. 3. Untuk mengetahui persepsi pengrajin terhadap pola kemitraan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis skor. Persepsi pengrajin terhadap pola kemitraan dilihat dari 7 indikator yaitu kontrak kerjasama, modal pinjaman, hak dan kewajiban, bimbingan teknis, penentuan harga beli, waktu pembayaran dan jaminan pasar. Sebelum mengukur persepsi pengrajin terhadap pola kemkitraan, terlebih dahulu mengukur kategori peritem dengan skor maksimal 4 dan skor minimal 1 dengan perhitungan sebagai berikut: � � �� = � � � − � � � = − = = , Tabel 2. Kategori Persepsi Pengrajin Terhadap Pola Kemitraan Pada Masing-masing Item Kategori Kisaran Skor Tidak baik Kurang baik Baik Sangat Baik 1 – 1,75 1,76 – 2,50 2,51 – 3,25 3,26 – 4 Setelah diketahui skor dari masing-masing item perlu dihitung juga persepsi pengrajin terhadap pola kemitraan secara keseluruhan dengan skor maksimal 28 dan skor minimal 7 dengan perhitungan sebagai berikut: � � �� = � � � − � � � = − = = , Tabel 3. Kategori Persepsi Pengrajin Terhadap Pola Kemitraan Secara Keseluruhan Kategori Kisaran Skor Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik 7,00 – 12,25 12,26 – 17,51 17,52 – 22,77 22,78 – 28,00 4. Untuk mengetahui persepsi pengrajin terhadap tercapainya tujuan kemitraan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis skor. Persepsi pengrajin terhadap tingkat keberhasilan kemitraan dilihat dari 5 indikator yaitu capacity building untuk produsen, fasilitas pasar, dukungan finansial, konservasi lingkungan, dan advokasi SME. Sebelum mengukur persepsi pengrajin terhadap tercapainya tujuan kemitraan, terlebih dahulu mengukur kategori peritem dengan skor maksimal 4 dan skor minimal 1 dengan perhitungan sebagai berikut: � � �� = � � � − � � � = − = = , Tabel 4. Kategori Persepsi Pengrajin Terhadap Tingkat Keberhasilan Kemitraan Pada Masing-masing Item Kategori Kisaran Skor Tidak baik Kurang baik Baik Sangat Baik 1 – 1,75 1,76 – 2,50 2,51 – 3,25 3,26 – 4 Persepsi pengrajin terhadap capacity building untuk produsen. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur persepsi pengrajin terhadap capacity building untuk produsen adalah 4 item yaitu pengembangan produk desain berdasarkan kualitas, pengembangan produk desain berdasarkan kuantitas, pengembangan keterampilan pemasaran, dan fasilitas teknologi tepat guna dengan skor maksimal 16 dan skor minimal 4. Untuk mengetahui persepsi pengrajin terhadap capacity building untuk produsen, setelah data dikumpulkan kemudian data tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori dan dihitung dengan perhitungan interval, dengan rumus sebagai berikut: � � �� = � � � − � � � = − = = Tabel 5. Kategori Persepsi Terhadap Capacity Building Untuk Produsen Kategori Kisaran Skor Tidak baik 4,0 – 7,0 Kurang baik 7,1 – 10,0 Baik 10,1 – 13,0 Sangat Baik 13,1 – 16,0 Persepsi pengrajin terhadap fasilitas pasar. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur persepsi pengrajin terhadap fasilitas pasar adalah 3 item yaitu informasi pasar, percobaan pasar, dan temu usaha dengan skor maksimal 12 dan skor minimal 3. Untuk mengetahui persepsi pengrajin terhadap fasilitas pasar, setelah data dikumpulkan kemudian data tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori dan dihitung dengan perhitungan interval, dengan rumus sebagai berikut: � � �� = � � � − � � � = − = = , Tabel 6. Kategori Persepsi Terhadap Fasilitas Pasar Kategori Kisaran Skor Tidak baik 3 – 5,25 Kurang baik 5,26 – 7,51 Baik 7,52 – 9,77 Sangat Baik 9,78 – 12 Persepsi pengrajin terhadap dukungan finansial. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur persepsi pengrajin terhadap dukungan finansial adalah 2 item yaitu bantuan modal kerja, dan jaminan pada lembaga keuangan dengan skor maksimal 8 dan skor minimal 2. Untuk mengetahui persepsi pengrajin terhadap dukungan finansial, setelah data dikumpulkan kemudian data tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori dan dihitung dengan perhitungan interval, dengan rumus sebagai berikut: � � �� = � � � − � � � = − = = , Tabel 7. Kategori Persepsi Terhadap Dukungan Finansial Kategori Kisaran Skor Tidak baik 2,0 – 3,5 Kurang baik 3,6 – 5,1 Baik 5,2 – 6,7 Sangat Baik 6,8 – 8,0 Persepsi pengrajin terhadap konservasi lingkungan. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur persepsi pengrajin terhadap konservasi lingkungan adalah 2 item yaitu re-planting penanaman pohon kembali, dan pengelolaan sampah dengan skor maksimal 8 dan skor minimal 2. Untuk mengetahui persepsi pengrajin terhadap konservasi lingkungan, setelah data dikumpulkan kemudian data tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori dan dihitung dengan perhitungan interval, dengan rumus sebagai berikut: � � �� = � � � − � � � = − = = , Tabel 8. Kategori Persepsi Terhadap Konservasi Lingkungan Kategori Kisaran Skor Tidak baik 2,0 – 3,5 Kurang baik 3,6 – 5,1 Baik 5,2 – 6,7 Sangat Baik 6,8 – 8,0 Persepsi pengrajin terhadap advokasi SME. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur persepsi pengrajin terhadap advokasi SME adalah 2 item yaitu promosi fair trade, dan promosi penyelamatan hutan dengan skor maksimal 8 dan skor minimal 2. Untuk mengetahui persepsi pengrajin terhadap advokasi SME, setelah data dikumpulkan kemudian data tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori dan dihitung dengan perhitungan interval, dengan rumus sebagai berikut: � � �� = � � � − � � � = − = = , Tabel 9. Kategori Persepsi Terhadap Advokasi SME Kategori Kisaran Skor Tidak baik 2,0 – 3,5 Kurang baik 3,6 – 5,1 Baik 5,2 – 6,7 Sangat Baik 6,8 – 8,0 Setelah diketahui skor dari masing-masing item perlu dihitung juga persepsi pengrajin terhadap tercapainya tujuan kemitraan secara keseluruhan dengan skor maksimal 52 dan skor minimal 13 dengan perhitungan sebagai berikut: � � �� = � � � − � � � = − = = , Tabel 10. Kategori Persepsi Pengrajin Terhadap Tercapainya Tujuan Kemitraan Secara Keseluruhan Kategori Kisaran Skor Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik 13,00 – 22,75 22,76 – 32,51 32,52 – 42,27 42,28 – 52,00 37 IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL

A. Letak Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dari 5 kabupatenkota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY yang terletak di Pulau Jawa. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara astronomi wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07º4404 - 08º0027 Lintang Selatan dan 110º1234 - 110º3108 Bujur Timur. Kabupaten Bantul secara administratif memiliki batas-batas wilayah, bagian utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan bagian selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.

B. Luas Wilayah Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul memiliki luas keseluruhan seluas 508,85 km² dan merupakan 15,91 dari seluruh luas wilayah Propinsi DIY. Secara umum Kabupaten Bantul mempunyai topografi datar hingga berombak dengan ketinggian 0-500 m dpl. Secara garis besar berdasarkan keadaan topografinya, Kabupaten Bantul dibagi menjadi empat bagian, yaitu wilayah barat terdiri dari 6 Kecamatan, wiayah tengah 2 Kecamatan, wilayah selatan 2 Kecamatan, dan wilayah timur 7 Kecamatan. Wilayah bagian Barat merupakan daerah landai dan daerah berpasir yang terdiri dari kecamatan Kasihan, Sedayu, Pajangan, Srandakan, Sanden dan Pandak. Wilayah bagian tengah merupakan dataran rendah yang terdiri dari Kecamatan Bantul dan Sewon, Wilayah Selatan yang merupakan landai yang terdiri dari Kecamatan Kretek dan Bambanglipuro, dan bagian timur yang merupakan daerah perbukitan yang terdiri dari Kecamatan Banguntapan, Dlingo, Imogiri, Piyungan, Jetis, Pleret, dan Pundong. Dalam pembagian wilayah di Kabupaten Bantul untuk setiap potensi yang dimiliki berbeda-beda seperti di wilayah bagian barat lebih di dominasi oleh Industri Kerajinan, sedangkan wilayah tengah di dominasi oleh industri pangan, wilayah selatan masih dominasi oleh industri pangan, dan wilayah bagian timur didominasi oleh industri sandang.

C. Kependudukan Kabupaten Bantul

Data kependudukan Kabupaten Bantul dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan usia, tingkat pendidikan, dan mata pencarian yang dapat dilihat sebagai berikut. a. Jenis Kelamin dan Usia Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan usia digunakan untuk mengetahui seberapa banyak jumlah penduduk pria dan wanita berdasarkan usia. Usia pengrajin juga biasanya dapat menentukan produktifitasnya. Semakin matang usia pengrajin, maka cenderung semakin produktif. Hal ini dikarenakan tenaga yang masih relatif kuat dibandingkan dengan pengrajin yang berusia tua. Usia dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu usia muda 0 – 14 tahun, usia matang 15 – 54 tahun, dan usia tua 54 tahun. Data jumlah pengrajin menurut jenis kelamin dan usia dapat dilihat pada tabel berikut.