5.2 Saran
Novel Mendayung Impian ini merupakan sebuah novel inspirasi bagi setiap pembaca, terutama bagi kaum muda karena mengangkat perjuangan seorang pemuda kota yang mengabdi
menjadi seorang guru di desa pedalaman. Cerita yang terdapat dalam novel tersebut dapat memacu semangat para kaum muda untuk ikut andil dalam mencerdaskan anak-anak yang
kurang mampu bersekolah. Peneliti berharap, setelah diteliti dengan mengunakan anilisis psikologi sastra, dapat memicu para peneliti selanjutnya, untuk meneliti novel ini dengan sudut
pandang ataupun teori yang berbeda. Seperti teori sosiologi sastra dan analisis struktural. Dengan demikian akan menambah wawasan pembaca tentang novel Mendayung Impian karya Reyhan
M. Abdrrohman.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yang akan dianalisis berupa
novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman dalam tulisan ilmiah yang berjudul Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M.
Abdurrohman:Analisis Psikologi Sastra. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa konsep yang digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.
2.1.1 Kepribadian
Kepribadian berasal dari kata personality Inggris yang berasal dari kata persona Latin yang berarti kedok atau topeng, dimaksudkan untuk menggambarkan perilaku, watak atau
pribadi seseorang. Kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang kompleks dari individu, sehingga tampak di dalam tingkah lakunya yang unik Sujanto, 2008:12.
Menurut KBBI 2005:895 kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakannya dari orang lain.
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang
individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Karya sastra memuat kepribadian tokoh yang memiliki peran penting untuk menghidupkan cerita yang
hendak disampaikan oleh pengarang. Kepribadian tokoh adalah karakter atau sifat yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku tokoh dalam cerita.
2.1.3 Tokoh Utama
Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita Aminuddin, 1995:85. Tokoh utama merupakan
pemeran dalam suatu cerita yang memegang peran penting atau utama. Tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita yang
bersangkutan. Menurut Rahmanto dan Hariyanto 1997:13 untuk menentukan siapakah yang menjadi tokoh utama dalam cerita, kriteria yang biasa digunakan adalah 1 tokoh yang paling
banyak berhubungan dengan tokoh lain, 2 tokoh yang paling banyak dikisahkan oleh pengarangnya, dan 3 tokoh yang paling banyak terlibat dengan tema cerita.
Melihat kepribadian tokoh dalam karya sastra dapat dilihat dari penokohan yang dibuat oleh pengarang. Menurut Suharianto 1982:31 penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh
cerita baik keadaan lahirnya maupun keadaan batinnya, yang berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Jones dalam Nurgiyantoro 2005:165
mengatakan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang sesorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
penokohan adalah pelukisan gambaran sesorang yang jelas yang ditampilkan dalam sebuah cerita dan mempunyai sifat-sifat tertentu.
Menurut Nurgiyantoro 2005:194 secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya sastra dapat dibedakan menjadi dua yakni teknik ekspositori penjelasan dan teknik
dramatik. Teknik ekspositori adalah pelukisan tokoh secara langsung disertai deskripsi kedirian tokoh secara jelas baik berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri fisiknya. Teknik
dramatik adalah pelukisan tokoh yang dilakukan pengarang secara tidak langsung. Pengarang
tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang
dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan melalui peristiwa yang terjadi.
2.1.4 Psikologi Sastra
Psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang mengandung masalah-masalah psikologis dalam suatu karya sastra yang memuat peristiwa kehidupan manusia yang diperankan
oleh tokoh-tokoh yang imajiner atau faktual yang ada di dalam karya sastra Sangidu, 2004:30.
2.1.5 Psikoanalitis Carl G. Jung
Pendekatan psikoanalitis dikemukakan oleh Carl Gustav Jung. Garis besar dari teori Jung adalah bahwa kepribadian seseorang terdiri atas dua alam yaitu alam kesadaran dan alam
ketidaksadaran. Kedua alam ini saling berhubungan dan menentukan kepribadian seseorang Suryabrata, 1982:156.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam pembahasan ini adalah teori psikologi sastra dengan menerapkan teori psikoanalisis Carl Gustav Jung. Psikoanalisis yang diterapkan dalam
karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam karya sastra. Psikoanalisis dalam karya sastra dapat mengungkapkan berbagai macam watak, sikap, dan
kepribadian tokoh.
Psikologi sastra merupakan gambaran jiwa manusia yang diperlihatkan dalam bentuk tulisan sastra. Penelitian psikologi sastra merupakan sebuah penelitian yang menitikberatkan
pada suatu karya sastra yang menggunakan tinjauan psikologi sastra. Psikologi sastra dapat mengungkapkan tentang sesuatu kejiwaan baik pengarang, tokoh karya sastra, maupun pembaca
karya sastra. Sastra sebagai gejala ”kejiwaan” didalamnya terkandung fenomena-fenomena yang
terkait dengan psikis atau kejiwaan. Dengan demikian karya sastra dapat diteliti dengan pendekatan psikologi. Dengan didukung pendapat Jatman dalam Aminuddin, 1990:101, sastra
dan psikologi memiliki hubungan yang bersifat tidak langsung dan fungsional.
Perbedaan gejala-gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra dengan manusia nyata adalah psikoligi sastra yang merupakan gejala kejiwaan dari manusia imajiner, sedangkan dalam
ilmu psikologi adalah gejala kejiwaan pada manusia riil Endraswara, 2003:97. Antara psikologi dan sastra akan saling melengkapi dan saling berhubungan sebab hal tersebut dapat digunakan
untuk menemukan proses penciptaan sebuah karya sastra. Psikologi digunakan untuk menghidupkan karakter para tokoh yang tidak secara sadar diciptakan oleh pengarang.
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu 1 memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, 2 memahami
unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, 3 memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca Ratna, 2004:343.
Pendekatan psikologi sastra memiliki tiga pendekatan yaitu: 1 pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya sastra, 2 pendekatan tekstual yang
menekankan pada psikologi tokoh, 3 pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca Endraswara, 2008:99.
Pendekatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah pendekatan tekstual yaitu melalui jiwa atau aspek psikologis tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam karya sastra itu. Pendekatan
tekstual tidak dapat lepas dari teori Jung yaitu psikoanalitis. Psikoanalitis yang diterapkan dalam
karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam karya sastra. Psikoanalitis dalam karya sastra dapat mengungkapkan berbagai macam kepribadian tokoh.
Menurut Suryabrata 1982:165, pendekatan psikoanalitis dikemukakan oleh Carl Gustav Jung. Garis besar dari teori Jung adalah bahwa kepribadian seseorang terdiri atas dua alam yaitu
alam kesadaran dan alam ketidaksadaran. Kedua alam ini tidak hanya saling mengisi, tetapi berhubungan secara kompensatoris. Adapun fungsinya keduanya adalah penyesuian, yaitu alam
sadar adalah penyesuain terhadap dunia luar sedangkan alam tidak sadar adalah penyesuaian terhadap dunia dalam.
1. Struktur Kepribadian Berdasarkan Kesadaran
Kesadaran memiliki dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam menentukan pribadi manusia.
a. Fungsi Jiwa
Fungsi jiwa adalah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tidak berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Menurut fungsi jiwa, manusia dapat dibedakan menjadi
empat tipe kepribadian: 1.
Kepribadian yang rasional pemikir thinking yaitu orang yang banyak mempergunakan akalnya dalam melakukan sesuatu.
2. Kepribadian rasional perasa feeling terdapat pada orang-orang yang sangat dikuasai
oleh perasaan, merasakan kenikmatan, peduli, takut, sedih, gembira, dan cinta. Menilai segala sesuatu berdasarkan suka atau tidak suka.
3. Kepribadian sensitif atau pengindra yaitu kepribadian yang dipengaruhi terutama oleh
pancaindera.
4. Kepribadian intuitif yaitu kepribadian yang sangat dipengaruhi oleh firasat atau perasaan
kira-kira. Orang dengan kepribadian ini bersifat spontan. Jika sesuatu fungsi superior dominan, yaitu menguasai kehidupan alam sadar, maka
fungsi pasangannya menjadi fungsi inferior, yaitu ada dalam ketidaksadaran, sedangkan kedua fungsi yang lain menjadi fungsi bantu sebagian terletak dalam alam sadar dan sebagian lagi
dalam alam tak sadar Suryabrata, 1982:158-160. b.
Sikap Jiwa Sikap jiwa adalah arah energi psikis umum yang menjelma dalam bentuk orientasi
manusia terhadap dunianya. Arah energi psikis itu dapat ke luar ataupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia terhadap dunianya, dapat ke luar ataupun ke dalam.
Menurut atas sikap jiwanya Jung mengelompokkan manusia menjadi tiga kepribadian, yaitu :
1. Manusia bertipe ekstrovert. Orang yang ekstrovert adalah orang terutama dipengaruhi
oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar: pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama oleh lingkungannya, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan nonsosial. Dia bersikap positif terhadap masyarakatnya: hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar.
2. Manusia bertipe introvert. Orang yang introvert terutama dipengaruhi oleh dunia
subjektifnya, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam: pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya yang ditentukan oleh faktor-faktor
subjektif. Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik: jiwanya tertutup, sukar
bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik.
3. Tipe Ambivert, yaitu orang-orang yang tidak masuk introvert maupun ekstrovert. Ciri
kepribadiannya merupakan campuran dari kedua jenis tersebut Sarwono, 2009:181.
2. Struktur Kepribadian Berdasarkan Ketidaksadaran
Kepribadian sangat dipengaruhi oleh alam ketidaksadaran. Menurut Jung ketidaksadaran dibagi menjadi dua yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Isi ketidaksadaran
pribadi diperoleh melalui hal-hal yang diperoleh individu selama hidupnya sedangkan isi dari ketidaksadaran kolektif diperoleh selama pertumbuhan jiwa keseluruhannya, seluruh jiwa
manusia melalui sensasi. Ketidaksadaran kolektif ini merupakan warisan kejiwaan yang besar dari perkembangan kemanusiaan yang terlahir kembali dalam struktur tiap individu Budiningsih
2002:14.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Menurut dari teori Jung di atas, maka faktor yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian yang tentunya yang akan mempengaruhi kepribadian manusia adalah faktor
ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Berikut ini pembagian faktor-faktor yang mempengaruh kepribadian manusia:
1. Ketidaksadaran Pribadi Ketidaksadaran pribadi meliputi hal-hal yang diperoleh individu selama hidupnya yang
akan berpengaruh di dalam tingkah lakunya. Ketidaksadaran pribadi merupakan seluruh pengalaman, kejadian masa silam yang dirasakan secara individual. Hal-hal tersebut meliputi:
a. Faktor Kedewasan
Kedewasaan merupakan tingkat kematangan seseorang dalam memenuhi tugas-tugas di masa perkembangan masa kanak-kanak, masa remaja, dan remaja akhir Hurlock, 1992: 25.
Kedewasaan merupakan faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia dalam kehidupan sehari-hari
b. Faktor Motif Cinta Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal penting bagi manusia. Kehangatan,
persahabatan, ketulusan kasih sayang, penerimaan orang lain yang hangat sangat dibutuhkan manusia sehingga berpengaruh terhadap kepribadian manusia.
c. Faktor Frustasi Frustasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya
tujuan atau kepuasan akibat adanya halangan dalam mencapai tujuan atau kepuasan tersebut Hidayat, 2009:84. Frustasi yang dialami seseorang akan berpengaruh pada kepribadiannya.
d. Faktor Konflik Konflik merupakan sikap seorang yang menentang, berselisih maupun cekcok terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Seseorang yang mengalami konflik akan berpengaruh pada kepribadian seseorang.
e. Faktor Ancaman Yaitu sikap seseorang yang akan melakukan sesuatu terhadap suatu objek baik berupa
pertanda atau peringatan mengenai sesuatu yang akan terjadi. Seseorang yang mendapat ancaman akan berpengaruh pada kepribadiannya.
2.Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif adalah sistem yang paling berpengaruh terhadap kepribadian dan bekerja sepenuhnya di luar kesadaran orang yang bersangkutan dan merupakan suatu warisan
kejiwaan yang besar dari perkembangan kemanusiaan Dirgagunarsa, 1978:72. Ketidaksadaran kolektif meliputi elemen-elemen yang tidak pernah dialami seseorang secara individual, tetapi
merupakan yang diturunkan oleh leluhur kita. Hal-hal tersebut tersebut meliputi biologis dan agama. Hal-hal tersebut juga berpengaruh terhadap kepribadian manusia.
a. Faktor Biologis Faktor biologis berpengaruh dalam seluruh kegiatan manusia. Warisan biologis manusia
menentukan kepribadiannya. Kepribadian yang merupakan bawaan manusia, bukan pengaruh lingkungan Rakhmat, 1986: 41-45. Faktor biologis ini misalnya kebutuhan biologis seseorang
akan rasa lapar, rasa aman, rasa haus, dan hasrat seksual. b. Faktor Agama
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan atau perintah dari kehidupan.
Banyak agama memiliki narasi
, simbol
, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan
mereka tentang kosmos
dan sifat manusia
, orang memperoleh moralitas, etika
, hukum agama
atau gaya hidup yang disukai. Agama sebagai suatu sistem ibadah, agama akan memberi petunjuk kepada manusia
tentang tata cara berkomunikasi dengan Tuhan menurut jalan yang dikehendaki-Nya sendiri. Karena menyimpang dari cara-cara yang telah ditetapkan merupakan perbuatan yang tidak
disukai Tuhan. Ibadah sebagai sistem komunikasi vertikal antara hamba dengan makhluknya sangat besarefek positifnya. Oleh karena melalui ibadah si hamba dapat langsung berdialog dan
bermunajat dengan Tuhannya, dimana dia akan mencurahkan segala problema yang dihadapinya dalam hidup ini.
1.3 Tinjauan Pustaka