kerusakan miokardium yang terjadi. Sedangkan STEMI terjadi bila disrupsi plak dan thrombosis menyebabkan oklusi total sehingga terjadi
iskemia transmural dan nekrosis Myrtha, 2012.
2.5 Faktor Resiko Sindroma Koroner Akut
Berdasarkan buku kardiologi oleh Bender 2006, diketahui bahwa faktor risiko seseorang untuk menderita SKA ditentukan melalui interaksi
dua atau lebih faktor risiko antara lain: faktor yang tidak dapat dikendalikan nonmodifiable factors dan faktor yang dapat dikendalikan
modifiable factors. Faktor yang dapat dikendalikan, yaitu: merokok, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes mellitus, stress, makanan tinggi
lemak, dan kurang fisik. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikendalikan, yaitu: usia, jenis kelamin, sukuras, dan riwayat penyakit keluarga
Furqan, 2013.
2.5.1 Faktor Resiko Mayor 2.5.1.1 Hipertensi
Hipertensi pada koroner jantung biasanya disebabkan meningkatnya tekanan darah dan mempercepat timbulnya aterosklerosis.
Peningkatan tekanan darah menyebabkan beban jantung menjadi berat, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri faktor miokard pada
akhirnya menyebabkan angina dan infark miokardium. Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya hipertensi. Peningkatan tekanan darah
yang menetap, menurut Anwar 2004, akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner faktor koroner. Hal ini menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner dan miokard infark
lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibandingkan orang normal dalam penggunaan oksigen oleh miokardium Furqan, 2013.
2.5.1.2 Hiperlipidemia
Universitas Sumatera Utara
Hiperlipidemia meningkatkan konsentrasi lemak dalam darah. Secara klinis, hiperlipidemia merupakan akumulasi berlebih salah satu
lemak utama dalam darah sebagai kelainan metabolisme ataupun kelainan transportasi lemak. Pada buku Hurst’s dijelaskan bahwa kolesterol
merupakan prasyarat terjadi penyakit koroner pada jantung. Kolesterol akan berakumulasi di lapisan intima dan media pembuluh arteri koroner.
Jika hal tersebut terus berlangsung, akan membentuk plak sehingga pembuluh arteri coroner yang mengalami inflamasi atau terjadi
penumpukan lemak akan mengalami aterosklerosis Fuster et al, 2010. Hiperlipidemia juga disebabkan karena abnormalnya lipoprotein dalam
darah. Hal ini disebabkan karena meningkatnya LDL kolesterol dan menurunnya HDL kolesterol Kumar, 2009.
Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dapat mengindikasikan adanya faktor resiko untuk aterosklerosis. Kadar
kolesterol di atas 180 mgdL pada orang berusia 30 tahun atau kurang, atau di atas 200 mgdL untuk berusia lebih dari 30 tahun. Bila kadar
kolesterol di atas 200 mgdL merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner. Hiperkolesterolemia berkaitan erat dengan proses
aterosklerosis pada usia 30-49 tahun, bila kadar kolesterol mencapai 260 mgdL, kemungkinan terjadinya klinis aterosklerosis 3-5 kali
dibandingkan dengan kadar kolesterol 220 mgdL. Di bawah usia 50 tahun, hiperkolesterolemia mengungguli faktor resiko hipertensi, obesitas
dan faktor Furqan, 2013.
2.5.1.3 Merokok
Merokok dapat mengubah metabolisme, khususnya dengan meningkatnya kadar kolersterol darah dan di samping itu dapat
menurunkan HDL. Tingginya kadar kolesterol darah mempunyai pengaruh yang besar terhadap terjadinya penyakit jantung koroner
Furqan, 2013.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Framingham dalam Anwar 2004, mendapatkan kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner pada laki-laki
perokok 10x lebih besar dari pada bukan perokok dan pada perempuan perokok 4,5x lebih daripada bukan perokok. Hal ini disebabkan
meningkatnya beban miokard yang dipicu oleh katekolamin dan menurunnya komsumsi O2 akibat inhalasi CO sehingga menimbulkan
takikardi, vasokonstriksi pembuluh darah, mengubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 Hb menjadi karboksi -Hb.
Semakin sering menghisap rokok akan menyebabkan kadar HDL kolesterol makin menurun. Penurunan kadar HDL kolesterol pada
perempuan lebih besar dibandingkan laki–laki perokok. Efek merokok ini akan berdampak langsung pada peningkatan tingkat diabetes disertai
obesitas dan hipertensi, sehingga orang yang merokok cenderung lebih mudah terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan perokok
Furqan, 2013. Merokok juga dapat mengubah konsentrasi serum lemak, terjadi
peningkatan peroksidasi LDL lalu dimetabolisme oleh makrofag, gangguan intoleransi glukosa dan resistensi insulin sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah. Jika frekuensi dan intensitas merokok meningkat, maka kecenderungan terjadi kerusakan pembuluh darah lebih
tinggi sehingga lebih mudah terjadi aterosklerosis Furqan, 2013.
2.5.1.4 Diabetes Mellitus