Sanitasi Dasar 1. Sarana Air Bersih

komunikasi, saluran air, tata letak fisik sedang isinya adalah manusia dan masyarakat Kusnoputranto, 2000.

2.1.2. Persyaratan Kesehatan Perumahan

Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829MenkesSKVII1999 terlampir. Menurut syarat rumah yang sehat, jenis lantai yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai rumah dapat terbuat dari: ubin atau semen, kayu, dan tanah yang disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu dapat menimbulkan sarang penyakit Notoatmodjo, 2003. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, paling tidak perlu diplester dan akan lebih baik kalau dilapisi ubin atau keramik yang mudah dibersihkan Depkes, 2002. 2.2. Sanitasi Dasar 2.2.1. Sarana Air Bersih

2.2.1.1 Pengertian Air Bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan Universitas Sumatera Utara dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana Chandra, 2007. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum Permenkes RI No 416 Tahun 1990.

2.2.1.2. Sumber Air

Sumber air yang digunakan sehari-hari harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air di bumi selalu mengalami siklus hidrologi sehingga dikenal 4 empat sumber air di bumi yaitu Sutrisno, 2006: 1. Air Laut Mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3. Dengan keadaan ini maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air bersih. 2. Air Hujan Dalam keadaan murni sangat bersih, karena adanya pengotoran dari udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industridebu dan lain sebagainya, maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena banyak mengandung kotoran. 3. Air Permukaan Air permukaan adalah air yang terdapat di permukaan tanah seperti sungai, danau, rawa dan sebagainya. Dibandingkan dengan sumber-sumber air lainnya air Universitas Sumatera Utara permukaan mudah sekali mengalami pencemaran. Disamping pencemaran disebabkan oleh kegiatan manusia juga oleh flora dan fauna. a. Air Sungai Dalam penggunaanya sebagai air bersih haruslah diolah mengingat air ini pada umumnya derajat pengotorannya tinggi, debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pada umumnya dapat mencukupi. b. Air RawaDanau Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organisme yang telah membusuk misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan air warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula. Dan dalam keadaan kelarutan O 2 kurang sekali anaerob, maka unsur-unsur Fe dan Mn akan larut. 4. Air Tanah Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap ke dalam tanah dan akan menjadi air tanah. Air tanah terbagi menjadi tiga yaitu : a. Air Tanah Dangkal Terjadi karena proses peresapan air dari permukaan tanah. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter. Air tanah ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih melalui sumur-sumur dangkal. Dari segi kualitas agak baik sedangkan kuantitasnya kurang cukup dan tergantung pada musim. Universitas Sumatera Utara b. Air Tanah Dalam Terdapat pada lapisan rapat air pertama dengan kedalaman 100 – 300 meter. Ditinjau dari segi kualitas pada umumnya lebih baik dari air tanah dangkal. Sedangkan kuantitasnya mencukupi tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi oleh perubahan musim. c. Mata air Mata air adalah air yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Keluarnya air tersebut secara murni dan biasanya terdapat di lereng-lereng gunung atau sepanjang tepi sungai. Hampir tidak terpengaruh oleh musim.

2.2.1.3. Persyaratan Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas. a. Syarat Kuantitatif Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari tergantung kepada aktifitas dan tingkat kebutuhan. Makin banyak aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan air akan semakin besar. Jumlah air untuk keperluan rumah tangga per hari per kapita tidaklah sama pada tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan di negara- negara yang sudah maju, jumlah pemakaian air per hari per kapita lebih besar daripada di negara-negara yang sedang berkembang. Universitas Sumatera Utara Di Indonesia diperkirakan 100 literorangkapita dengan perincian Entjang, 2000 : a. minum : 5 liter b. memasak : 5 liter c. membersihkanmencuci : 15 liter d. mandi : 30 liter e. kakus WC : 45 liter b. Syarat Kualitatif Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416MenkesPerIX1990 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Slamet, 2007: 1. Parameter Fisik Air yang memenuhi persyaratan fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman, dan jumlah zat padat terlarut TDS yang rendah. a. Bau Air yang berbau selain tidak estetis juga tidak akan disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. b. Rasa Air yang bersih biasanya tidak memberi rasatawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Universitas Sumatera Utara c. Warna Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warnapun dapat berasal dari buangan industri. d. Kekeruhan Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. e. Suhu Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluranpipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi biokimia di dalam saluranpipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah berkembang biak, dan bila diminum air dapat menghilangkan dahaga. f. Jumlah Zat Padat Terlarut Jumlah zat padat terlarut TDS biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut. Universitas Sumatera Utara 2. Parameter Mikrobiologis Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri pathogen. Bakteri golongan coli tidak merupakan bakteri golongan pathogen, namun bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen. 3. Parameter Radioaktifitas Dari segi parameter radioaktivitas, apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker dan mutasi. 4. Parameter Kimia Dari segi parameter kimia, air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain air raksa Hg, alumunium Al, Arsen As, barium Ba, besi Fe, Flourida F, Kalsium Ca, derajat keasaman pH, dan zat kimia lainnya. Air sebaiknya tidak asam dan tidak basa Netral untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air. Derajat keasaman pH yang dianjurkan untuk air bersih adalah 6,5 – 9. Universitas Sumatera Utara

2.2.1.4. Peranan Air dan Pengaruh Air bagi Kesehatan

Air dalam kehidupan manusia, selain memberikan manfaat yang menguntungkan dapat juga memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan. Air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan merupakan media penularan penyakit karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut Slamet, 2007. Penyakit yang dapat ditularkan melalui air Kusnoputranto, 2000: 1. Water Borne Disease Water borne disease adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, dimana air minum tersebut mengandung kuman pathogen dan terminum oleh manusia maka dapat menimbulkan penyakit. Penyakit- penyakit tersebut antara lain adalah penyakit cholera, thypoid, hepatitis infektiosa, dysentri, dan gastroentritis. 2. Water Washed Disease Water washed disease adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan hygiene perseorangan dan air bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Dengan terjaminnya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit-penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan, diantaranya adalah penyakit infeksi saluran pencernaan. Salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare, penularannya bersifat fecal-oral. Universitas Sumatera Utara 3. Water Based Disease Water based disease adalah penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian besar siklus hidupnya di air seperti schistosomiasis. Larva schistoma hidup di dalam keong air. Setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi carcaria dan menembus kulit kaki manusia yang berada di dalam air tersebut. 4. Water Related Insect Vectors Water related insect vectors adalah penyakit yang di tularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever dan sebagainya.

2.2.2. Jamban

Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain: thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing gelang, kremi, tambang dan pita, schistosomiasis dan sebagainya Notoatmodjo, 2003. Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban tersebut sehat jika memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban, tidak mengotori air permukaan disekitarnya, tidak mengotori air tanah disekitarnya, tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan Universitas Sumatera Utara binatang lainnya, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, desainnya sederhana, murah, dan dapat diterima pemakainya Notoatmodjo, 2003. Macam-macam kakus antara lain sebagai berikut Entjang, 2000: 1. Jamban cubluk Pit privy Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5 sampai 8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber minum sekurang-kurangnya 15 meter. 2. Jamban cubluk berair Aqua privy Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukkanya sama seperti pembusukan tinja dalam air kali. 3. Jamban leher angsa Angsa trine Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya. 4. Jamban bor Bored hole latrine Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan sementara. Kerugiannya bila air permukaan banyak mudah terjadi pengotoran tanah permukaan. Universitas Sumatera Utara 5. Jamban keranjang Bucket latrine Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat pembuangan. Penggunaan jenis jamban ini biasanya menimbulkan bau. 6. Jamban parit Trench latrine Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30 - 40 cm untuk tempat defaecatie. Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan jamban parit sering mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang berhubungan dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan. 7. Jamban empanggantung Overhung latrine Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat menimbulkan wabah. 8. Jamban kimia Chemical toilet Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam kendaraan umum misalnya dalam pesawat udara, dapat pula digunakan dalam rumah. Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80 dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor tercemar. Selanjutnya air limbah ini akan mengalir ke sungai dan akan digunakan oleh manusia lagi Notoatmodjo, 2007. Adapun beberapa cara pembuangan air limbah adalah sebagai berikut Entjang, 2000 : 1. Dengan Pengeceran Disposal by Dilution Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mendapat pengeceran. Cara ini hanya dapat dilaksanakan di tempat-tempat yang banyak air permukaannya. Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami. Karena kontaminasi air permukaan oleh bakteri patogen, larva, dan telur cacing serta bibit penyakit lainnya yang berasal dari feces penderita maka diisyaratkan: a. Sungai atau danau itu airnya tidak boleh digunakan untuk keperluaan lain. b. Airnya harus cukup banyak sehingga pengecerannya paling sedikit 30-40 kali. c. Airnya harus cukup mengandung O 2 , artinya harus mengalir sehingga tidak bau. 2. Cesspool Cesspool ini menyerupai sumur tapi gunanya untuk pembuangan air limbah. Dibuat pada tanah yang poreus berpasir agar air buangan mudah meresap ke dalam Universitas Sumatera Utara tanah. Bagian atasnya ditembok agar tak tembus air. Bila sudah penuh ± 6 bulan lumpurnya diisap keluar atau sejak semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga bila yang satu penuh, airnya akan mengalir ke cesspool berikutnya. 3. Seepage Pit sumur resapan Sepage pit merupakan sumur tempat menerima air limbah yang telah mengalami pengolahan dalam sistim lain, misalnya aqua-privy atau septic-tank. Di dalam seepage pit ini airnya tinggal mengalami peresapan saja di dalam tanah. Lama pemakaiannya adalah 6-10 tahun. 4. Septik Tank Merupakan cara yang terbaik yang di anjurkan WHO tapi biayanya mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas. 5. Sistim Riool Sewerage Sistim riool merupakan cara pembuangan sewage di kota-kota dan selalu harus termasuk dalam rencana pembangunan kota. Semua sewage baik dari rumah- rumah maupun dari perusahaan-perusahaan dialirkan ke sistim riool. Bila sistim riool ini dipakai pula untuk menampung air hujan disebut combined system; bila untuk menampung air hujan dipisahkan disebut separated system. Pengelolaan air buangan yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Beberapa akibatnya yaitu Kusnoputranto, 2000: Universitas Sumatera Utara a. Akibat terhadap lingkungan Air buangan limbah dapat menjadi sumber pengotoran, sehingga bila tidak dikelola dengan baik akan dapat menimbulkan pencemaran terhadap air permukaan, tanah atau lingkungan hidup dan terkadang dapat dapat menimbulkan bau serta pemandangan yang tidak menyenangkan. b. Akibat terhadap kesehatan masyarakat Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan dapat menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, larva nyamuk ataupun serangga lainnya dan juga dapat menjadi media transmisi penyakit seperti cholera, thypus dan lainnya.

2.2.4. Tempat Pembuangan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit bakteri patogen, dan juga binatang serangga sebagai pemindahpenyebar penyakit vektor Notoatmodjo, 2007. Pengelolaan sampah yang baik, bukan untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa Universitas Sumatera Utara sehingga sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Syarat-syarat tempat sampah antara lain : 1. Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah. 2. Mempunyai tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan. 3. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negatif terhadap masyarakat dan lingkungan adalah sebagai berikut Kusnoputranto, 2000: a. Terhadap kesehatan Pengelolaan sampah yang tidak baik akan menyediakan tempat yang baik bagi vektor-vektor penyakit yaitu serangga dan binatang-binatang pengerat untuk mencari makan dan berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menimbulkan penyakit. b. Terhadap lingkungan 1. Dapat mengganggu estetika serta kesegaran udara lingkungan masyarakat akibat gas-gas tertentu yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme. 2. Debu-debu yang berterbangan dapat mengganggu mata serta pernafasan. 3. Bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara karena ada asap di udara. Universitas Sumatera Utara 4. Pembuangan sampah ke saluran-saluran air akan menyebabkan estetika yang terganggu, memyebabkan pendangkalan saluran serta mengurangi kemampuan daya aliran saluran. 5. Dapat menyebabkan banjir apabila sampah dibuang ke saluran yang daya serap alirannya sudah menurun. 6. Pembuangan sampah ke selokan atau badan air akan menyebabkan terjadinya pengotoran badan air.

2.3. Lalat