10 2.
Matriks berupaya menjaga fase penguat dari kerusakan karena lingkungan, seperti panas dan kelembaban. Contoh penguat yang mengalami kerusakan karena
kelembaban ialah serat kaca dan poliester. 3.
Sebagai pengikat fase penguat, matriks diharapkan dapat menghasilkan interfase fase matriks dan fase penguat yang kuat.
Dengan demikian, bahan yang digunakan sebagai fase matriks diharapkan memiliki fungsi seperti yang telah disebutkan di atas, dan pemilihannya sebagai
matriks harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut [12]: 1.
Keserasiannya dengan fase penguat atau fase tersebar karena akan menentukan interaksi interfase fase matriks-fase penguat pengisi.
2. Sifat akhir komposit yang dihasilkan.
3. Keperluan penggunaan dan masalah terhadap pengaruh lingkungan sekitarnya,
seperti masalah terhadap kelembaban dan masalah terhadap larut. 4.
Gambaran bentuk komponen yang akan dihasilkan. 5.
Kemudahan fabrikasi dan pemrosesan. 6.
Biaya penggunaan.
2.3.3 Fase Tersebar Pengisi
Fase tersebar merupakan bahan yang berbentuk serat, partikel, kepingan, yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanik komposit seperti
meningkatkan sifat kekuatan, kekakuan, dan kelenturan. Dengan penggunaan fase tersebar pengisi dapat diperoleh sifat-sifat sebagai berikut [13]:
1. Sifat fisik mengalami peningkatan maksimum.
2. Penyerapan kelembapan yang rendah.
3. Sifat pembasahan wetting yang baik.
4. Biaya yang rendah dan bahan yang mudah diperoleh.
5. Tingkat ketahanan terhadap api yang baik.
6. Tingkat ketahanan terhadap bahan kimia yang baik.
7. Sulit larut dalam air dan pelarut lainnya
Universitas Sumatera Utara
11
2.3.4 Bahan Pendispersi
Penambahan bahan pendispersi berfungsi sebagai pelunak atau pemlastis matriks polimer. Pelunak atau pemlastis merupakan bahan yang ditambahkan
kedalam bahan polimer sehingga molekul pemlastis akan berada diatara rantai polimer yang mempengaruhi mobilitas rantai dan menaikkan plastisitas bahan [16].
Pada mekanisme pelunakan, bahan pendispersi merupakan pelunak atau pelarut yang mampu membawa matriks polimer untuk memasuki pori-pori serbuk
pengisi, sehingga akan memperluas permukaan kontak antara matriks dengan serbuk pengisi. Untuk pendispersi jenis stearat diketahui bahwa molekul dari asam stearat
memiliki daerah hidrofobik dan hidrofilik sekaligus, dua sifat yang saling bertolak belakang. Gugus karboksil stearat yang bersifat hidrofilik dan polar akan cenderung
berhubungan dengan lingkungan sekitar yang terutama terdiri dari air, yang kemudian memungkinkan terjadinya interaksi fisik antara matriks dan pengisi [16].
2.3.5 Dispersi Bahan Pengisi dalam Matriks Polimer
Pendispersi pembasah merupakan bahan surfaktan yang bila ditambahkan dalam bahan polimer akan terjadi interaksi fisik antara pendispersi dengan suatu
substrak resin polimer melalui gugus nonpolar dengan permukaan substrak melalui gugus polarnya. Mekanisme pembasahan berlangsung dengan cara interaksi antara
pendispersi jenis surfaktan dengan bahan pengisi melalui gugus polarnya dengan matriks polimer melalui gugus nonpolarnya, akibatnya akan terbentuk ikatan yang
lebih kuat antara matriks dan bahan pengisi [16]. 2.3.6 Perlakuan Alkali NaOH
Perlakuan alkali adalah salah satu teknik modifikasi kimia yang banyak digunakan pada material alam yang biasa dipakai sebagai penguat pada matriks
termoplastik dan termoset. Modifikasi dengan perlakuan alkali akan memutus ikatan hidrogen dan cara demikian akan membuat permukaan serat menjadi lebih kasar.
Modifikasi kimia dengan perlakuan alkali dilakukan untuk meningkatkan adhesi antara permukaan partikel dengan matriks polimer yang diharapkan akan berpotensi
menghasilkan ikatan yang baik. Adanya perlakuan alkali pada material akan
menghilangkan sejumlah lignin, lilin dan minyak serta zat pengotor pada permukaan
Universitas Sumatera Utara
12 material, sehingga terjadi depolimerisasi pada material. Dalam hal ini penambahan
NaOH adalah untuk membuat ionisasi gugus -OH pada material sehingga akan
menjadi alkoksi seperti pada gambar di bawah ini [17].
Partikel- OH + NaOH → Partikel-O-Na + H
2
O Gambar 2.3 Reaksi partikel abu pembakaran biomassa kelapa sawit
dengan NaOH [17]
2.4 FLAME RETARDANT