Persepsi Pengrajin Mitra Terhadap Dukungan Finansial

pengrajin. Hal tersebut dapat dilihat dari total jumah responden bahwa dari 26 orang pengrajin, sebanyak 42,3 atau sekitar 11 orang mengatakan bahwa bantuan modal kerja yang disediakan APIKRI kurang membantu. Hal tersebut dikarenakan pembayaran diawal yang dilakukan APIKRI saat pemesanan yaitu sebesar 50, sudah sangat cukup untuk melakukan produksi. Selain itu, pihak APIKRI juga langsung melakukan pelunasan apabila barang yang dipesan sudah selesai. Selain itu tidak semua pengrajin merasakan bantuan modal tersebut. Sebagai pengusaha pengrajin, mereka juga pastinya memiliki simpanan modal tersendiri untuk cadangan apabila ada pesanan. Disini pihak APIKRI juga pasti memiliki keterbatasan untuk memenuhi semua keinginan pengrajin, sehingga mungkin hanya sebagian pengrajin yang merasakan bantuan tersebut. b. Persepsi Pengrajin Mitra Terhadap Jaminan Pada Lembaga Keuangan Jaminan pada lembaga keuangan merupakan kesediaan APIKRI dalam menjamin peminjaman modal kepada pihak lain apabila APIKRI tidak mampu membatu pengrajin dalam menyediakan modal. Persepsi pengrajin terhadap jaminan pada lembaga keuangan dilihat dari apakah APIKRI bersedia dalam menjamin peminjaman modal kepada pihak lain. Berikut adalah distribusi frekuensi perolehan skor untuk persepsi pengrajin terhadap jaminan pada lembaga keuangan. Tabel 21. Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Persepsi Pengrajin Mitra Terhadap Jaminan Pada Lembaga Keuangan Skor Kategori Skor Jumlah Pengrajin Persentase Total Skor Rata-rata Skor 1 Tidak Bersedia 2 Kurang Bersedia 10 38,5 20 0,77 3 Bersedia 13 50,0 39 1,50 4 Sangat Bersedia 3 11,5 12 0,46 Total 26 100 71 2,73 Keterangan: Bersedia Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa menurut pengrajin, kesediaan APIKRI dalam menjamin peminjaman modal kepada pihak lain termasuk dalam kategori bersedia. Hal tersebut dapat dilihat dari total jumah responden bahwa dari 26 orang pengrajin, sebanyak 50 atau sekitar 13 orang mengatakan bahwa APIKRI bersedia menjamin peminjaman modal kepada pihak lain. Hal tersebut dikarenakan pihak APIKRI takut apabila pengrajin kekurangan modal untuk produksi, namun APIKRI tidak sanggup untuk menyediakan. Sehingga APIKRI menjalin hubungan kepada beberapa pihak yang dapat dapat membantu menyediakan modal. Namun fasilitas tersebut jarang dimanfaatkan oleh pengrajin, karena dengan sistem yang diterapkan APIKRI dalam transaksi pemesanan sudah sangat membantu pengrajin untuk melakukan proses produksi. disini sebagian pengrajin sudah tidak memerlukan bantuan lagi untuk penyediaan modal, sehingga pengrajin hanya berharap program difokuskan untuk masalah pemasaran saja. Karena pemasanan yang semakin menurun membuat pengrajin khawatir untuk keberlangsungan penjualan kedepannya.

4. Persepsi Pengrajin Mitra Terhadap Konservasi Lingkungan

Konservasi lingkungan bertujuan agar bahan baku yang digunakan dan berasal dari alam tidak merusak alam itu sendiri. Sehingga perlu dilakukan perbaikan seperti jika bahan baku berupa kayu perlu dilakukan re-planting atau penanaman pohon kembali. Konservasi lingkungan meliputi re-planting penanaman pohon kembali dan pengolahan sampah. a. Persepsi Pengrajin Mitra Terhadap Re-planting Penanaman Pohon Kembali Re-planting penanaman pohon kembali merupakan sosialisasi APIKRI terhadap pengrajin guna menjaga kelestarian alam. Persepsi pengrajin terhadap re- planting dilihat dari apakah menurut pengrajin program tersebut berguna bagi pengrajin. Berikut adalah distribusi frekuensi perolehan skor untuk persepsi pengrajin terhadap re-planting penanaman pohon kembali. Tabel 22. Distribusi Frekuensi Peolehan Skor Persepsi Pengrajin Mitra Terhadap Re-planting Penanaman Pohon Kembali Skor Kategori Skor Jumlah Pengrajin Persentase Total Skor Rata-rata Skor 1 Tidak Berguna 7 26,9 7 0,27 2 Kurang Berguna 14 53,8 28 1,08 3 Berguna 4 15,4 12 0,46 4 Sangat Berguna 1 3,9 4 0,15 Total 26 100 51 1,96 Keterangan: Kurang Berguna Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa menurut pengrajin, program APIKRI mengenai re-planting termasuk dalam kategori kurang berguna. Hal tersebut dapat dilihat dari total jumah responden bahwa dari 26 orang pengrajin, sebanyak 53,8 atau sekitar 14 orang mengatakan bahwa program APIKRI mengenai re-planting kurang bermanfaat bagi pengrajin. Hal tersebut dikarenakan tidak semua pengrajin menggunakan bahan dasar yang berasal langsung dari alam. Bahkan sebagian besar pengrajin menggunakan bahan limbah sebagai bahan baku untuk membuat produk kerajinan, seperti tempurung, biji karet, limbah kayu dan lain-lain. Bahkan karena tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut, pengrajin tidak tahu lagi apakah program tersebut masih dilakukan atau tidak. Sehingga beberapa pengrajin tidak begitu