58
Tindak Tutur Deklaratif = 1 kali
Tindak Tutur Komisif =
-
4.2 Analisis Makna dari Tindak Tutur dalam Dialog Novel Pertemuan Dua Hati.
Setelah jenis-jenis tindak tutur ditemukan, kemudian akan dilanjutkan dengan analisis makna pragmatik sebagai berikut:
Data Percakapan 1:
1 Bu Suci: ”Raharjo Pergilah ke rumah Waskito sepulang dari sekolah
nanti Tanyakan mengapa dia lama tidak masuk ”
2 Bu Suci: ”Raharjo? Kamu tidak tahu rumah Waskito?”
3 Raharjo: ”Tahu, Bu.”
4 Bu Suci: ”Lalu? Terlalu jauh buat kamu?”
5 Raharjo: ”Oh, tidak Bu Saya selalu melaluinya kalau berangkat atau
pulang” Sumber: novel Pertemuan Dua Hati, halaman 26
Konteks: Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua partisipan, yaitu
Bu Suci dan Raharjo. Setelah beberapa hari menjadi guru baru di sekolah yang baru, pagi itu Bu Suci sedang memulai pelajaran di kelasnya dengan santai. Hari
itu anak didiknya yang bernama Waskito belum juga masuk sekolah, sudah
Universitas Sumatera Utara
59
terhitung dua hari lamanya. Ia mulai bertanya kepada murid yang mengenal waskito agar dapat melihat keadaan Waskito yang sudah dua hari tidak masuk
sekolah. Pada tuturan 1 menyatakan bahwa Bu Suci mengatakan kepada Raharjo
agar pergi ke rumah Waskito untuk menanyakan mengapa Waskito tidak masuk sekolah. Tuturan disampaikan secara sengaja oleh Bu Suci yang disebut dengan
tindak lokusi. Selain tindak lokusi, tuturan 1 juga mempunyai maksud yang ingin disampaikannya, yaitu Bu Suci ingin menyuruh Raharjo sebagai ketua
kelas agar dapat pergi melihat keadaan Waskito. Tindak ini disebut sebagai tindak ilokusi. Dari tuturan tersebut timbul efek oleh lawan tutur, yaitu Raharjo hanya
terdiam dan memalingkan pandangan dengan maksud tidak ingin pergi menjumpai ataupun berurusan dengan Waskito.
Tindak lokusi pada tuturan 2 adalah Bu Suci bertanya kembali apakah Raharjo tidak mengetahui rumah Waskito. Tindak ilokusi pada tuturan 2 yaitu
Bu Suci meminta Raharjo menjawab pertanyaannya dan memintanya agar tidak hanya terdiam. Tindak perlokusinya muncul pada tuturan 3 yaitu Raharjo
memberikan jawaban kepada Bu Suci dengan berat hati karena ia sangat menakuti sosok Waskito yang sangat nakal dan sukar.
Tindak lokusi pada tuturan 3 menyatakan bahwa Raharjo mengetahui rumah Waskito. Tindak ilokusi pada tuturan 3 adalah Raharjo menjawab
pertanyaan dengan singkat dan berharap agar Bu Suci tidak menyuruhnya untuk mendatangi rumah Waskito. Tindak perlokusinya muncul pada tuturan 4
Universitas Sumatera Utara
60
yaitu setelah mendengar penyataan muridnya itu Bu Suci merasakan kejanggalan dan kembali bertanya kepada Raharjo.
Tindak lokusi pada tuturan 4 yaitu Bu Suci bertanya kepada Raharjo apakah rumah Waskito terlalu jauh, karena terlihat dari wajah Raharjo bahwa ia
sangat tidak ingin berurusan dengan Waskito. Tindak ilokusinya adalah meminta Raharjo agar menjawab dan memberikan penjelasan tentang sikapnya yang
tidak bersahabat ketika ditanyai mengenai Waskito. Tindak perlokusinya muncul pada tuturan 5 yaitu Raharjo menjawab pertanyaan dengan jujur.
Tindak lokusi pada tuturan 5 adalah Raharjo menyatakan kejujuran bahwa rumahnya tidak jauh dari rumahnya dan selalu dilewati setiap mau berangkat
ataupun pulang dari sekolah. Tindak ilokusinya ialah Raharjo ingin memberikan penjelasan bahwa rumah Waskito sebenarnya tidaklah jauh. Tindak
perlokusinya adalah Bu Suci heran karena Raharjo keberatan jika ditanyai tentang Waskito dan tidak mengeti mengapa Raharjo bertindak seolah tidak
mengetahui rumah Waskito.
Data Percakapan 2
1 Raharjo: ”Dia anak orang kaya Bu”
2 Bu Suci: ”Hanya itu? Apa lagi lain-lainnya? Tentunya kalian sudah
mengetahui bahwa orang kaya tidak perlu ditakuti.”
3 Raharjo: ”Biar Waskito tidak masuk Bu, kami malah senang”
Sumber: novel Pertemuan Dua Hati, halaman 27
Universitas Sumatera Utara
61
Konteks: Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua partisipan,
yaitu Bu Suci dan Raharjo. Di dalam ruang kelas pada pagi itu Bu Suci menanyai murid yang mengetahui rumah Waskito, karena Waskito sudah beberapa hari
tidak masuk kelas. Bu Suci sangat heran karena seluruh murid di kelas terlihat sangat tidak menyukai Waskito. Mereka selalu menghindar ketika ditanyai perihal
Waskito. Menurut mereka Waskito adalah anak yang sangat nakal. Bu suci semakin penasaran siapa sebenarnya Waskito, karena sejak pertama mengajar di
sekolah tersebut nama Waskito yang tercantum di daftar hadir tidak pernah hadir di ruang kelas.
Pada tuturan 1 tindak lokusi yang terjadi, yaitu Raharjo memberi pernyataan bahwa Waskito adalah anak orang kaya sombong dan teman sekelas
tidak ada yang menyukai Waskito. Tindak ilokusi pada tuturan 2 ialah Raharjo memberitahu kepada Bu Suci tentang status sosial Waskito agar
Bu Suci mengetahui tentang Waskito yang menurut Raharjo dan teman-teman sekelas adalah murid yang sangat nakal. Tindak perlokusinya muncul pada tuturan
2 yaitu Bu Suci melayangkan pandangan ke seluruh penjuru lalu bertanya serta menasehati murid-muidnya agar tidak boleh bersikap menjauhi seseorang
hanya karena status sosial sebagai orang kaya, walaupun ia terbilang sombong. Tindak lokusi pada tuturan 2 adalah Bu Suci menanyakan apakah
hanya itu saja yang mereka ketahui tentang Waskito. Tindak ilokusi pada tuturan
Universitas Sumatera Utara
62
2 yaitu memberi nasihat murid-muridnya agar tidak menakuti sosok orang kaya yang mereka maksud, karena orang kaya bukan lah sosok yang harus ditakuti.
Bu Suci menasihati agar murid-murinya tidak saling membenci. Tindak perlokusinya muncul pada tuturan 3 yaitu murid di kelas tidak setuju dengan
nasihat Bu Suci. Tindak lokusi pada tuturan 3 adalah Raharjo menyatakan rasa
ketidaksukaannya terhadap Waskito. Ia berharap tidak bertemu dengan Waskito di sekolah dan ingin Waskito pindah saja dari kelasnya. Tindak ilokusinya pada
tuturan 3 adalah Raharjo membantah nasihat Bu Suci agar tidak membenci Waskito. Raharjo menyatakan rasa kesal yang mendalam terhadap
Waskito. Tindak perlokusinya adalah Bu Suci terkejut karena Raharjo membantah Bu Suci dan Bu Suci semakin heran mengapa murid-muridnya
sampai sangat membenci Waskito.
Data Percakapan 3
1 Murid: ”Waskito jahat atau nakal, saya tidak tahu Bu Tapi dia
mempunyai kelainan. Suka memukul, menyakiti siapa saja.”
2 Bu Suci: ”Siapa yang pernah dipukul? Disakiti?”
3 Murid: ”Saya dan teman yang lainnya Bu”
4 Bu Suci: ”Bagaimana terjadi? Kalian bergelut? Bertengkar kemudian
berkelahi? ”
5 Murid: ”Tidak Bu, kalau saya memang bertengkar lalu dipukul. Tapi
kebanyakan tanpa ada yang dipersoalkan Bu, tiba-tiba dia memukul”
Universitas Sumatera Utara
63
sumber: nover Pertemuan Dua Hati karya halaman 28
Konteks: Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua partisipan,
yaitu Bu Suci dan Murid. Masih di dalam ruangan kelas, Bu Suci ingin mengetahui apa penyebab murid-muridnya tidak menyukai Waskito. Bu suci
semakin heran karena seluruh murid mengatakan Waskito adalah anak yang jahat. Tindak lokusi yang terdapat pada tuturan 1, yaitu Murid menyatakan
bahwa Waskito mempunyai kelainan. Ia suka memukul dan mengamuk tanpa sebab. Penyebab teman-teman tidak menyukai Waskito adalah karena kekasaran
Waskito terhadap teman-temannya. Tindak ilokusi pada tuturan 1 adalah Murid memberitahu Bu Suci tentang kekesalannya atas tindakan Waskito
yang brutal. Murid menjelaskan mengapa seluruh teman di kelas membenci Waskito. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 2, yaitu Bu Suci bertanya
kepada Murid untuk menjelaskan siapa saja yang pernah disakiti oleh Waskito. Tindak lokusi yang terdapat pada tuturan 2 adalah Bu Suci bertanya
kepada Murid siapa saja yang pernah disakiti oleh Waskito. Tindak ilokusinya adalah Bu Suci ingin mengetahui siapa saja yang pernah disakiti. Bu Suci
ingin melihat seberapa banyak anak yang telah dipukul dan disakiti oleh Waskito. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 3, yaitu hamper seluruh murid
di kelas mengangkat tangan dan mengaku pernah di sakiti oleh Waskito.
Universitas Sumatera Utara
64
Tindak lokusi pada tuturan 3 adalah Murid mengangkat tangan bersama teman-teman yang lain dan mengatakan bahwa ia dan teman-teman yang
lain pernah disakiti. Tindak ilokusi tuturan 3 adalah Murid memberitahu agar Bu Suci mengetahui bahwa banyak orang yang telah disakiti oleh Waskito.
Tindak perlokusi muncul pada tuturan 4, yaitu Bu Suci bertanya bagaimana semua itu bias terjadi.
Tindak lokusi yang terdapat pada tuturan 4 adalah Bu Suci bertanya bagaimana kebrutalan Waskito bias terjadi dan seperti apa Waskito menyakiti
teman-temannya. Tindak ilokusi tuturan 4 adalah Bu Suci ngin mendapat jawaban dan mengetahui secara jelas kronologis kejadian, agar Bu Suci dapat
mengambil kesimpulan dan segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 5, yaitu Murid menceritakan
kejadian bagaimana Waskito betindak kasar kepadanya. Tindak lokusi yang terdapat pada tuturan 5 adalah Murid menyatakan
bahwa memang ia bertengkar dengan Waskito lalu dipukul tetapi kebanyakan Waskito memukul teman-teman tanpa ada sebabnya. Tindak ilokusi yang terdapat
pada tuturan 5 adalah Murid menceritakan dan mengeluhkan tindakan Waskito yang bisa saja mengamuk dan memukul tanpa sebab yang jelas. Tindak
perlokusinya ialah Bu Suci hanya terdiam sambil memikirkan jalan keluar dari masalah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
65
Data Percakapan 4
1 Bu Suci: ”Siapa lagi yang pernah berurusan dengan Waskito?”
2 Murid: ”Saya dilempari batu-batu besar Bu. Untung tidak kena, tetapi
lampu sepeda saya pecah. Saya kena marah di rumah.” 3
Bu Suci: ”Kamu katakan bahwa Waskito yang memecahkannya?” 4
Murid: ”Saya bilang tabrakan dengan teman.” 5
Bu Suci: ”Mengapa?” 6
Murid: ”Bapak tidak suka saya buat perkara di sekolah.” sumber: novel Pertemuan Dua Hati halaman 29
Konteks: Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua partisipan,
yaitu Bu Suci dan Murid. Di ruang kelas pada waktu itu seluruh anak mengelukan tentang kenakalan Waskito. Di ruang kelas tersebut Bu Suci mencari tahu tentang
apa saja yang pernah dilakukan oleh Waskito. Pagi itu suasana kelas agak gaduh karena seluruh siswa mulai mengungkapkan apa yang pernah dialami oleh
mereka. Tindak lokusi pada tuturan 1, yaitu Bu Suci menanyakan siapa saja
yang pernah berurusan dengan Waskito. Tindak ilokusi pada tuturan 1 adalah Bu Suci ingin mengetahui seberapa banyak orang yang disakiti Waskito dan
ingin mendengar kesaksian dari orang-orang yang pernah berurusan dengan Waskito. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 2, yaitu Murid menceritakan
kejadian yang ia alami.
Universitas Sumatera Utara
66
Tindak lokusi pada tuturan 2 adalah Murid menyatakan bahwa ia pernah dilempari batu-batu besar oleh Waskito. Penyebab kemarahannya tidak
jelas. Tindak ilokusi tuturan 2 adalah Murid memberitahu dan bersaksi kepada Bu Suci bahwa ia pernah dilempari batu besar. Untungnya tidak
melukai tubuhnya hanya saja lampu sepedanya rusak. Akibat ulah Waskito Murid dimarahi oleh orang tuanya. Tindak perlokusi terdapat pada tuturan 3,
yaitu Bu Suci bertanya apakah Murid menceritakan kejadian tersebut kepada orang tuanya.
Tindak lokusi pada tuturan 3 adalah Bu Suci bertanya apakah Muid memberitahu kepada orang tuanya bahwasannya yang memecahkan
lampu sepedanya adalah Waskito. Tindak ilokusi tuturan 3 adalah Bu Suci ingin mengetahui apakah Murid berkata jujur kepada orang tuanya. Tindak
perlokusi muncul pada tuturan 4 Murid menjawab pertanyaan Bu Suci dan mengatakan bahwa ia tidak berkata jujur
Tindak lokusi pada tuturan 4 adalah Murid mengatakan kepada Bu Suci bahwa ia tidak berkata yang sejujurnya kepada orang tuanya. Tindak ilokusi
tuturan 4 adalah Murid memberitahu kepada Bu Suci bahwa ia hanya mengatakan bahwa lampu sepeda pecah karena bertabrakan dengan teman.
Murid tidak berkata jujur kepada orang tuanya. Tindak perlokusinya muncul pada tuturan 5, yaitu Bu Suci bertanya mengapa.
Tindak lokusi pada tuturan 5 adalah Bu Suci bertanya mengapa Murid tidak berkata jujur kepad orang tuanya. Tindak ilokusi tuturan 5 adalah
Universitas Sumatera Utara
67
Bu Suci ingin mengetahui alasan mengapa Murid tidak berkata dengan jujur. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 6, yaitu Murid menyatakan alasannya.
Tindak lokusi pada tuturan 6 adalah Murid menyatakan bahwa orang tuanya tidak menyukai jika ia berbuat masalah apa pun di sekolah. Tindak ilokusi
tuturan 6 adalah Murid memberitahu alasan mengapa ia tidak berkata jujur. Ia takut jika orang tuanya marah besar. Tindak perlokusinya adalah Bu Suci mulai
berpikir tentang perlakuan Waskito.
Data Percakapan 5
1 Nenek: ”Tua-tua masih praktek jeng, hanya dua kali seminggu. Dia
bergantian dengan dokter muda, muridnya sendiri. Sekalian menolong, hasilnya buat tambah-
tambah belanja” 2
Bu Suci: ”Di samping itu Bapak tidak bekerja di mana-mana lagi, Bu?”
3 Nenek: ” masih. Setiap pagi ke Rumah Sakit Karyadi. Gaji pemerintah
jeng ” Katanya hanya supaya tidak ketinggalan metode-metode
baru. Diminta ke rumah sakit lain yang lebih dapat menghasilkan uang, tetapi sudah lelah.
Katanya biar yang muda-muda saja, yang penting sekarang mengajar.”
sumber: novel Pertemuan Dua Hati halaman 36 Konteks:
Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua partisipan, yaitu Bu Suci dan Nenek. Pada suatu sore yang telah ditentukan, Bu Suci
berkunjung ke rumah kakek dan nenek Waskito. Bu Suci bertemu dengan kakek
Universitas Sumatera Utara
68
dan nenek Waskito yang usianya sebaya dengan orang tua Bu Suci. Si kakek sebentar menyalam Bu Suci, lalu kembali masuk ke kamar praktek dokter.
Tindak lokusi pada tuturan 1 adalah Nenek menyatakan kepada Bu Suci bahwa suaminya walaupun sudah tua masih praktek sebagai dokter. Tindak
ilokusi tuturan 1 adalah Nenek memberitahu tentang status sosial suaminya yang masih bekerja sebagai dokter. Suaminya masih aktif dua minggu sekali
untuk praktek walaupun sudah tua. Nenek memperkenalkan diri dan kehidupannya agar terlihat leih akrab dengan Bu Suci. Tindak perlokusi
muncul pada tuturan 2 bertanya apakah hanya itu saja yang dikerjakan oleh suaminya.
Tindak lokusi pada tuturan 2 adalah Bu Suci bertanya apakah hanya praktek dan membantu dokter muda saja yg dikerjakan olah suaminya. Tindak
ilokusi tuturan 2 Bu Suci ingin mengetahui lebih dalam tentang seluruh kehidupan Waskito, termasuk Nenek dan suaminya. Tindak perlokusi muncul
pada tuturan 3, yaitu Nenek dengan senang hati menceritakan tentang keseharian suaminya.
Tindak lokusi pada tuturan 3 adalah Nenek mengatakan bahwa selain bekerja di tempat praktek, suaminya juga masih bekerja di Rumah Sakit Karyadi.
Supaya tidak ketinggalan metode-metode baru. Tindak ilokusi pada tuturan 3 adalah Nenek memberitahu bahwa suaminya masih bekerja di Rumah Sakit
Karyadi agar tidak tertinggal metode-metode baru. Nenek menceritakan bahwa suaminya hanya membantu dokter muda utk menyelesaikan tugas sebagai
Universitas Sumatera Utara
69
penolong orang sakit. Tindak perlokusinya adalah Bu Suci menilai baik kehidupan Nenek.
Data Percakapan 6
1 Waskito: “Tidak Bu Saya di sini saja”
2 Bu Suci: ”Mengapa?”
3 Waskito: ”Tidak Bu”
4 Bu Suci: “Baiklah Saya kira, saya tahu mengapa kamu tidak mau
pindah” Sumber: novel Pertemuan Dua Hati halaman 54
Konteks: Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua partisipan,
yaitu Bu Suci dan Waskito. Di dalam ruangan kelas, seperti biasa Bu Suci memperhatikan setiap siswa yang hadir di dalam ruangan. Kala itu Bu Suci sudah
mulai menghapal nama-nama muridnya. Bu suci menyuruh murid-murid untuk berpindah-pindah tempat sesuai arahan dari Bu Suci. Bu Suci mengatur tempat
duduk agarmurid dapat menyerap pelajaran dengan maksimal sesuai dengan teman sebangku yang diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik.
Tindak lokusi yang terdapat pada tuturan 1 adalah Waskito menyatakan kepada Bu Suci bahwa ia tidak mau pindah tempat duduk karena
ia tidak suka diatur oleh siapa pun di sekolah. Tindak ilokusi tuturan 1 adalah Waskito membantah perkataan Bu Suci untuk berpindah tempat duduk.
Waskito merasa bahwa tidak ada satu pun yang boleh mengaturnya di sekolah.
Universitas Sumatera Utara
70
Tindak perlokusi muncul pada tuturan 2, yaitu Bu Suci mencoba bersabar menghadapi Waskito
Tindak lokusi pada tuturan 2 adalah Bu Suci bertanya mengapa Waskito tidak ingin berpindah tempat duduk. Tindak ilokusi tuturan 2 adalah
Bu Suci ingin mengetahui alasan Waskito tidak mau pindah tempat duduk. Tindak perlokusi nya adalah Waskito menghiraukan Bu Suci dengan
pandangan mata tajam. Tindak lokusi pada tuturan 3 adalah Waskito mengatakan tidak
kepada Bu Suci, tanpa alasan yang jelas. Tindak ilokusi tuturan 3 adalah Waskito membantah perkataan Bu Suci untuk berpindah dari tempat duduk.
Waskito tidak menghiraukan ucapan Bu Suci dengan hanya berdiam diri di tempat duduknya. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 4, yaitu Bu Suci
mencoba mengahadapi Waskito dengan besar hati. Tindak lokusi pada tuturan 4 adalah Bu Suci mengatakan bahwa ia
mengetahui alasan mengapa Waskito tidak ingin pindah tempat duduk. Tindak ilokusi tuturan 4 adalah Bu Suci pasrah dan mencoba mengikuti kemauan
Waskito, seolah mengerti mengapa Waskito tidak ingin pindah.
Data Percakapan 7
1 Bu Suci: ”Raharjo Buku bacaan akan dipergunakan kelas lain setelah
Universitas Sumatera Utara
71
istirahat ini. Kamu cepat mengembalikan ke lemari kantor ya”. ”Waskito Tolong bawakan buku-buku tugas Saya
tidak dapat membawanya sendiri”
2 Waskito:”ini Bu” meletakkan buku tugas di meja Bu Suci
3 Bu Suci: ”Terima kasih Nanti akan saya periksa.”
Sumber: novel Pertemuan Dua Hati halaman 55
Konteks: Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua partisipan,
yaitu Bu Suci dan Waskito. Ketika lonceng istirahat berbunyi, buku bacaan dikumpulkan kembali. Di meja ada setumpuk buku tugas, harus dibawa ke kantor
sekolah. Saat itu Bu Suci ingin mencoba melakukan pendekatan terhadap Waskito dengan menyuruhnya untuk membantu membawa buku tugas.
Tindak lokusi pada tuturan 1 adalah Bu Suci mengatakan kepada Waskito untuk membantu membawa buku tugas ke kantor sekolah. Tindak
ilokusi tuturan 1 adalah Bu Suci memerintahkan Waskito untuk membantu membawa buku tugas ke kantor. Bu Suci bermaksud untuk melakukan
pendekatan kepada Waskito dan berharap Waskito dapat mematuhi perkataannya. Tindak perkokusi muncul pada tuturan 2 Waskito meletakkan
buku tugas di meja Bu Suci Tindak lokusi pada tutuan 2 adalah Waskito mengatakan ini Bu
kepada Bu Suci dan meletakkan buku tugas di meja Bu Suci. Tindak ilokusi pada tuturan 2 adalah Waskito mematuhi perintah Bu Suci untuk pertama
kalinya. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 3, yaitu Bu suci merasa senang dan mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Waskito.
Universitas Sumatera Utara
72
Tindak lokusi pada tuturan 3 adalah Bu Suci mengucapkan terima kasih kepada Waskito. Tindak ilokusi pada tuturan 3 adalah Bu Suci
berterima kasih kerena Waskito sudah mematuhi perintahnya. Bu Suci merasa senang karena Waskito sudah menunjukkan sedikit kemajuan dengan
telah mengikuti perintah Bu Suci. Tindak perlokusinya adalah Waskito mengangguk kan kepala lalu pergi.
Data Percakapan 8
1 Murid: ”Bu Suci Waskito kambuh Bu Dia mengamuk Dia mau
membakar kelas”
2 Bu Suci: ”Mengapa begitu? Apa yang menyebabkan dia marah?
Kalian bertengkar?”
3 Murid: ”Tidak Bu Tidak tahu apa yang terjadi, saya kembali dari
kamar kecil dan mendengar Waskito berteriak-teriak seperti dulu Dia mengatakan sangat membenci kami semua”
sumber: novel Pertemuan Dua Hati Halaman 68
Konteks: Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua partisipan,
yaitu Bu Suci dan Murid. Selama tiga bulan Bu Suci bekerja menjadi guru di sekolah barunya, keadaa dapat dikatakan tenang. Baik persoalan Waskito dan
murid-murid dikelas.
Universitas Sumatera Utara
73
Tiba-tiba keadaan berubah. Saat itu guru-guru sedang beristirahat di kantor, menunggu lonceng masuk kembali. Seorang murid terengah-engah datang dan
menghampiri. Tindak lokusi yang terdapat pada tuturan 1 adalah Murid berkata
kepada Bu Suci bahwa Waskito sedang mengamuk. Murid takut bahwa Waskito akan berbuat kasar kembali kepada murid-murid disekitarnya. Tindak
ilokusi pada tuturan 1 adalah Murid ingin memberitahu kepada Bu Suci bahwa Waskito sedang berbuat ulah dan mengingikan Bu Suci untuk segera
menghampiri Waskito agar dapat menghentikannya. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 2 Bu Suci terkejut dan segera berlari menghampiri Waskito.
Tindak lokusi pada tuturan 2 adalah Bu Suci bertanya kepada Murid apa penyebab kemarahan Waskito. Tindak ilokusi tuturan 2 adalah
Bu Suci ingin mengetahui mengapa Waskito bias mengamuk dan berbuat ulah, setelah beberasa minggu terakhir Waskito mengalami perubahan yang baik.
Tindak perlokusi muncul pada tuturan 3, yaitu Murid menjelaskan secara terburu-buru sambil mengiring Bu Suci ke tempat Waskito berada.
Tindak lokusi pada tuturan 3 adalah Murid berkata kepada Bu Suci bahwa Murid tidak mengetahui mengapa Waskito bisa mengamuk, ia hanya
mendengar teriakan Waskito dan mengatakan ia benci dengan semua orang yang ada di sekolah. Tindak ilokusi tuturan 3 adalah Murid memberitahu kepada
Bu Suci apa yang ia ketahui saat kejadian tersebut. Murid ingin Bu Suci segera menghampiri dan menenangkan Waskito. Tindak perlokusinya adalah Bu
Universitas Sumatera Utara
74
Suci merespon baik dan segera menghampiri Waskito untuk menenangkan dan mencari tahu mengapa semua bisa terjadi.
Data Percakapan 9
1 Bu Suci: ”Buku-buku tugas harus dibungkus dengan sampul yang
sama. Waskito Tolong ambilkan gulungan kertas yang ada di meja Bu
Suci di kantor” 2
Waskito: ”baik Bu” berdiri dan pergi Sumber: novel Pertemuan Dua Hati halaman 72
Konteks: Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua partisipan,
yaitu Bu Suci dan Waskito. Pada pagi hari ketika lonceng pelajaran pertama berdentang, Bu Suci masuk kelas dan melihat Waskito sudah berpindah tempat
duduk, tepat di depan meja guru. Suasana terlihat lebih damai dari biasanya. Tindak lokusi pada tuturan 1 adalah Bu Suci mengatakan kepada
Waskito untuk mengambil gulungan kertas yang ada di meja kantor. Tindak ilokusi pada tuturan 1 adalah Bu Suci memerintahkan Waskito untuk
mengambil gulungan kertas. Bu Suci berharap agar Waskito dapat menuruti perintahnya, dan dapat berubah menjadi anak berpribadi yang baik. Tindak
perlokusi muncul pada tuturan 2, yaitu Waskito segera berdiri dan pergi untuk mengambil gulungan kertas tersebut.
Universitas Sumatera Utara
75
Tindak lokusi pada tuturan 2 adalah Waskito mengatakan kepada Bu Suci bahwa ia akan mengambil gulungan kertas sesuai yang diperintahkan oleh
Bu Suci. Tindak ilokusi pada tuturan 2 adalah Waskito mengikuti perkatakaan Bu Suci untuk mengambil gulungan kertas. Tindak perlokusinya
adalah Bu Suci sangat senang dengan perubahan yang terjadi dalam diri Waskito.
Data Percakapan 10
1 Bu Suci: ”Jadi kamu tidak pernah berpergian bersama teman-teman
sebayamu?” 2
Waskito: ”Tidak Bu Kecuali kalau mencuri-curi seperti waktu membolos”
3 Bu Suci: ”Kalau membolos, dengan siapa kamu pergi?”
4 Waskito: ”Dengan anak-anak kampung. Siapa saja yang mau diajak
buat teman.”
Sumber: novel Pertemuan Dua Hati halaman 77 Konteks:
Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua partisipan, yaitu Bu Suci dan Waskito. Pada waktu jam istirahat Bu Suci selalu membiasakan
untuk mendekatkan diri kepada waskito. Saat itu di ruang kelas mereka berbincang-bincang mengenai kehidupan Waskito, dan Waskito mulai
menunjukkan kemajuan dengan mulai berbicara jujur kepada Bu Suci.
Universitas Sumatera Utara
76
Tindak lokusi yang terdapat pada tuturan 1 adalah Bu Suci bertanya kepada Waskito apakah Waskito tidak pernah berpergian bersama teman-
temannya. Tindak ilokusi pada tuturan 1 adalah Bu Suci ingin mengetahui mengapa Waskito tidak memiliki teman dekat untuk bermain. Bu Suci ingin
mengetahui keseharian Waskito bermain dengan siapa saja. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 2, yaitu Waskito menjawab pertanyaan dan
menceritakan kebiasaannya kepada Bu Suci Tindak lokusi pada tuturan 2 adalah Waskito mengatakan bahwa ia
tidak pernah bermain dengan teman sebaya atau teman di sekolahnya. Tindak ilokusi pada tuturan 2 adalah Waskito memberitahu kepada Bu Suci bahwa
ia tidak pernah bermain dengan teman sebaya nya. Waskito hanya bermain ketika ia sedang bolos sekolah, karena jika sudah waktunya pulang sekolah dia
tidak diperbolehkan untuk bermain lagi. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 3, yaitu Bu Suci merasa tersentuh dan bertanya dengan siapa Waskito
bolos. Tindak lokusi pada tuturan 3 adalah Bu Suci bertanya kepada
Waskito dengan siapa ia pergi bolos sekolah. Tindak ilokusi pada tuturan 3 adalah Bu Suci ingin mengetahui penyebab Waskito bolos dan dengan siapa
dia akan pergi. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 4, yaitu Waskito menceritakan ia bolos karena rindu akan bermain bersama teman sebaya.
Tindak lokusi pada tuturan 4 adalah Waskito mengatakan bahwa ia bolos dengan siapa saja anak kampung yang ingin menjadi temannya. Tindak
Universitas Sumatera Utara
77
ilokusi pada tuturan 4 adalah Waskito ingin memberitahu Bu Suci bahwa ia begitu rindu bermain bersama teman sebaya, hingga ia bolos untuk bermain
dengan anak kampung. Waskito ingin mengungakapkan bahwa jika sudah waktunya jam pulang sekolah, ia harus segera pulang dan tidak diiznkan untuk
bermain dengan teman sebaya nya. Waskito memilih untuk bolos agar dapat menikmati waktu bermain bersama anak kampung yang mau berteman
dengannya. Tindak perlokusinya adalah Bu Suci merasa iba kepada Waskito dan memikirkan cara untuk mendekatkan Waskito kepada teman sebayanya
termasuk anak dari Bu Suci sendiri.
Data Percakapan 11
Bu Suci: ”Kamu bisa berenang? Seumpama jatuh ke sungai?” Waskito: ”Dulu saya ingin beljar berenang, tetapi tidak boleh oleh Ibu.
Katanya kolam renang umum selalu kotor. Harus tunggu sampai
kami buat kolam sendiri” Bu Suci: ”Akan membuat kolam renang?”
Waskito: ”Ya katanya begitu” sumber: novel pertemuan dua hati halaman 77
Konteks: Pada dialog di atas terdapat percakapan yang melibatkan dua partisipan,
yaitu Bu Suci dan Waskito. Masih di ruang kelas, Bu Suci merasa iba karena Waskito tidak memiliki teman di sekolah. Bu Suci berbincang-bincang dengan
Universitas Sumatera Utara
78
murid sukarnya tersebut, berharap agar ia merasa nyaman dengan Bu Suci dan perlahan Bu Suci bisa mengarahkan Waskito menjadi anak yang disukai oleh
banya teman. Tindak lokusi pada tuturan 1 adalah Bu Suci bertanya kepada
Waskito apakah Waskito pandai berenang jika seandainya terjatuh di sungai. Tindak ilokusi tuturan 1 adalah Bu Suci ingin mengetahui apakah Waskito
bisa berenang jika seandainya ia jatuh ke sungai dan tidak ada orang di dekatnya. Bu Suci ingin mengetahui apakah Waskito bisa menjaga dirinya sendiri.
Tindak perlokusi muncul pada tuturan 2 Waskito menjawab pertanyaan Bu Suci dan mengatakan ia tidak bisa berenang.
Tindak lokusi pada tuturan 2 adalah Waskito mengatakan pada Bu Suci bahwa dulu ia ingin beajar berenang tetapi ibunya tidak memperbolehkan
karena menurut ibunya kolam renang umum terlalu kotor untuk Waskito. Tindak ilokusi pada tuturan 2 adalah Waskito memberitahu kepada Bu
Suci bahwa ia tidak bisa berenang, meskipun sesungguhnya ia sangat ingin belajar berenang. Waskito ingin memeberitahu Bu Suci bahwa ibunya tidak
mengizinkannya berenang di tempat umum karena menurut ibunya kolam renang umum terlalu kotor dan Waskito harus menunggu sampai mereka membuat
kolam renang sendiri. Tindak perlokusi muncul pada tuturan 3, yaitu Bu Suci heran dengan keputusan ibu Waskito yag melarang anaknya untuk berbaur di
tempat umum.
Universitas Sumatera Utara
79
Tindak lokusi pada tuturan 3 adalah Bu Suci bertanya kepada Waskito tentang keinginan orang tuanya yang akan membuat kolam renang
sendiri. Tindak ilokusi pada tuturan 3 adalah Bu Suci ingin mengetahui apakah benar ibu Waskito akan membuat kolam renang dan tidak mengizinkan
anaknya untuk bergabung bersama anak-anak yang lain. Tindka perlokusin muncul pada tuturan 4, yaitu Waskito menjawab pertanyaan Bu Suci
dengan nada keluhan. Tindak lokusi pada tuturan 4 adalah Waskito berkata kepada Bu
Suci bahwa ibunya memang berjanji untuk membuat kolam renang sendiri. Tindak ilokusi pada tuturan 4 adalah Waskito ingin memberitahu kepada Bu
Suci bahwa ibunya yang mempersempit ruang lingkupnya untuk tidak sembarang bergaul. Tindak perlokusinya adalah Bu Suci merasa keputusan
ibunya adalah salah dan mulai mencari bagaimana cara agar Waskito tidak merasa sendirian lagi.
Universitas Sumatera Utara
80
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan