Pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja

(1)

i

PADA REMAJA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

AFIFAH

NIM : 207070000127

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh : AFIFAH NIM : 207070000127

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing 1 Pembimbing II

Drs.Rachmat Mulyono, M.Si, Psi. Gazi, M.Si

NIP: 196502201999031003 NIP: 197112142007011014

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

iii

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 November 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 23 November 2011 Sidang Munaqasyah

Dekan/Ketua Pembantu Dekan/Sekretaris

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130885522 NIP.195612231983032001

Anggota :

Miftahuddin, M.Si Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi

NIP. 197303172006041001 NIP.196502201999031003

Gazi, M.Si


(4)

iv

Nama : Afifah

NIM : 207070000127

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh dukungan orang tua terhadap Orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada Remaja” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 2 Oktober 2011

Afifah

NIM : 207070000127


(5)

v

!

!

!

!

!!!!

!!

!

!

!

!!


(6)

vi (B) 2011

(C) Afifah

(D) Pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada Remaja.

(E) 75 halaman

(F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat. jumlah sampel sebanyak 140 sisiwa yang diambil dengan cluster sampling. Teknik pengolaan dan analisa data yang diambil dengan analisa statistic dengan menggunakan software SPSS 17. Dan menggunakan multiple regression untuk pengujian hipotesis penelitian.

Jumlah item valid dalam skala orientasi masa depan sebanyak 30 item, sedangkan jumlah item valid dalam skala dukungan orang tua sebanyak 32 item. Dalam pengujian hipotesis didapat nilai R square (R2) sebesar 0,239. Hal ini berarti bahwa 23,9% variabel orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja dapat dijelaskan oleh variasi dari ke 8 variabel yaitu, dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan jaringan, jenis kelamin, sosioekonomi, dan usia. Berdasarkan proporsi varian masing-masing independent variabel, hanya variabel dukungan jaringan yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi para orang tua agar mengambil peran yang besar dalam memberikan dukungan kepada remaja, dan juga diharapkan orang tua bisa memposisikan diri sebagai teman dan rekan diskusi yang baik bagi remaja. Untuk remaja agar lebih menggali dan mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai pekerjaan yang diinginkan oleh remaja dimasa depan, terutama kepada orang yang lebih berpengalaman.


(7)

vii

Alhamdulillahirobbilalamin. Rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada Remaja”. Salawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan indahnya hidup di bawah naungan Islam.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jahja Umar, Ph.D. Berkat bimbingan, arahan, nasihat dan cerita-cerita beliau mengenai hal-hal yang baru bagi penulis, membuat penulis termotivasi untuk terus belajar dan berjuang. 2. Pembimbing Skripsi Bapak, Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi, serta Gazi,

M.Si, atas segala bimbingan, saran, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Para dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan ilmu kepada penulis.

4. Para staf akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan penuh kerelaan dan kesabaran mau berbagi informasi akademik.

5. Kepala Sekolah SMA dan SMK DUA MEI Yayat Ruhiyat, S.Pd, beserta Drs.E.Kosasih, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam melakukan penelitian di Yayasan Pendidikan Dua Mei.

6. Seluruh Siswa-siswi SMK dan SMA di Yayasan Pendidikan Dua Mei, yang telah memberikan bantuan serta kemudahan kepada penulis dalam melakukan penelitian di Yayasan Pendidkan dua Mei.

7. Yang paling penulis hormati dan kasihi setelah Allah dan Rasul-Nya, Ayahku, H. Abdullatif, Ibuku tercinta Hj. Nasiyah, kakaku tersayang nida, naïf, anti, aan, wasih, dan nurul, serta seluruh keluarga besarku yang tak pernah putus memberikan dorongan, doa, cinta dan kasih sayang yang tulus kepada penulis. 8. Sahabat-sahabat terbaiku dikosan pintu kuning yang berubah menjadi PKW

yaitu: ferandut, dyni, utet, maya, angis, tirta, serta teman2 green 2007 ugi, yati, atun, ela, atas hari-hari yang telah kita lalui baik dalam keadaan senang maupun sedih serta kebersamaan kita yang tidak akan pernah penulis lupakan.


(8)

viii skripsi penulis.

10. Semua teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang di berikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini memberi manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pihak yang terkait.

Jakarta, 2 Oktober 2011 Penulis


(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

PERSEMBAHAN... v

ABSTRAKSI ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 8

1.2.1 Pembatasan Masalah ... 8

1.2.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 10

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 10

1.3.2.1 Manfaat Teoritis ... 10

1.3.2.2 Manfaat Praktis ... 10


(10)

x

2.1.2 Remaja dan orientasi masa depan ... 14

2.1.3 Perkembangan orientasi masa depan ... 15

2.1.4 Proses pembentukan orientasi masa depan ... 18

2.1.5 Orientasi sebagai sistem ... 23

2.1.6 Cara mengukur orientasi masa depan ... 24

2.1.7 Faktor-faktor yang orientasi masa depan ... 25

2.2 Dukungan orang tua ... 29

2.2.1 Pengertian dukungan orang tua ... 29

2.2.2 Bentuk-bentuk dukungan orang tua ... 30

2.2.3 Sumber-sumber dukungan orang tua ... 32

2.3 Kerangka Berfikir ... 34

2.4 Hipotesis ... 38

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan sampel ... 39

3.1.1 teknik pengambilan sampel ... 39

3.2 Variabel penelitian ... 40

3.2.1 Definisi Operasional varaibel ... 40

3.3 Teknik pengumpulan data ... 41

3.3.1 Instrument penelitian ... 42

3.4 Teknik Uji instrumen ... 45

3.4.1 Uji instrumen... 45

3.4.2 Instrumen Penelitian... 45

3.5 Uji Validitas ... 46


(11)

xi

4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 52

4.2. Hasil uji hipotesis penelitian ... 54

4.2.1 Analisa regresi variabel penelitian ... 54

4.2.2 Pengujian varians masing-masing independen variabel ... 59

4.3 Uji T ... 62

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Diskusi ... 67

5.3 Saran ... 72

5.3.1 Saran Teoritis ... 72

5.3.2 Saran Praktis ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

xii

Tabel 3.2 Blue Print Skala Orientasi Masa Depan ………... 48

Tabel 3.3 Blue Print Skala Optimisme kesembuhan ………. 49

Tabel 3.4 Klasifikasi koefesiensi Reabilitas ... 53

Tabel 3.5 Blue Print Setelah Try Out Skala Orientasi Masa Depan ... 54

Tabel 3.6 Blue Print Setelah Try Out Skala Optimisme Kesembuhan ... 56

Tabel 3.8 Gambaran Umum Subyek Penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan sosoioekonomi ... 59

Tabel 4.4 Tabel Model summary ... 62

Tabel 4.5 Anova ... 63

Tabel 4.6 Coefesien... 64

Table 4.7 Tabel Varians variabel ... 64

Tabel 4.8 Group statistic ... 64

Tabel 4.9 Independent sampel test ... 68

Tabel 4.10 Uji Anova... 69


(13)

xiii

Lampiran 2 Hasil Try Out Orientasi Masa Depan Lampiran 3 Field Test Orientasi Masa Depan Lampiran 4 Field Test Orientasi Masa Depan Lampiran 5 Kuisioner Penelitian

Lampiran 6 Reabilitas Dan Validitas alat ukur Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian


(14)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah telah banyak mencatat bahwa orang-orang yang sukses adalah mereka yang mempunyai tujuan hidup dimasa depan, dan membuat langkah-langkah perencanaan untuk dapat mencapai tujuan hidupnya tersebut. Mereka yang tidak mempunyai mimpi atau tujuan hidup beserta perencanaanya akan merasa bingung dan hanya mengikuti arus kehidupan. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Nurmi (1991) bahwa secara umum, pikiran dan tingkah laku manusia mengarah pada kejadian dan hasil yang nanti akan didapatkanya. Apa yang akan terjadi dimasa depan, memotivasi seseorang untuk melakukan tingkah laku tertentu.

Dalam kenyataanya, tidak sedikit individu yang seolah membiarkan kehidupanya berjalan seperti air mengalir. Mereka berprinsip bahwa hidup harus dijalani sebagaimana adanya. Memikirkan masa depan dan membuat perencanaan pencapaian bukan menjadi suatu hal yang diprioritaskan. Di sisi lain, era globalisasi menuntut individu untuk bisa menjadi individu yang berprestasi, kompeten, dan mampu bertahan ditengah persaingan yang semakin ketat.


(15)

Salah satu fenomena yang menunjukan kondisi ini adalah penelitian di Amerika Serikat mengenai mahasiswa strata I di Amerika Serikat. Hasil penelitian menunjukan hampir setengah dari calon siswa perguran tinggi mengatakan bahwa pilihan perguruan tinggi adalah hal yang membingungkan karena tidak ada dasar yang jelas untuk membuat keputusan, banyak siswa senior SLTA Memilih perguraun tinggi dengan menutup mata. Ketika mereka masuk kuliah, mereka tidak menjadi puas dengan pilihanya sehingga memutuskan untuk pindah tempat kuliah yang terkadang dengan alas an yang salah. Pada akhirnya, kondisi ini berpengaruh pada poduktivitas mereka dibangku kuliah dan lebih jauh, menambah angka pengangguran. (Santrock, 2003).

Ibrahim (2003), mengungkapkan bahwa salah satu penyebab dari tingginya tingkat pengangguran adalah karena kalangan terdidik tidak memiliki rencana hidup. Sejak kecil, mereka belum terlatih untuk merencanakan masa depan sehingga tidak mampu melihat hubungan antara apa yang dipelajari di bangku pendidikan dengan masa depan yang di impikan.

Hal ini serupa yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan data statistik BPS April 2011 jumlah pengangguran terbuka (open unemployment) di Indonesia sebanyak 9.132.104 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 41% (3.763.971 jiwa) adalah tamatan SMA, Diploma, Akademi dan Universitas atau pengangguran terpelajar . Diantara jumlah pengangguran tersebut, 2.615 jiwa tergolong hopless job( merasa tidak yakin


(16)

mendapatkan pekerjaan), 436.164 diantaranya adalah tamatan SLTA, Diploma, Akademi dan Universitas (Sadarojen, 2008).

Data faktual diatas menggambarkan tingginya tingkat pengangguran di Indonesia di antaranya ialah kaum pelajar. Oleh karena itu, untuk menaggulangi masalah tersebut perlu adanya perencanaan dan orientasi masa depan yang jelas dalam hal pekerjaan. Dengan memikirkan gambaran masa depan dengan membuat pilihan pekerjaan ini adalah wujud antisipasi atas ketidakpastian dunia orang dewasa serta bagaimana persiapan untuk memasukinya. Serta perencanaan terhadap jenis pekerjaan yang akan ditekuni oleh remaja menjadi sesuatu yang penting, agar pekerjaan yang akan ditekuninya sesuai dengan minat, kemampuan, dan peluang yang mereka miliki. Sehingga masa depan mereka terutama dalam bidang pekerjaan, akan lebih terarah.

Menurut Nurmi (1991) orientasi masa depan dapat dijelaskan melalui tiga proses didalamnya yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Ketiga proses ini merupakan satu kesatuan, bersifat hirarki dan terjadi secara bertahap. Proses motivasi meliputi pemilihan individu terhadap hal-hal yang diminati dimasa depan. Proses perencanaan terkait dengan bagaimana individu membuat langkah-langkah pencapaian dan merealisasikanya sedangkan proses evaluasi menyangkut tingkat keyakinan dan harapan bahwa tujuan dimasa depan yang direncanakanya terealisasi.


(17)

Orientasi masa depan memiliki manfaat lain. Locke dan Lathman (dalam Strathman, 2005) melaporkan banyak hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa perilaku yang diarahkan oleh tujuan (goal directed behavior) lebih efektif dibandingkan perilaku yang tidak diarahkan oleh tujuan. Seseorang yang memiliki tujuan yang jelas, akan lebih memfokuskan dirinya untuk melakukan hal-hal yang hanya berhubungan dengan apa yang ingin dicapainya.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, masa remaja merupakan masa mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Proses mempersiapkan diri memasuki dunia kerja bukanlah suatu hal yang terjadi dengan sendirinya. Selain dituntut untuk berprestasi, ternyata banyak faktor yang turut mempengaruhi kejelasan orientasi masa depan khusunya dalam bidang pekerjaan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kendawati, dkk (2001) tentang model pembinaan remaja dalam rangka mempersiapkan diri memasuki dunia kerja, disebutkan bahwa dalam penelitian tersebut dihasilkan 7 dimensi orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir, yaitu: evaluasi diri, pencarian informasi, perencanaan, kondisi emosi, dukungan keluarga ,optimism/pesimisme serta kejelasan/ketidakjelasan pekerjaan dan karir dimasa yang akan datang.


(18)

Dukungan keluarga merupakan salah satu dari 7 dimensi orientasi masa depan dalam bidang pekerjaan dan karir, keluarga merupakan sarana sosialisasi yang utama. Untuk itu, remaja sangat membutuhkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, terutama orang tua. Mengingat banyaknya remaja di Indonesia yang masih hidup bersama orangtuanya, masih belum mempunyai nafkah sendiri dan masih berada dibawah otoritas orangtuanya dalam membuat keputusan yang bersifat jangka panjang, yang penting tetapi sulit untuk dilaksanakan. Terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki mengenai dunia pekerjaan mengakibatkan mereka masih membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orangtuanya.

Hal ini dikarenakan orang tua dapat dijadikan sebagai role modelbagi individu tersebut untuk menentukan minatnya dan pengetahuan tentang strategi penyelesaian hambatan yang dihadapinya saat mewujudkan minatnya, dukungan orang tua juga berhubungan dengan optimism dan internalitas individu tersebut dalam menghadapi masa depanya (Pulkinen et,al, dalam Nurmi, 1989).

Dengan adanya dukungan orang tua atas keputusan dan rencana yang disusun oleh individu dapat tercermin dari berbagai perlakuan yang diberikan orang tua kepada individu tersebut. Misalnya saja, memberikan masukan-masukan mengenai pilihan mana yang terbaik, serta mengawasi segala usaha yang anak lakukan untuk meraih pekerjaan yang telah dipilihnya dimasa


(19)

depan. Untuk menunjukan penghargaan kepada anak, orang tua memberikan kepercayaan kepada anak untuk memilih bidang studi yang disukainya setelah lulus SMA/SMK dan pada giliranya anak diberi kebebasan untuk menentukan pilihan pekerjaan sesuai dengan basic studinya ketika lulus dari perguruan tinggi.

Dengan demikian Individu yang merasakan adanya dukungan dari orangtuanya akan mendorong untuk mentapkan tujuan mengani pekerjaan dimasa depanya sehingga pemikiran dan persiapannya pun terarah pada tujuan tersebut. Namun berbeda halnya dengan individu yang tidak merasakan adanya dukungan dari orangtuanya, ia akan merasa tidak percaya diri akan kemampuanya dalam menghadapi kehidupan dimasa depan sehingga ia pun menjadi kurang termotivasi untuk memikirkan dan mempersiapkan berbagai hal yang menyangkut masa depanya, termasuk mengenai pekerjaan yang akan ditekuninya dimasa depan. (Trommsdroff dalam desmita, 2005).

Selain itu menurut penelitian Trommsdroff (dalam McCabe & Bernet, 2000) melihat adanya keterlibatan orang tua dan menemukan bahwa remaja yang memandang adanya dukungan dan keterbukaan dari orang tua mereka akan mendapatkan orientasi masa depan yang lebih positif dari pada remaja yang kurang mendapatkan dukungan dari orang tua.


(20)

Dengan demikian Remaja yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari orang tua nya, akan mengembangkan rasa percaya dan sikap yang positif terhadap masa depan, percaya akan keberhasilan yang akan dicapainya, serta lebih termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dimasa depan. Sebaliknya, remaja yang kurang mendapat dukungan dari orang tua, akan tumbuh menjadi individu yang kurang optimis, kurang memiliki harapan tentang masa depan, kurang percaya atas kemampuannya merencanakan masa depan, dan pemikiranya pun menjadi kurang sistematis dan kurang terarah.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk mempersiapkan masa depan bagi remaja dibidang pekerjaan ataupun karir dibutuhkan adanya dukungan dari berbagai pihak, orang tua sebagai institusi awal tempat individu belajar untuk tumbuh dan berkembang dari sejak masa kanak-kanak hingga mencapai masa dewasa. Oleh karena itu, sebagai sosok yang masih berpengaruh dalam kehidupan manusia, keberadaan orang tua masih dirasa penting dalam menciptakan suatu situasi yang mendukung bagi remaja untuk dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sedang menghadapi secara mandiri, dimana salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhinya adalah memiliki orientasi masa depan area pekerjaan.


(21)

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis menganggap perlu adanya penelitian mengenai hal tersebut agar nantinya hasil dari penelitian tersebut dapat menjadi acuan bagi semua orang, khusunya orangtua dalam mendampingi remaja dalam menjalani tugas-tugas perkembanganya. Maka dari itu, untuk merealisasi hal tersebut peneliti melakukan penelitian dengan judul Pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja

1.2 Pembatasan masalah dan rumusan masalah

1.2.1 Pembatasan masalah

Agar pembahasan dalam permasalahan ini tidak meluas, maka diperlukan pembatasan masalah mengenai dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.

1. Dukungan orang tua yang dimaksud dalam penelitian disini merupakan pemberian perhatian, dorongan, kasih sayang, barang, informasi dan jasa dari orang tua sehingga penerima dukungan merasa disayangi dan dihargai. Dukungan orang tua tersebut meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional, dan dukungan jaringan. (Sarafino, 2002).

2. Orientasi masa depan dalam area pekerjaan adalah gambaran tentang masa depan yang terbentuk dari sekumpulan skemata, sikap atau asumsi dari


(22)

pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk membentuk harapan mengenai pekerjaan dimasa depan, membentuk tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada pekerjaan dimasa depan. Dalam hal ini orientasi masa depan tersebut meliputi 3 proses, yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi.

3. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang berusai 15-18 tahun. Hal ini dikarenakan remaja yang sedang bersekolah di SMA (sekolah menengah atas).

1.2.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, perumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja ?.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana dukungan orang tua (dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan jaringan), jenis kelamin, sosioekonomi, dan usia, dari variabel dukungan orang tua terhadap terhadap variabel orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.


(23)

1.3.1 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wacana keilmuan psikologi, khusunya mengenai dukungan orang tua kaitanya dengan orientasi masa depan pada remaja

2. Manfaat Praktis, berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan:

Remaja lebih memahami dan memfokuskan diri pada orientasi dan perencanaan pekerjaan yang tepat dimasa depan, serta menjadi landasan bagi keluarga khusunya orang tua agar lebih memberikan perhatian yang lebih pada anak remaja.


(24)

1.4. Sistematika Penulisan

Penelitian ini menggunakan tekhnik penulisan American Psychological Association

(APA)Style. Dan secara garis besar sistematika penulisan ini adalah:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan isi skripsi sebagai dasar pemikiran untuk membahas permasalahan dalam penelitian skripsi, yaitu: teori tentang orientasi masa depan, teori tentang dukungan orang tua, perkembangan orientasi masa depan, factor-faktor orientasi masa depan, kerangka berfikir, dan Hipotesis penelitian.

BAB 3: METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang metode penelitian ini yaitu: jenis penelitian, pendekatan penelitian dan metode penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, teknik sampling, alat pengumpul data, prosedur penelitian, serta metode analisis data.

BAB 4: HASIL PENELITIAN


(25)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Orientasi Masa Depan

2.1.1 Pengertian Orientasi Masa Depan

Menurut Ginanjar (2001), orientasi masa depan adalah bagaimana seseorang merumuskan dan menyusun visi kedepan dengan membagi orientasi jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Sedangkan menurut Trommsdoroff (2005), mengemukakan bahwa pengertian orientasi masa depan merupakan fenomena kognitif motivasional yang kompleks, yakni antisipasi dan evaluasi tentang diri di masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan.

Seginer (2002), menyatakan bahwa orientasi masa depan adalah representasi mental tentang masa depan, yang dibangun oleh individu pada titik-titik tertentu dalam kehidupan mereka dan mencerminkan pengaruh kontekstual pribadi dan sosial.

Sedangkan Nurmi (dalam McCabe & Bernett, 2000) mengemukakan bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran mengenai masa depan yang terbentuk dari sekumpulan skemata, atau sikap dan asumsi dari pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk membentuk harapan mengenai masa depan, membentuk tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada kejadian di masa depan.


(26)

Dari empat definisi diatas, peneliti memilih definisi dari Nurmi (1989), sebagai definisi paling komprehensif dan sesuai untuk penelitian ini. yang mengemukakan bahwa orientasi masa depan merupakan gambaran mengenai masa depan yang terbentuk dari sekumpulan skemata, atau sikap dan asumsi dari pengalaman masa lalu, yang berinteraksi dengan informasi dari lingkungan untuk membentuk harapan mengenai masa depan, membentuk tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada kejadian di masa depan. Ekspektansi, tujuan, inspirasi, dan makna pribadi itu kemudian akan membentuk tingkah laku berorientasi kedepan seperti menunda kepuasan, merencanakan tingkah laku berorientasi perstasi( Trommsdroff, Lam & Schmidt dalam McCabe & Bernett, 2000). Oleh karena itu, remaja membutuhkan orientasi masa depan karena akan membantu remaja untuk mengarahkan perilakunya dalam mencapai tujuan masa depan yang diharapkan.

Ada lima bidang yang seringkali diteliti dalam penelitian-penelitian orientasi masa depan pada remaja (Metha et, al dalam Nurmi, 1986). Bidang tersebut adalah pekerjaan, pendidikan, pernikahan, kegaitan waktu luang dan aktualisasi diri. Dalam penelitian ini, hanya satu bidang yang ditelitia ialah mengenai pekerjaan.


(27)

Oleh karena itu, definisi orientasi masa depan dalam area pekerjaan, dalam penelitian ini adalah sekumpulan skemata, sikap, asumsi mengenai pekerjaan yang terbentuk dari pengalaman masa lalu. Skemata, sikap, dan asumsi tersebut berinteraksi dengan informasi yang berasal dari lingkungan untuk membentuk ekspektansi tujuan dan aspirasi serta memberikan makna pribadi pada pekerjaan dimasa mendatang.

2.1.2 Remaja dan Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pekerjaan

Orientasi masa depan atau gagasan seseorang mengenai perencanaan, motivasi dan perasaan tentang masa depanya merupakan persoalan yang terjadi dimasa remaja. Greene (dalam McCabe & Bernett,2000) mengatakan bahwa masa remaja awal merupakan waktu dimana orientasi masa depan dapat tumbuh dengan cepat serta dapat membedakan dan mengembangkanya. Dengan kata lain orientasi masa depan sangat erat kaitanya dengan masa remaja.

Dalam penelitian ini dominan orientasi masa depan yang akan diteliti adalah dominan pekerjaan. Dominan ini merupakan bagian dari proses perkembangan remaja. Havighurust (dalam Monks & Knoers, 2002) menyebutkan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah persiapan diri secara ekonomis atau persiapan memasuki dunia pekerjaan serta pemilihan latihan jabatan.


(28)

2.1.3 Perkembangan Orientasi Masa Depan

Orientasi masa depan merupakan proses yang kompleks dan bersifat terus menerus. Ada tiga aspek penting yang perlu diperhatikan (Nurmi, 1991)

1. Orientasi masa depan berkembang dalam konteks budaya dan institusional. Harapan normatif dan pengetahuan mengenai masa depan menjadi dasar untuk membentuk minat dan rencana masa depan, dan hubungan antara atribusi kausal dan afek.

2. Minat, rencana dan keyakinan yang berkaitan dengan masa depan dipelajari melalui interaksi sosial dengan orang lain.

3. Orientasi masa depan bisa dipengaruhi faktor psikologis seperti perkembanagn kognitif dan sosial.


(29)

Perkembangan orientasi masa depan, dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini :

Konteks sosial skema Orientasi Masa Depan

Gambar 2.1 Perkembangan Orientasi Masa Depan dan Proses yang Terdapat di Dalamnya (Nurmi,1991).

Dari bagan diatas dapat dilihat bahwa lingkungan konteks sosial yang meliputi persitiwa normatif, kesempatan, standar dan batas waktu untuk evaluasi mempengaruhi pembentukan skemata mengenai perkembangan kehidupan yang diantisipasi, perkembangan kontekstual, dan konsep diri.

Rentang kehidupan yang

diatntisipasi

Perkembangan kontekstual

Konsep diri Persitiwa kehidupan

normatif

Kesempatan

Standar dan batas waktu

Motivasi

Tujuan

Perencanaan

Rencan a

Evaluasi

Atribusi dari efek


(30)

Hal ini akan mempengaruhi orientasi masa depan seseorang baik dalam tahapan motivasi, perencanaan maupun evaluasi. Lebih lanjut, dijelaskan sebagai berikut. (Nurmi, 1991)

1. Peristiwa normatif berkaitan dengan tugas perkembangan beserta jadwal pencapaian tugas perkembangan menjadi dasar pembentukan tujuan dan minat yang berorientasi masa depan.

2. Kesempatan dalam rentang kehidupan seperti usia tertentu untuk menyelesaika tugas perkembangan, menjadi dasar perkembangan orientasi masa depan dalam hal rencana dan strategi.

3. Standar dan tenggang waktu dan solusi evaluasi dari tugas perkembangan dinilai sukses menjadi dasar pembentukan tahap evaluasi dalam orientasi masa depan.

Lingkungan atau konteks sosial (keluarga, sekolah dan lainnya) ini berinteraksi dengan skemata yang ada dalam diri individu (internal) sebagai wujud antisipasi terhadap perkembangan rentang kehidupan, perkembangan kontekstual dan konsep diri. Skemata yang terbentuk akan berinteraksi dengan ketiga tahapan orientasi masa depan yaitu motivasi, perencanaan dan evaluasi yang kemudian membentuk gambaran mengenai masa depan.


(31)

2.1.4 Proses pembentukan orientasi masa depan

Orientasi masa depan dilihat sebagai tiga proses psikologis yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Proses itu berlangsung secara bertahap dan saling berinteraksi satu sama lainya. Individu menentukan tujuan mereka dengan mempertimbangkan minat, nilai, dan harapan dimasa depan. Selanjutnya mereka akan melakukan upaya untuk merealisasikan tujuan tersebut dengan melakukan berbagai perencanaan yang telah dibuat sebelumnya (Nurmi, 1991). Ketiga proses ini akand dijelaskan lebih detail sebagai berikut:

1. Motivasi

Tahap motivasional merupakan dimensi awal dari hasil proses pembentukan orientasi masa depan. Tahap ini mencakup motif, minat dan tujuan yang berkaitan dengan orientasi masa depan. Pada mulanya individu menetapkan tujuan berdasarkan perbandingan antara motif umum dan penilaian, serta pengetahuan yang telah dimiliki tentang perkembangan sepanjang rentang hidup yang dapat di antisipasi. Ketika keadaan masa depan beserta faktor pendukungnya telah menjadi sesuatu yang diharapkan dapat terwujud, maka pengetahuan yang menunjang terwujudnya harapan tersebut menjadi dasar penting bagi perkembangan motivasi dalam orientasi masa depan (Nurmi dalam Desmita, 2005).


(32)

Minat, motif, pencapaian dan tujuan individu merupakan sistem motivasional yang memiliki hierarki yang kompleks. Hierarki motivasi ini dibedakan berdasarkan derajat generality dan abstractness dari tujuan yang dibuat (Emmons; Lazarus dan Folkman dalam Nurmi, 1989).

Dengan kata lain semakin tinggi tingkatan tujuan maka semakin umum dan abstrak, begitu juga sebaliknya. Prinsip utama dari tingkatan kerja ini adalah tingkatan motif, nilai atau pencapaian yang semakin tinggi membutuhkan tingkatan tujuan yang lebih rendah, yang bekerja melalui beberapa tujuan kecil. Dengan kata lain, untuk mencapai satu tujuan besar diperlukan tujuan-tujuan kecil (tujuan perantara). Sebelum mencapai tujuan besar individu terlebih dahulu harus mencapai tujuan perantara dan ini merupakan strategi merealisasikan tujuan yang lebih besar.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Nurmi (dalam Desmita 2005), bahwa perkembangan motivasi dari orientasi masa depan merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan beberapa subtahap, yaitu:

1) Pertama,munculnya pengetahuan baru yang relevan dengan motif umum atau penilaian individu yang menimbulkan minat yang lebih spesifik

2) Kedua, individu mulai mengeksplorasi pengetahuannya yang berkaitan dengan minat baru tersebut


(33)

3) Ketiga, menentukan tujuan spesifik, kemudian memutuskan kesiapannya untuk membuat komitmen yang berisikan tujuan tersebut.

2. Perencanaan

Perencanaan merupakan kedua dari hasil proses pembentukan orientasi masa depan individu. yaitu bagaimana individu membuat perencanaan tentang perwujudan minat dan tujuan mereka. Tahap perencanaan menekankan bagaimana individu merencanakan realisasi dari tujuan dan minat mereka dalam konteks masa depan (Nurmi, 1989).

Nurmi (1989) menjelaskan bahwa perencanaan dicirikan sebagai suatu proses yang terdiri dari tiga subtahap, yaitu :

1) Penentuan subtujuan. Individu akan membentuk suatu representasi dari tujuan-tujuannya dan konteks masa depan di mana tujuan tersebut dapat terwujud. Kedua hal ini didasari oleh pengetahuan individu tentang konteks dari aktifitas di masa depan, dan sekaligus menjadi dasar dari subtahap berikutnya.

2) Penyusunan rencana. Individu membuat rencana dan menetapkan strategi untuk mencapai tujuan dalam konteks yang dipilih. Dalam menyusun suatu rencana, individu dituntut menemukan cara-cara yang dapat mengarahkannya pada pencapaian tujuan dan menentukan cara mana yang paling efisien.


(34)

Pengetahuan tentang konteks yang diharapkan dari suatu aktivitas di masa depan menjadi dasar bagi perencanaan ini.

3) Melaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun. Individu dituntut melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tersebut. Pengawasan dapat dilakukan dengan membandingkan tujuan yang telah ditetapkan dengan konteks yang sesungguhnya di masa depan.

Untuk menilai sebuah perencanaan yang dibuat oleh individu, dapat dilihat dari tiga komponen yang tercakup di dalamnya, yaitu pengetahuan (knowledge), perencanaan (Plans), dan realisasi (realization) (Nurmi, 1989). Pengetahuan disini berkaitan dengan proses pembentukan subtujuan dalam proses perencanaan. Perencanaan ini berkaitan dengan hal-hal yang telah ada dan akan dilakukan individu dalam usaha untuk merealisasikan tujuan.

3. Evaluasi

Evaluasi merupakan dimensi akhir dari hasil proses pembentukan orientasi masa depan. Tahap evaluasi ini adalah derajat dimana minat dan tujuan diharapkan dapat terealisir. Nurmi (1989), memandang evaluasi sebagai proses yang melibatkan pengamatan dan melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang ditampilkan, serta memberikan penguat bagi diri sendiri. Jadi, meskipun tujuan dan perencanaan orientasi masa depan belum diwujudkan, tetapi pada tahap ini individu telah harus melakukan evaluasi


(35)

terhadap kemungkinan-kemungkinan terwujudnya tujuan dan rencana tersebut.

Dalam mewujudkan tujuan dan rencana dari orientasi masa depan, proses evaluasi melibatkan causal attributions; yang didasari oleh evaluasi kognitif individu mengenai kesempatan yang dimiliki dalam mengendalikan masa depannya, dan affects;berkaitan dengan kondisi-kondisi yang muncul sewaktu-waktu dan tanpa disadari (Nurmi, 1989). Menurut Weiner (dalam Nurmi, 1989) atribusi terhadap kegagalan dan kesuksesan dengan penyebab tertentu akan diikuti oleh emosi tertentu.

Model Weiner ini pada dasarnya digunakan untuk mengevaluasi hasil dari kejadian dimasa lalu. Namun pada kenyataannya model ini juga dapat dimanfatkan untuk mengevaluasi tujuan dan rencana yang dibuat individu akan masa depannya (Nurmi, 1989).


(36)

2.1.5 Orientasi Masa Depan Sebagai Sistem

Orientasi masa depan merupakan sebuah kesatuan yang terkait dalam satu sistem dimana tahapan-tahapan orientasi masa depan saling berkaitan. Bandura (dalam Nurmi, 1991) menjelaskan bahwa suatu pencapaian tujuan dalam membangun konsep diri yang positif dapat meningkatkan kepercayaan diri, sehingga berhasil memunculkan sebuah gagasan yang dapat mempengaruhi pandangannya terhadap orientasi masa depan.

Bandura (dalam Nurmi, 1991) selanjutnya menjelaskan dengan teorinya bahwa tujuan dan standar pribadi menjadi dasar bagi individu dalam mengevaluasi kinerja mereka dalam pencapaian tujuan membangun konsep diri yang positif dan atribusi internal. Selain itu, efektivitas dari rencana yang dibuat mempengaruhi hasil pencapaian rencana dan pada akhirnya akan mempengaruhi evaluasi diri. Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa orientasi masa depan sebagai sistem adalah bentuk dasar pemikiran manusia yang terkait dengan sebuah kesatuan tahapan-tahapan orientasi masa depan.


(37)

2.1.6 Cara Mengukur Orientasi Masa Depan

Adapun cara pengukuran orientasi masa depan (dalam Nurmi, 1989) yaitu;

1. Motivasi (motivasional) yaitu suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu untuk mencapai tujuanya. Berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan yang ingin dicapai, waktu pencapaian, dan dorongan/motif mencapai tujuan dimasa depan.

2. Perencanaan (planning) yaitu strategi yang disusun untuk merealisasikan tujuan. Perencanaan yang diukur dengan cara melihat :

1. Pengetahuan mengenai bidang yang dicita-citakan

2. Perencanaan yang dibuat

3. Tingkat realisasi atas pelaksanaan rencana

3. Evaluasi (evaluation) yaitu penilaian individu tentang sejauh mana tujuan ditetapkan dapat direalisasikan. Evaluasi dapat tergambarkan melalui kontrol yang dimiliki oleh individu, evaluasi emosi (Nurmi, 1989) dan kemungkinan pencapaian tujuan pekerjaan.(optimisme).

1. Keyakinan diri untuk dapat mengontrol realisasi dari harapan dan tujuan


(38)

3. Kondisi emosi yang mengikuti individu ketika mengevaluasi apa yang dilakukanya untuk masa depan.

2.1.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi Orientasi Masa Depan.

Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan orientasi masa depan, kedua faktor itu adalah faktor individu (person related factor) dan faktor konteks sosial (social contex-related factor).

1. Faktor internal individu

Beberapa faktor ini adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal). Faktor-faktor tersebut adalah

 Konsep diri

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1989), menemukan bahwa konsep diri memberikan pengaruh terhadap orientasi masa depan. Individu dengan konsep diri yang positif dan percaya dengan kemampuan mereka cenderung untuk lebih internal dalam pemikiran mereka mengenai masa depan dibandingkan individu dengan konsep diri yang rendah. Konsep diri juga dapat mempengaruhi penetapan tujuan. Salah satu bentuk dari konsep diri yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan adalah diri ideal. Diri ideal terdiri atas konsep individu mengenai diri ideal mereka yang


(39)

berhubungan dengan lingkungannya dapat berfungsi sebagai motivator untuk dapat mencapai tujuan jangka panjang.

 Perkembangan kognitif

Penelitian mengenai hubungan kematangan kognitif dan orientasi masa depan memberikan hasil yang berbeda-beda. Beberapa ahli menjelaskan perkembangan kognitif dapat mempengaruhi rencana masa depan remaja.Hal ini karena masa remaja berada dalam tahap formal operation. dalam tahap ini remaja mampu mengenali berbagai kemungkinan. Selain itu, dalam tahap ini kemampuan metakognisi remaja berkembang dan kemampuan ini sangat memungkinkan remaja untuk memikirkan kemungkinan yang terjadi dimasa depan dalam pencapaian tujuan dan memberikan solusinya. Kematangan kognitif sangat erat kaitanya dengan kemampuan intelektual menjadi salah satu faktor individu yang mempengaruhi orientasi masa depan. Keating (dalam Nurmi, 1991)

2. Faktor Kontekstual

Berikut ini adalah faktor-faktor kontekstual yang dapat mempengaruhi orientasi masa depan :

 Jenis kelamin, berdasarkan tinjauan literatur ditemukan adanya perbedaan jenis kelamin yang signifikan antara domain-domain pada orientasi masa depan, tetapi pola perbedaan yang muncul akan berubah seiring


(40)

berjalannya waktu. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (1991), ditemukan bahwa perempuan lebih berorientasi ke arah masa depan keluarga sedangkan laki-laki lebih berorientasi ke arah masa depan karir.

 Status sosial ekonomi. Kemiskinan dan status sosial ekonomi yang rendah berkaitan dengan perkembangan orientasi masa depan yang menyebabkannya menjadi terbatas. ( Seginer, 2000)

Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Nurmi (dalam McCabe & Barnet, 2000), menunjukkan bahwa individu yang memiliki latar belakang status sosial ekonomi yang tinggi cenderung untuk memiliki pemikiran mengenai masa depan karir yang lebih jauh dibandingkan individu dengan latar belakang sosial ekonomi rendah.

 Usia. Penelitian yang dilakukan oleh Seginer (2000). Pada remaja wanita yang duduk dibangku sekolah menegah pertama, menengah keatas dan kuliah menemukan terdapat perbedaan orientasi masa depan beradasrkan kelompok usia pada semua dominan kehidupan prospektif (karir, keluarga dan pendidikan).

 Teman Sebaya dalam konteks ini, teman sebaya dapat mempengaruhi orientasi masa depan dengan cara yang bervariasi. Teman sebaya berarti teman sepermainan dengan jenjang usia yang sama dan berada pada tingkat perkembangan yang sama, dimana teman sebaya dapat saling


(41)

bertukar informasi pada pemikiran mengenai tugas perkembangannya. Kelompok teman sebaya (peer group) juga memberikan individu kesempatan untuk membandingkan tingkah lakunya dengan temannya yang lain (Nurmi, 1991).

 Hubungan dengan orang tua. Semakin positif hubungan orang tua dengan remaja maka akan semakin mendorong remaja memikirkan masa depan. Keluarga merupakan model bagi remaja dan merupakan wadah yang tepat dalam menyelesaikan tugas perkembangan yang sedang dihadapi ataupun akan dihadapi. Asumsi umum dalam teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa orang tua yang memberikan penghargaan positif terhadap anak-anaknya dan konsisten dalam praktek sosialisasi mengarahkan anaknya memiliki harapan yang positif mengenai dunia luar, mempercayai orang lain, yakin akan kemampuanya sendiri dan optimis. Kondisi keluarga dan interaksi antara orang tua dengan anak mempengaruhi orientasi masa depan setidak-tidaknya dalam tiga hal pertama orang tua menetapkan standar normatif, sekaligus mempengaruhi perkembangan minat, nilai, dan tujuan hidup anaknya. Ketiga, dukungan orang tua membantu anak untuk mengembangkan sikap optimis dan internal terhadap masa depan. ( Nurmi, 1991).


(42)

2.2 Dukungan Orang tua

2.2.1 Pengertian dukungan orang tua

Keluarga sebagai tempat yang pertama kali dikenal oleh individu, keluarga mempunyai peran yang cukup penting bagi individu dalam bersosialisasi didalam masyarakat. Oleh karena itu, dukungan orang tua sangat penting bagi individu dalam menjalani kehidupanya. Dukungan orang tua itu sendiri merupakan bagian dari dukungan sosial. Penulis mendefinisikan dukungan orangtua berdasarkan definisi dukungan sosial. Menurut Cobb (dalam Sarafino, 2002) dukungan sosial diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok lain.

Hal senada juga disampaikan oleh Taylor (2009), bahwa dukungan sosial merupakan bentuk pemberian informasi serta merasa dirinya dicintai dan diperhatikan, terhormat, dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban timbal balik bagi orang tua, kekasih, kerabat, teman, jaringan lingkungan sosial serta dalam lingkungan masyarakat. Sedangkan Gottlieb (1983), mendefinisikan dukungan sosial sebagai berikut: Dukungan sosial terdiri dari informasi verbal maupun nonverbal atau nasehat, bantuan yang nyata atau terlihat, atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat


(43)

memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini, orang yang merasa memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

Menurut Saranson (dalam Metha, 1994) menyatakan bahwa fungsi dukungan orang tua adalah dengan memberikan penguatan moral bagi remaja. Persepsi adanya dukungan menimbulkan rasa aman dalam melakukan partisipasi aktif, eksplorasi dan eksperimentasi dalam kehidupan, yang akhirnya akan meningkatkan percaya diri, keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi koping. Dalam hal ini remaja mempersepsi adanya dukungan dari orang tua akan merasa aman dan lebih percaya diri untuk menghadapi situasi-situasi atau tantangan baru.

2.2.2 Bentuk-bentuk dukungan menurut Sarafino (2002) adalah:

Bentuk-bentuk dukungan sosial merupakan suatu cara yang diwujudkan bisa dalam bentuk ekspresi, ungkapan atau perwujudan bantuan dari individu yang satu ke individu yang membutuhkan. Sarafino (2002) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk, yaitu :

a) Dukungan Emosi (Emotional support)

Dukungan emosi adalah suatu bentuk dukungan yang diekspresikan melalui perasaan positif yang berwujud empati, perhatian, dan kepedulian terhadap


(44)

individu yang lain. Bentuk dukungan ini dapat menimbulkan perasaan nyaman, perasaan dilibatkan, dan dicintai oleh individu yang bersangkutan.

b) Dukungan Penghargaan (Esteem support)

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan, penghargaan atau penilaian yang positif untuk ndividu, dorongan untuk maju dan pemberian semangat, dan juga perbandingan positif individu dengan orang lain. Dukungan ini menitik beratkan pada adanya ungkapan penilaian yang positif atas individu dan penerimaan individu apa adanya. Bentuk dukungan ini membentuk perasaan dalam diri individu bahwa ia berharga, mampu dan berarti.

c) Dukungan instrumental (Tangible or instrumental support)

Merupakan suatu bentuk dukungan yang dapat diwujudkan dalam bentuk bantuan langsung misalnya pemberian dana atau pemberian bantuan berupa tindakan nyata atau benda.

d) Dukungan informasi (Informational support)

Dukungan ini dapat diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat atau saran, pengarahan, pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan individu.


(45)

Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa sebagai anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

Dari definisi tentang jenis-jenis dukungan sosial, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan yang diperlukan dan diterima individu tergantung pada keadaan dan siatusi stres yang dialami.

2.2.3 Sumber dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan soial menurut Gotllieb (1983) berasal dari :

1. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional. Seperti: keluarga, teman, dekat, atau rekan. Hubungan dengan kalangan non professional merupakan hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seorang individu dan menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial.

2. Professional, seperti psikolog, atau dokter.

3. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support group). Sumber dukungan lain yang juga bermanfaat bagi individu adalah kelompok-kelompok dukungan sosial. Kelompok pendukung (support group) merupakan suatu kelompok kecil yang melibatkan interaksi langsung dari para anggotanya, menekankan pada partisipasi individu yang hadir secara


(46)

sukarela yang bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan pemecahan masalah dalam menolong anggota-anggota kelompok dalam menghadapi masalahnya dalam menolong serta menyediakan dukungan emosi kepada para anggotanya.

Dari banyak jenis-jenis dukungan sosial yang dijelaskan diatas, ternyata dukungan yang berasal dari keluaarga yang dapat memberikan efek yang sangat besar bagi fungsi psikologi seseorang (Taylor, 2009).


(47)

2.3 Kerangka Berfikir

Setiap individu memiliki keinginan untuk dapat hidup lebih baik dari pada kehidupanya saat ini. Hal ini memang merupakan manifestasi dari sifat manusia yang tidak pernah putus asa dengan apa yang sudah dimilikinya. Keinginan-keinginan inilah yang nantinya berubah menjadi minat, harapan, cita-cita dan tujuan hidup. Untuk dapat mencapai hal tersebut, dibutuhkan suatu perencanaan untuk masa yang akan datang. Bagi remaja, perencanaan masa depan ini tidak hanya suatu cara untuk bisa mencapai hal-hal yang lebih baik, tetapi juga merupakan suatu hasil dari adanya harapan-harapan ataupun tugas-tugas yang mereka terima dari lingkungan. Perencanaan merupakan salah satu tahapan dari proses pembentukan orientasi masa depan.

Salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi remaja adalah memiliki orientasi masa depan dalam area pekerjaan. Pembentukan orientasi masa depan dalam area pekerjaan adalah penting karena merupakan persiapan remaja sebelum memasuki masa dewasa. Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa pengalaman dan pengetahuan remaja tentang kehidupan dimasa mendatang sangat terbatas. Untuk itu, remaja sangat membutuhkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, terutama orang tua.


(48)

Dalam hal ini (Nurmi, 1991), menjelaskan bahwa meskipun teman sebaya dan lingkungan sekolah memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan remaja, namun sesungguhnya orang tua tetap menjadi bagian yang penting bagi kehidupan mereka. Orang tua masih sangat dibutuhkan remaja dalam memberikan saran dan nasehat ketika hendak membuat suatu keputusan yang bersifat jangka panjang, yang penting tetapi sulit dilakukan, seperti keputusan tentang jenis pekerjaan yang hendak ditekuninya dimasa depan. Singkatnya, dukungan orang tua masih sangat dibutuhkan oleh remaja dalam memutuskan rencana masa depanya.

Mengacu pada Pendapat Gottlieb (dalam Desmita, 2005), dukungan orang tua terhadap pembentukan orientasi masa depan remaja dapat dilakukan melalui pemberian informasi atau nasehat verbal dan non-verbal, bantuan nyata atau tindakan yang mempunyai manfaat emosional bagi remaja. Sementara itu, sesuai dengan pendapat Sarafino (2002), dukungan orang tua dapat diwujudkan dalam lima bentuk, yaitu: pertama, dukungan emosional; mencakup ungkapan empati, kepedulain dan perhatian orang tua terhadap remaja; kedua, dukungan penghargaan; terjadi lewat ungkapan penghargaan positif terhadap remaja, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan, dan membangkitkan harga diri remaja;

ketiga, dukungan instrumental; mencakup bantuan langsung secara materi atau pemberian fasilitas dan pelayanan pada remaja, (seperti: pemberian dana, pemenuhan buku-buku sarana pendidikan lainya, serta kesediaan orang tua meluangkan wakttu untuk berdialog atau senantiasa siap memberikan pertolongan ketika dibutuhkan oleh remaja).


(49)

dan keempat, dukungan informative; mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik mengenai bagaimana remaja seharusnya bertindak, mengenali dan menyelesaikan masalah secara lebih mudah, sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh orang tua. Kelima dukungan jaringan seperti membantu memperluas jaringan relasi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama.

Seperti yang telah diungkapkan oleh Trommsdroff (dalam Desmita, 2005) telah menunjukan betapa dukungan dan interaksi sosial yang terbina dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat penting bagi pembentukan orientasi remaja, terutama dalam pembentukan sikap optimis dalam memandang masa depanya. Remaja yang mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari orang tua nya, akan mengembangkan rasa percaya dan sikap yang positif terhadap masa depan, percaya akan keberhasilan yang akan dicapainya, serta lebih termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dimasa depan.

Sebaliknya, remaja yang kurang mendapat dukungan dari orang tua, akan tumbuh menjadi individu yang kurang optimis, kurang memiliki harapan tentang masa depan, kurang percaya atas kemampuannya merencanakan masa depan, dan pemikiranya pun menjadi kurang sistematis dan kurang terarah. Berdasarkan pemahaman diatas, dapat dilihat bahwa ada kecendrungan pengaruh antara dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan.


(50)

Hal ini dikarenakan orang tua merupakan lembaga pertama dalam kehidupan remaja sehingga dukungan orang tua dapat menumbuhkan sikap optimis dalam memandang masa depanya.

Berdasarkan penjelasan di atas, di bawah ini adalah skema dari kerangka berpikir pada penelitian ini:

D. Orang tua

Demografis

D. Emosi

D.Penghargaan D. Instrument D. Informasi D. Jaringan

Usia Jenis kelamin sosioekonomi

Orientasi masa depan


(51)

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Karena penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang akan diuji adalah hipotesis nihil yang terdiri dari hipotesis mayor dan minor, yaitu:

Hipotesis Mayor: Tidak ada pengaruh dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.

Hipotesis Minor:

H01: Tidak pengaruh dukungan emosi terhadap orientasi masa depan dalam area

pekerjaan pada remaja.

H02: Tidak ada pengaruh dukungan penghargaan terhadap orientasi masa depan

dalam area pekerjaan pada remaja.

H03: Tidak ada pengaruh dukungan instrumental terhadap orientasi masa depan

dalam area pekerjaan pada remaja.

H04: Tidak ada pengaruh dukungan insformasional terhadap orientasi masa depan

dalam area pekerjaan pada remaja.

H05: Tidak ada pengaruh dukungan jaringan terhadap orientasi masa depan dalam

area pekerjaan pada remaja.

H06: Tidak ada pengaruh variabel usia terhadap orientasi masa depan dalam area

pekerjaan pada remaja.

H07: Tidak ada pengaruh variabel jenis kelamin terhadap orientasi masa depan dalam

area pekerjaan pada remaja.

H08: Tidak ada pengaruh variabel sosioekonomi terhadap orientasi masa depan dalam


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA & SMK di Yayasan Pendidikan Dua Mei yang berjumlah 400 orang yang berusia sekitar 15-18 tahun. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 35% dari jumlah populasi siswa-siswi SMA & SMK Dua Mei yaitu berjumlah 140 orang.

3.3.1 Teknik Pengambilan sampel

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

probability sampling yaitu semua anggota atau subjek penelitian memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Sevilla, 1993).Teknik yang digunakan adalah cluster sampling. Dimana cluster sampling digunakan untuk pemilihan wilayah dan random sampling digunakan dalam dua tahap, yaitu tahap memilih sekolah, dan tahap memilih kelas.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja, dukungan orang tua (terdiri dari 5 aspek), usia, jenis kelamin, dan sosioekonomi.


(53)

Orientasi masa depan dijadikan sebagai dependent variabel, sedangkan dukungan orang tua dijadikan sebagai independent variabel, yang merupakan sehimpunan variabel yang digunakan untuk memprediksi atau menjelaskan mengapa orientasi masa depan itu bervariasi

3.2.1 Definisi Operasional Variabel

a. Definisi Operasional orientasi masa depan adalah skor yang diperoleh dari pengukuran skala orientasi masa depan dalam area pekerjaan yang menjadi dasar untuk menetapkan tujuan, rencana, dan membuat pilihan, yang dijelaskan dengan tiga proses yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi (Nurmi, 1989).

b. Definisi Operasional dukungan orang tua merupakan skor akhir yang didapatkan dari pengisian skala dukungan orang tua dengan aspek yang diadaptasi dari bentuk-bentuk dukungan orang tua. (Sarafino, 2002) meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan jaringan.


(54)

3.3. Teknik pengumpulan data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Penggunaan skala pada pengumpulan data didasarkan bahwa untuk mengungkap data seperti mengenai sikap terhadap sesuatu. Adapun skala yang digunakan adalah skala model Likert dengan empat alternatif jawaban. Selain itu pernyataannya dibuat dengan kategori positif atau kesetujuan (favorable) dan item yang disebut negatif atau ketidaksetujuan (unfavorable) Sevilla, (1993).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala Likert dengan menggunakan 4 pilihan jawaban yakni sebagai berikut:

 Sangat Setuju (SS)

 Setuju (S)

 Tidak Setuju (TS)

 Sangat Tidak Setuju (STS)

Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable atau unfavorable. Untuk jawaban favorable skornya bergerak dari kanan ke kiri (SSSTSSTS) dengan nilai (4321). Sedangkan untuk unfavorable

cara skornya bergerak sebaliknya dari kiri ke kanan, (STSTSSSS) dengan nilai (1234). Jika digambarkan dalam bentuk tabel, maka hasilnya sebagai berikut:


(55)

Tabel 3.1 Bobot Nilai

Kategori Respon SS S TS STS

Favorabel 4 3 2 1

Unfavorabel 1 2 3 4

3.3.1 Instrumen penelitian

Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu:

1. Skala Orientasi masa depan.

Peneliti akan membuat pertanyaan-pertanyaan mengenai orientasi masa depan beradasrkan teori Orientasi masa depan yang dikemukakan oleh Jari-Erik Nurmi (1989). Penelitian ini akan difokuskan pada salah satu prosepective life

dominan dari orientasi masa depan, yaitu dominan pekerjaan.

Table 3.4

Blue Print Try Out Skala Orientasi masa depan

No Aspek Indikator No item Total

F (+) UF (-) 1 Motivasi  Adanya dorongan dari

individu untuk mencapai tujuanya

 Waktu pencapian

 Tujuan yang ingin dicapai

1,6,11 31,36,41 12,17,

16,21,26 46,2,7 22,27


(56)

2 Perencanaan  Pengetahuan mengenai bidang yang dicita-citakan  Perencanaan yang telah

dibuat

 Tingkat realisasi atas rencana yang telah dibuat

32,37,42 13,18,23 43,48,4 47,3,8 28,33,38 9.14,19 18

3 Evaluasi  Keyakinan diri untuk mengontrol realisasi dari harapan dan tujuan  Perkiraan terhadap

kemungkinan pencapaian tujuan

 Kondisi emosi yang mengikuti individu ketika mengevaluasi apa yang dilakukanya dimasa depan.

24,29,34 10,15 30,35 39,44,5 20,25 40.45 14

Jumlah 24 24 48

Skala orientasi yang akan di uji terdiri dari 48, terdiri dari 24 item favorabel dan 24 item unfavorabel. Selanjutnya untuk menginterpretasi skor responden, penulis menentukan 4 kategori jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

3.3.2 Skala dukungan orang tua

Dalam skala dukungan orang tua, peneliti akan membuat pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan dukungan orang tua. Skala ini berdasarkan teori Sarafino (2002) yang diukur menggunakan skala Likert.


(57)

Tabel 3.3

Blue Print Try Out Skala dukungan orangtua

No Aspek Indikator Item Total

F (+) UF (-)

1 Dukungan

emosional

a. Mendapatkan Kepedulian

b. Mendapatkan kasih sayang.

29, 49, 10, 58,56 30,40,50 39,20,59,60 57,17 14 2 Dukungan penghargaa n a. Mengungkapkan penghargaan positif b. Memberikan dorongan untuk maju. c. Membangkitkan harga diri. 15, 25

55, 6, 16, 26, 36 27,37

35, 45 46, 7, 17 47,8

16

3 Dukungan

instrumental a. Bantuan langsung berupa materi b. Bantuan langsung

berupa tindakan. 43, 53,4 5,54 14, 24,34 4 9 4 Dukungan informasion al

a. Memberi nasehat dan saran b. Memberikan penghargaan c. Memberikan feedback. 1,11,21, 31,41 12, 22 52, 3 51,2 32,4, 2 13,23,33 17 5 Dukungan

jaringan a. Memperkenalkan

dgn saudara atau kerabat yang memiliki minat yg sama.

18,28,9 38,48,19 4


(58)

Skala dukungan orang tua yang akan di uji terdiri dari, 60 item terdiri dari 33 item favorabel dan 27 item unfavorabel. Selanjutnya untuk menginterpretasi skor responden, penulis menentukan 4 kategori jawaban, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

3.4 Teknik Uji Instrumen 3.4.1 Uji Instrumen

Sebelum dilakukan penelitian sebenarnya, peneliti melakukan pengujian validitas dan reliabilitas alat (try out) terhadap 40 Remaja di SMK YMJ yang berusia 15-18 tahun.

1. Mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan responden dalam menyelesaikan pengisian instrumen.

2. Mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan/item yang diberikan.

3. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor setiap item dikorelasikan dengan skor total.

4. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas skala tersebut.


(59)

3.5 Uji Validitas

Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu dapat mengukur (Anastasi dan Urbina, 2007). Untuk mengetahui apakah skala yang telah dibuat mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, maka diperlukan pengukuran validitas. Oleh karena itu, untuk menguji validitas dari skala yang telah dibuat dengan menggunakan teknik korelasional Product Moment Pearson, dalam perhitungannya dilakukan dengan analisa statistik melalui perhitungan SPSS versi 17.

3.6 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur derajat ketepatan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Menurut Sevilla (1993) reliabilitas merupakan derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen penelitian. Tes dikatakan sebagai reliabilitas tinggi apabila skor tampak tes itu dikatakan konsisten dan dapat diandalkan. Adapun uji reliabilitas alat tes atau skala dengan rumusAlpha Cronbachdan perhitungan menggunakan SPSS versi 17.

Table 3.4

Klasifikasi Koefesien Reliabilitas

Kriteria Koefesien

Sangat reliable >0,9

Reliable 0,7-0,9

Cukup reliable 0,4-0,7

Kuarng reliable 0,2-0,4


(60)

Table 3.4

Hasil Uji Validitas Skala Orientasi masa depan

No Aspek Indikator No item Total

F (+) UF (-)

1 Motivasi  Adanya dorongan dari

individu untuk mencapai tujuanya.

 Waktu pencapian

 Tujuan yang ingin dicapai

*1, *6,* 11 31,*36,*41 *12,*17,

16,21,26 46, *2,7

22,*27 16

2 Perencanaan  Pengetahuan mengenai

bidang yang dicita-citakan  Perencanaan yang dibuat  Tingkat realisasi atas

rencana yang telah dibuat

*32,37,*42 *13,18, *23 *43,*48,4

*47, *3, 8 *28,33,*38 *9.*14,19

18

3 Evaluasi Keyakinan diri untuk

mengontrol realisasi dari harapan dan tujuan  Perkiraan terhadap

kemungkinan pencapaian tujuan

 Kondisi emosi yg mengikuti individu ketika

mengevaluasi apa yang dilakukaunya dimasa depan.

*24,29,*34 *10,15 *30,3*5 *39,44,5 20,*25 *40.45 14

Jumlah 24 24 48

Keterangan : * item yang valid

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 48 item skala orientasi masa depan , ada 30 item yang valid, yaitu item nomor 1, 2, 3, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 23, 24, 25, 27, 28, 30, 32, 34, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 46, 47, 48, Item-item yang valid


(61)

itulah yang dijadikan alat ukur untuk penelitian dari uji reliabilitas. item yang valid pada skala orientasi masa depan diperoleh koefisien alpha cronbach sebesar .799 Angka tersebut dapat dikatakan reliabel karena menurut Azwar (2004), suatu kuesioner diaktakan realibel jika nilaiAlpha Cronbch>0,60.

Sedangkan pada skala dukungan orang tua , dari 60 item yang di uji cobakan, terdapat 36 item yang valid sedangkan 24 item lainnya tidak valid. No item yang valid dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3

Blue Print Try Out Skala dukungan orangtua

No Aspek Indikator Item Total

F (+) UF (-)

1 Dukungan

emosional

 Mendapatkan Kepedulian

 Mendapatkan kasih sayang. *29, *49, 10,*58,*56*3 0,*40,*50 39,20,*59,* 6 *57,17 14 2 Dukungan penghargaan  Mengungkapkan penghargaan positif  Memberikan dorongan untuk maju.  Membangkitkan harga diri *15,*25 55,*6,*16,*26 36 *27,3*7 35,*4 46,*7, 17 47,8 16


(62)

3 Dukungan

instrumental Bantuan langsung

berupa materi  Bantuan langsung

berupa tindakan *43,*53,4 *5,*54 14,*24,34 *4 9 4 Dukungan informasional

 Memberi nasehat dan saran.  Memberikan penghargaan  Memberikan feedback *1,11,21,*31, * *41 12,*22 *52,*3 51,2 32,4*2 13,*23,33 16 5 Dukungan jaringan  Memperkenalkan

dgn saudara atau kerabat

*18,*28,9 38,48,*19 4

JUMLAH 33 27 60

Keterangan : * item yang valid

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 60 item skala dukungan orang tua , ada 36 item yang valid yaitu item nomor 1, 3,4,5,6,7,15,16, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 3, 31, 33, 34, 37, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 49, 50, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60, Item-item yang valid itulah yang dijadikan alat ukur untuk penelitian.

Selanjutnya item yang valid pada skala dukungan orang tua , diperoleh koefisien alpha cronbach sebesar, 844. Hasil tersebut menunjukan bahwa skala dukungan orang tua dapat dikatakan reliabel karena menurut Azwar (2000), suatu kuesioner diaktakan realibel jika nilaiAlpha Cronbch>0,60.


(63)

3.5 Metode Analisa

Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh dari dukungan orang tua terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja, penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan diukur peneliti menggunakan teknik multiple regression atau analisis regresi berganda. Adapun persamaan umum analisa berganda ini adalah:

Y= a+b1X1+b2X2+ .+bpXp+e

Dimana :

Y : Dependen variabel (DV) yang dalam hal ini adalah orientasi

Depan dalam area pekerjaan

X1,X2, .Xp : Independen variabel (IV)yang jumlahnya p

p : Jumlah independen variabel (IV)

a : Intercept/konstan

b1,b2, .bp : Koefesien regresi untuk masing-masing IV


(64)

Dalam analisa multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi yaitu:

 R2Yang menunjukan proporsi varian (persentase varian) dari dependen

variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independen variabel

 Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya ,asing-masing koefesien regresi. Koefesien yang signifikan menunjukan dampak yang signifikan dari independen variabel (IV) yang bersangkutan.

 Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independen variabel (IV) diketahui.


(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut mencakup gambaran umum responden, serta hasil pengujian hipotesis.

4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27-30 September 2011 di SMA&SMK Yayasan Pendidikan Dua Mei. Berikut ini diuraikan gambaran umum subyek dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, usia, dan sosioekonomi, dengan melibatkan 140 siswa.

4.1.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.1 Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Frekuensi Presentasi

1 Laki-laki 60 42,9%

2 Perempuan 80 57,1%

140 100%

Dari 140 responden yang diteliti berdasarkan jenis kelmain pada penelitian ini diketahui terdapat 80 responden perempuan dengan presentase 57,1% dan jumlah responden laki-laki sebesar 60 responden dengan persentase 42,9%.


(66)

4.1.2 Responden berdasarkan Tingkat usia

Tabel 4.2

Berdasarkan tingkat usia

No Usia Frekuensi Presentase

1 15 34 24%

2 16 46 32%

3 17 47 33%

4 18 13 12%

Total 140 100%

Pada gambaran umum usianya, terdapat 34 siswa yang berusia 15 tahun dengan persentase sebesar 24%, berikutnya 46 siswa yang berusia 16 tahun dengan persentase 32%, berikutnya 47 siswa yang berusia 17 tahun dengan presentase 33% dan yang terakhir sebessar 13 siswa yang berusia 18 tahun dengan persentase 12%.

4.1.3 Responden Berdasarkan Tingkat pendapatan orang tua (sosioekonomi).

Tingkat pendapatan orang tua yang diambil dalam penelitian ini yaitu berdasarkan UMR 2011 wilayah Jakarta sehingga dapat digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Berdasarkan Tingkat Pendapatan Orang tua (sosioekonomi)

No Pendapatan orang tua Frekuensi Presentase

1 <1.290.000 58 41%

2 >1.290.000 82 58%


(67)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, responden yang memiliki pendapatan orang tua < 1.290.000 berjumlah 58 dengan presentase sebesar 41%. Sedangkan responden dengan sosioekonomi > 1.290.000 berjumlah 82 responden dengan presentase sebesar 58%.

4.2 Uji Hipotesis Penelitian

4.2.1 Analisis regresi variabel penelitian

Peneliti menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan softwareSPSS 17.00 untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangsih dimensi dukungan orang tua (seperti dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukunga jaringan), usia, sosioekonomi dan jenis kelamin terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja. Hasil perhitungannya akan ditampilkan dibawah ini:

4.4 Tabel Square

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,489a ,239 ,193 6,69477


(68)

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai koefisien determinasi (R square) yang didapat adalah sebesar 0,239. Hal ini berarti bahwa kedelapan independent variable

(dimensi dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan jaringan), usia, sosioekonomi, dan jenis kelamin memberikan sumbangsih sebesar 23,9% terhadap perubahan variabel orientasi masa depan, sedangkan 76,1 % sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variabel terhadap orientasi masa depan. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1844.646 8 230.581 5.145 .000a

Residual 5871.411 131 44.820

Total 7716.058 139

a. Predictors: (Constant), usia, D.Penghargaan, jenis kelamin, sosioekonomi, D.emosiI, D.informasional D.jaringansosial, D.Instrumental

Dari tabel Anova, diperoleh nilai F hitung yang didapat adalah sebesar 5,145. Sementara nilai probabilitas hitung atau taraf signifikansi yang didapat adalah sebesar 0,000. Karena taraf signifikansi < 0,05 maka persamaan regresi yang dipergunakan dapat diterapkan dalam analisis data. Hal ini berarti Hipotesis mayor menyebutkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara dimensi dukungan orang tua (seperti


(69)

dukungan emosi, penghargaan, instrumental, informasional, jaringan), dan variabel demografi (seperti usia, jenis kelamin, dan sosioekonomi) terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.

Langkah kedua adalah melihat apakah dari 8 IV (minor) berpengaruh secara positif maupun negative dan signifikan terhadap DV. Adapun penyajiannya pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Koefesien regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 37,767 13,921 2,713 ,008

D.Emosional -,055 ,066 -,068 -,838 ,404

D.Penghargaan ,152 ,081 ,165 1,882 ,062

D.Instrumental ,107 ,089 ,114 1,198 ,233

D.Informasional ,152 ,085 ,157 1,777 ,078

D.jaringansosial ,137 ,065 ,184 2,121 ,030

Jenis kelamin ,994 1,155 ,066 ,860 ,391

Sosioekonomi -,248 ,877 -,022 -,282 ,778

Usia -,758 ,653 -,094 -1,161 ,248

Berdasarkan table diatas, persamaan regresi berasarkan nilai B yaitu:

Orientasi Masa Depan : 37,761 0,055 D.emosi + 0,152 D.Penghargaan + 0,107 D.instrumental + 0,152 D.informasi + 0,137 D.jaringan sosial + 0,994 Jenis kelamin- 0,248 sosioekonomi-0,758 Usia


(70)

Dari tabel 4.6 untuk melihat signifikan atau tidaknya koefesien regresi yang dihasilkan kita cukup melihat nilai sig pada kolom yang paling kanan (kolom ke-6), jika P < 0.05, maka koefesien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap orientasi masa depan dan sebaliknya. Penjelasan dari nilai koefesien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut :

1. Aspek dukungan emosi : diperoleh nilai koefesien regresi sebesar -0,055 yang berarti bahwa dimensi dukungan emosi secara negatif mempengaruhi orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja tetapi tidak signifikan karena p=0,404 > 0,05. Jadi semakin tinggi dukungan emosi maka semakin rendah orientasi masa depan dalam area pekerjaan

2. Aspek dukungan penghargaan : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,152 yang berarti bahwa aspek dukungan penghargaan secara positif mempengaruhi orientasi masa depan dalam area pekerjaan, tetapi tidak signifikan karena p=0,062 >0,05. Jadi semakin tinggi skor dukungan penghargaan maka semakin tinggi orientasi masa depan dalam area pekerjaan.

3. Aspek dukungan instrumental : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,107 yang berarti bahwa aspek dukungan instrumental secara positif mempengaruhi orientasi masa depan tetapi tidak signifikan karena p= 0,233 > 0,05. Semakin tinggi dukungan instrumental maka semakin tinggi orientasi masa depan dalam area pekerjaan.

4. Aspek dukungan informasi: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,152 yang berarti bahwa aspek dukungan informasi secara positif mempengaruhi


(71)

orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja tetapi tidak signifikan karena p= 0,078 > 0,05. Semakin tinggi dukungan informasi maka semakin tinggi orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.

5. Aspek dukungan jaringan sosial : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,137 yang berarti bahwa aspek dukungan jaringan sosial secara positif mempengaruhi orientatasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja dan signifikan karena p= 0,030 < 0,05. Semakin tinggi dukungan jaringan maka semakin tinggi orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja.

6. Variabel jenis kelamin : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,994 yang berarti bahwa variabel jenis kelamin secara positif mempengaruhi orientasi masa depan tetapi tidak signifikan karena 0,391 > 0,05

7. Variabel sosioekonomi : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,248 yang berarti variabel sosioekonomi secara negatif mempengaruhi orientasi masa depan dan tidak signifikan karena 0,778 > 0,05

8. Variabel usia : diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,758 yang berarti bahwa dimensi usia secara negative mempengaruhi orientasi masa depan tetapi tidak signifikan karena 0,248 >0,05.


(1)

Selanjutnya dari hasil uji T-test untuk variabel jenis kelamin, hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap orientasi masa depan pada remaja. Dengan kata lain, perbedaan jenis kelamin tidak secara signifikan mempengaruhi orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja. Artinya responden yang berjenis kelamin laki-laki dan responden yang berjenis kelamin perempuan memiliki orientasi masa depan dalam area pekerjaan relatif sama.

Namun, berdasarkan tinjauan literature sebelumnya ada perbedaan jenis kelamin yang signifikan antara dominan-dominan pada orientasi masa depan, tetapi pola perbedaan yang muncul akan berubah seiring berjalanya waktu Nurmi (1991, dalam McCabe & Bernett,2000). Ditemukan bahwa perempuan lebih berorientasi kearah masa depan pernikahan dan laki-laki berorientasi ke arah masa depan karir. Berari tidak ada kesesuaian antara hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Pertama, hal ini mungkin dapat dikarenakan oleh jumlah sampel dalam penelitian ini tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan, dimana perempuan memiliki proporsi yang lebih besar.

Kedua Menurut peneliti, faktor budaya Indonesia secara umum, juga mempengaruhi orientasi masa depan. Contohnya, pada masyarakat Indonesia sekarang ini, nilai kultural yang berlaku adalah individual autonomy (kemandirian individu). Nilai ini mengajarkan dan melatih generasi mudanya untuk mandiri dan merencankan masa depanya sendiri. Ketika nilai kemandirian dan berfikir kemasa depan menjadi nilai utama yang berlaku dimasyarakat Indonesia. Terkait dengan


(2)

peranan budaya dalam orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja , peneliti berfikir bahwa persamaan dalam orientasi masa depan dikarenakan adanya kesetaraan gender yang berlaku di Indonesia seperti sekarang ini.

Untuk variabel usia hasil penelitian menunjukan bahwa usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap orientasi masa depan pada remaja dalam area pekerjaan. Dengan kata lain tidak ada perbedaan secara signifikan antara remaja yang berusia 15,16,17,18, terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja. Remaja dengan usia yang lebih dewasa belum tentu secara signifikan memiliki orientasi masa depan yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja dengan usia yang lebih muda.

Variabel terakhir ialah variabel sosioekonomi, hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari status sosioekonomi terhadap orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja. Artinya tidak terdapat perbedaan tingkat orientasi masa depan antara remaja dengan status sosioekonomi tinggi, sedang, rendah.

Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Poole dan Conney (1991) yang menunjukan bahwa individu yang memiliki latar belakang status sosioekonomi yang tinggi cenderung untuk memiliki pikiran mengenai masa depan karir yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki latar belakang sosioekonomi yang rendah. Perbedaan hasil penelitian diatas dapat dikarenakan oleh proposisi sampel yang tidak seimbang antara remaja yang memiliki status sosioekonomi tinggi, sedang, rendah.


(3)

5.3 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak kekurangan dan kelemahanya. Namun hal tersebut merupkan pembelajaran berharga yang dapat diperoleh. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

5.3.1 Saran teoritis

 Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang bersekoloh di Yayasan Pendidikan Dua Mei Ciputat. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas cakupan populasi dan memperbanyak jumlah sampel, agar diperoleh data yang lebih variatif.

 Konstruk orientasi masa depan dapat diaplikasikan pada berbagai dominan kehidupan. Penelitian ini hanya meneliti orientasi masa depan dalam dominan pekerjaan. Oleh karena itu, penting kiranya mengadakan penelitian orientasi masa depan dalam bidang pendidikan, dan pernikahan.

5.3.2 Saran Praktis

Mengingat pentingnya orientasi masa depan dalam proses perkembangan remaja, maka penulis menyarankan:

 Hasil penelitian ini dapat juga dijadikan bahan masukan yang positif untuk para orang tua agar mengambil peran yang besar dalam membimbing dan mengarahkan anak-anaknya, dan mengintensifkan komunikasi antara orang tua dan anak. Sehingga anak-anak remaja dapat menyelesaikan


(4)

perkembangannya dengan baik khusunya dalam memperoleh orientasi yang baik tentang masa depanya.

 Mengingat persaingan hidup yang semakin ketat, peran guru disekolah juga dapat membantu para remaja dalam memotivasi, merencanakan dan mengevaluasi orientasi masa depan dalam area pekerjaan pada remaja. Misalnya bersama remaja dapat mencari pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh remaja.

 Selain itu juga pihak sekolah dapat membuat suatu budaya tertentu atau membuat nilai bersama terkait dengan orientasi masa depan misalnya dengan mensosialisasikan dan menginternalisasikan falsafah gagal berencana, berarti merencanakan kegagalan , atau falsafah lainya yang mengedepankan pentingnya merencankan masa depan. Falsafah ini dapat dipajang dikelas dan ditempat-tempat strategis sehingga dapat dilihat dan diingat dengan mudah oleh siswa.

 Mengadakan career day atau seminar mengenai pekerjaan/karir dari berbagai profesi sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan mengenai jenis pekerjaan/karir kepada siswa.

 Untuk para remaja agar lebih menggali dan mencari informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai pekerjaan yang diinginkan dimasa depan, karena dengan informasi yang lebih banyak akan memudahkan tercapainya pekerjaan yang di inginkan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A.G. (2001). ESQ : Emotional spiritual quotient berdasarkan 6 Rukun iman dan 5 rukun islam. Jakarta : Arga Wijaya Persada

Arikuto,S (2006) Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineke Cipta

Azwar, S (2005).Tes prestasiJakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, S (2000).Penyusunan skala psikologi. Jakarta : Pustaka pelajar Desmita.(2005).Psikologi perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Edward,P.S (1994).Biopsychosocial interactions. John Willey & Sons. Martha, Y. (1991) Dukungan orang tua terhadap keputusan Karir

remaja dengan status keputusan karir, Jurnal Phronesis, vol.1 juni 1999

McCabe, Kristen M & Douglas Barnett. (2000). The Relation Between Familial Factors and Future Orientation of Urban, African American Sixth Graders. Journal of Child and Family Studies Vol. 9, No.4.

McCabe, Kristen M & Douglas Barnett. (2000). First comes work, then comes marriage future orientation among african american young adolescents. Journal of Interdisiplinary Journal of Applied Vol. 49. No.1

Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (1991)Psikologi perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya (cetakan ke-7). Yogya: Gajah Mada University Press..

Noviyanti, silvia& Freyani, Lidya (2001).Orientasi masa depan dalam bidang pendidikan dan karir pada siswa SMA program akselerasi. Journal gifted. Universitas Indonesia

Nurmi, J.E (1989).Adolescents orientation to the future development of Interest and Plans, and Related Attributions and Affect, in the Life-Span Context.Helsinski Societas Scientiarum Fennica.


(6)

Nurmi, J.E (1991).How do adolescents see their future? A review of the development of future orientation and planning.Helsinski Academic Press, Inc.

Sadarojen.2008. orientasi masa depanhttp://www.cetak.kompas.com./read/xml /2008/016/01286/diunduh pada tanggal 17 maret, 2011

Santrock, J.W (2003)Life span development, Erlangga : Jakarta

Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalan, TG., Regala, B. P., Uriarte, G. G. Penerjemah Alimuddin Tuwu. (2006).Pengantar metode penelitian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Seginer, Rachel & Schlesineger, Ronit. (1998). The case of the Israeli Kibuiz

international. Journal of behavioral development,Vol 22, No.53.page 151-16 Taylor (2009 )Health Psychology, seven edition. McGraw Hill Companies.