Kerangka Pemikiran POLA KEMITRAAN ANTARA ASOSIASI PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN RAKYAT INDONESIA (APIKRI) DENGAN PENGRAJIN MITRA DI KABUPATEN BANTUL, YOGYAKARTA

harus diperhatikan tanggapan pengrajin apakah kebutuhan mereka sudah terpenuhi dan masalah mereka telah terpecahkan. Untuk itu, perlu dilihat persepsi pengrajin terhadap pola kemitraan tersebut. Apakah isi dari pola kemitraan sudah dirasa baik oleh pengrajin yang bekerjasama dengan APIKRI. Terjalinnya kerjasama antara APIKRI dengan pengrajin di Kabupaten Bantul juga memiliki tujuan tersendiri seperti capacity building untuk produsen, fasilitas pasar, dukungan finansial, konservasi lingkungan, dan advokasi SME. Dari tujuan tersebut juga akan dilihat persepsi pengrajin terhadap tercapainya tujuan kemitraan, apakah tujuan yang diinginkan didalam kerjasama sudah terpenuhi dengan baik atau belum. Sehingga dapat menjadi bahan evaluasi untuk keberlanjutan kerjasama yang telah terjalin. Disamping itu, kerjasama yang terjalin antara kedua belah pihak juga memiliki kendala dan manfaat tersendiri. Kendala dan manfaat tersebut akan dilihat dari apa yang dirasakan pengrajin atas kemitraan yang selama ini dilakukan. Sehingga dengan diketahui kendala dan manfaat yang terjadi, dapat menjadi bahan perbaikan untuk keberlanjutan kerjasama. Bagan 1. Bagan Kerangka Pemikiran Kendala Profil APIKRI Profil Pengrajin Pola Kemitraan Kontrak kerjasama, modal pinjaman, hak dan kewajiban, bimbingan teknis, penentuan harga beli, waktu pembayaran, dan jaminan pasar Tujuan kemitraan  Capacity building untuk produsen  Fasilitas pasar  Dukungan financial  Konservasi lingkungan  Advokasi SME Persepsi Pengrajin Terhadap Pola Kemitraan Persepsi Pengrajin Terhadap Tercapainya Tujuan Kemitraan Manfaat 18 III. METODE PENELITIAN

A. Metode Pengambilan Data

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu wilayah di Kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul dipilih sebagai wilayah penelitian karena sebagian besar pengrajin di kabupaten tersebut telah menjalin kerjasama dengan APIKRI sudah sejak awal berdirinya APIKRI. Tabel 1. Jumlah Pengrajin Mitra APIKRI No KabupatenKota Jumlah Pengrajin 1 KotaYogyakarta 19 2 Kabupaten Bantul 26 3 Kabupaten Sleman 8 4 Kabupaten Gunungkidul 13 5 Kabupaten Kulonprogo 4 Jumlah 77 Sumber: Arsip APIKRI Seluruh pengrajin di Kabupaten Bantul yang bekerjasama dengan APIKRI seluruhnya dijadikan responden dalam penelitian ini metode sensus yaitu sebanyak 26 pengrajin. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari pengrajin yang menjadi responden melalui metode wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan wawancara. Adapun data yang diambil meliputi profil pengrajin seperti usia, pendidikan, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, dan pengalaman usaha. Selain itu, terkait dengan kedala dan manfaat yang dirasakan oleh pengrajin dan APIKRI terhadap program kemitraan. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sebelumnya, baik dari APIKRI, pengrajin, dan instansi-instansi yang terkait. Data-data yang diambil dari APIKRI meliputi profil seperti sejarah berdirinya, visi dan misi, jumlah anggota, struktur organisasi, prestasi dan kegiatan APIKRI dengan cara dokumentasi dari data yang sudah tersedia. Selain itu data mengenai pengrajin yang ada di Kabupaten Bantul di ambil dari Badan Pusat Statistika BPS Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Pembatasan Masalah

Pengrajin yang diteliti adalah pengrajin yang sedang bermitra pada saat penelitian berlangsung yang menurut data APIKRI yaitu sebanyak 26 orang pengrajin kerajinan yang berhubungan dengan agribisnis tanpa membedakan waktu atau kapan pengrajin mulai bermitra.

C. Defenisi Operasional Variabel

1. Profil pengrajin merupakan gambaran tentang seseorang dimana disini adalah gambaran dari orang yang bermitra dengan yayasan Asosiasi Pengembangan Kerajinan Rakyat Indonesia APIKRI dan yang berada di Kabupaten Bantul. Masing-masing pengrajin akan dilihat profil berdasarkan beberapa karakteristik yaitu usia, tingkat pendidikan, lama usaha kerajinan, dan lama bermitra. 2. Usia merupakan rentang umur pengrajin yang akan diukur dalam satuan tahun. 3. Tingkat pendidikan merupakan pencapaian pendidikan pengrajin yang akan diukur dengan tingkatan tidak sekolah, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.