harus diperhatikan tanggapan pengrajin apakah kebutuhan mereka sudah terpenuhi dan masalah mereka telah terpecahkan. Untuk itu, perlu dilihat persepsi pengrajin
terhadap pola kemitraan tersebut. Apakah isi dari pola kemitraan sudah dirasa baik oleh pengrajin yang bekerjasama dengan APIKRI.
Terjalinnya kerjasama antara APIKRI dengan pengrajin di Kabupaten Bantul juga memiliki tujuan tersendiri seperti capacity building untuk produsen, fasilitas pasar,
dukungan finansial, konservasi lingkungan, dan advokasi SME. Dari tujuan tersebut juga akan dilihat persepsi pengrajin terhadap tercapainya tujuan kemitraan,
apakah tujuan yang diinginkan didalam kerjasama sudah terpenuhi dengan baik atau belum. Sehingga dapat menjadi bahan evaluasi untuk keberlanjutan kerjasama
yang telah terjalin. Disamping itu, kerjasama yang terjalin antara kedua belah pihak juga memiliki kendala dan manfaat tersendiri. Kendala dan manfaat tersebut akan
dilihat dari apa yang dirasakan pengrajin atas kemitraan yang selama ini dilakukan. Sehingga dengan diketahui kendala dan manfaat yang terjadi, dapat menjadi bahan
perbaikan untuk keberlanjutan kerjasama.
Bagan 1. Bagan Kerangka Pemikiran Kendala
Profil APIKRI Profil Pengrajin
Pola Kemitraan Kontrak
kerjasama, modal
pinjaman, hak dan kewajiban, bimbingan teknis, penentuan harga
beli, waktu
pembayaran, dan
jaminan pasar Tujuan kemitraan
Capacity building untuk produsen
Fasilitas pasar Dukungan financial
Konservasi lingkungan Advokasi SME
Persepsi Pengrajin Terhadap Pola Kemitraan
Persepsi Pengrajin Terhadap Tercapainya Tujuan Kemitraan
Manfaat
18 III.
METODE PENELITIAN
A. Metode Pengambilan Data
Lokasi penelitian ditentukan secara purposive yaitu wilayah di Kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul dipilih sebagai wilayah penelitian karena sebagian besar
pengrajin di kabupaten tersebut telah menjalin kerjasama dengan APIKRI sudah sejak awal berdirinya APIKRI.
Tabel 1. Jumlah Pengrajin Mitra APIKRI No
KabupatenKota Jumlah Pengrajin
1 KotaYogyakarta
19 2
Kabupaten Bantul 26
3 Kabupaten Sleman
8 4
Kabupaten Gunungkidul 13
5 Kabupaten Kulonprogo
4
Jumlah 77
Sumber: Arsip APIKRI Seluruh pengrajin di Kabupaten Bantul yang bekerjasama dengan APIKRI
seluruhnya dijadikan responden dalam penelitian ini metode sensus yaitu sebanyak 26 pengrajin.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari pengrajin yang menjadi responden melalui
metode wawancara secara langsung dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan wawancara. Adapun data yang diambil meliputi profil pengrajin seperti
usia, pendidikan, pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, dan pengalaman usaha. Selain itu, terkait dengan kedala dan manfaat yang dirasakan oleh pengrajin dan
APIKRI terhadap program kemitraan.
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sebelumnya, baik dari APIKRI, pengrajin, dan instansi-instansi yang terkait. Data-data yang diambil dari
APIKRI meliputi profil seperti sejarah berdirinya, visi dan misi, jumlah anggota, struktur organisasi, prestasi dan kegiatan APIKRI dengan cara dokumentasi dari
data yang sudah tersedia. Selain itu data mengenai pengrajin yang ada di Kabupaten Bantul di ambil dari Badan Pusat Statistika BPS Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Pembatasan Masalah
Pengrajin yang diteliti adalah pengrajin yang sedang bermitra pada saat penelitian berlangsung yang menurut data APIKRI yaitu sebanyak 26 orang
pengrajin kerajinan yang berhubungan dengan agribisnis tanpa membedakan waktu atau kapan pengrajin mulai bermitra.
C. Defenisi Operasional Variabel
1. Profil pengrajin merupakan gambaran tentang seseorang dimana disini adalah
gambaran dari orang yang bermitra dengan yayasan Asosiasi Pengembangan Kerajinan Rakyat Indonesia APIKRI dan yang berada di Kabupaten Bantul.
Masing-masing pengrajin akan dilihat profil berdasarkan beberapa karakteristik yaitu usia, tingkat pendidikan, lama usaha kerajinan, dan lama
bermitra. 2.
Usia merupakan rentang umur pengrajin yang akan diukur dalam satuan tahun.
3. Tingkat pendidikan merupakan pencapaian pendidikan pengrajin yang akan
diukur dengan tingkatan tidak sekolah, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.