Karateristik demografi dengan self-esteem

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang perbedaan self-esteem pada lansia pria dan wanita terhadap citra tubuh di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak balita Binjai.

2.1 Karateristik demografi dengan self-esteem

Berdasarkan dari hasil peneltian diatas bahwa mayoritas usia responden pada kelompok usia 65-69 tahun yang berjumlah 54 orang. Usia ini disebut Dewasa tua. Menurut Nasir Muhith 2011, usia tersebut termasuk tergolong usia young-old 65-74 tahun dimana salah satu tugas perkembangannya adalah beradaptasi dengan perubahan fisik. Hal tersebut sejalan dengan self-esteem yang tinggi sekitar 53.70 pada usia 65-69 tahun. Berdasarkan hasil penelitian diatas, dari 12 orang responden berusia 70 tahun, terdapat 11 orang yang memiliki self- esteem tinggi 91,67. Hal tersebut mendukung penelitian ini bahwasannya pada usia tersebut mereka telah memiliki self-esteem yang tinggi untuk beradptasi terhadap citra tubuhnya yang mengalami penurunan. Berdasarkan penelitian diatas, terdapat 100 orang yang beragama Islam memiliki self-esteem dominan pada level tinggi sebanyak 67 orang 63. Mayoritas yang beragama non-Islam ada 12 orang dengan mendominasi self- esteem pada level rendah sekitar 78.57. Semua agama memiliki pandangan yang sama yaitu menganjurkan pada hal kebaikan dalam mengambil sikap hidup. Sikap tersebut diantaranya menganjurkan agar selalu menerima sesuatu ketetapan yang berlaku pada manusia. Misalnya pada lanjut usia sudah mulai berkurang Universitas Sumatera Utara termasuk nikmat kesehatan. Untuk itu manusia perlu mendakatkan diri kepada Tuhan dan menerima kenyataan tersebut serta terus berupaya agar selama hayat masih dapat mengupayakan agar hidup ini biar bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Sehingga di masa usia senjanya hidup tetap bermanfaat bagi orang lain Yenny Herwana, 2006. Agama dapat memenuhi kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya dalam kehidupan, dan menerima peranan penting pada lansia Gunarsa, 2004 Penelitian ini sejalan dengan penelitian Daryanto, M. Thaib 2008 yang dalam hasil penelitian menyimpulkan bahwa agama non-Islam berpeluang mengalami self-esteem rendah sebesar 5.0 kali dibanding yang beragama Islam. Hal tersebut dikarenakan UPT Pelayanan Sosial di Binjai kurang memfasilitasi kegiatan keagamaan yang non- Islam sehingga responden yang termasuk lansia dengan kondisi fisik yang sudah melemah harus berjalan jauh untuk melakukan kegiatan keagamaan. Bukan karena faktor dari segi agamanya, melainkan dari segi fasilitas kegiatan keagamaan yang tidak dapat dijangkau oleh lansia dan tidak difasilitasi oleh pihak UPT Pelayanan Sosial Binjai. Hal ini didukung oleh penelitian Rahmat 2003 bahwasannya lanjut usia pada saat stres akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Pemanfaatan dan penggunaan kegiatan beragama dengan baik sebagai perilaku koping berkaitan dengan harga diri yang lebih tinggi. Kemudian mayoritas tingkat pendidikan responden yaitu SMP sebanyak 38 orang. Tingkat pendidikan responden dengan kategori self-esteem tidak ada hubungannya, hal ini terlihat pada jumlah persentase self-esteem yang tinggi dan Universitas Sumatera Utara rendah yang tersebar pda setiap tingkatan pendidikan. Yakni, pada tingkat SD sebanyak 33 orang dengan self-esteem rendah 42.42 dan self-esteem tinggi 57.58 serta pada responden yang tidak sekolah atau putus sekolah sebanyak 6 orang dan 4 diantaranya memiliki self-esteem tinggi 66.67. Hal ini berbeda dengan penelitian Reasoner, R. W 2007 dan Lee Shehan 2008 self-esteem positif dipengaruhi oleh pendidikan. Artinya semakin tinggi pendidikan maka self- esteem semakin tinggi. Perbedaan penelitian ini dimungkinkan karena adanya perbedaan latar belakang sosial dan budaya masyarakat suatu bangsa. Berdasarkan penelitian diatas, mayoritas status perkawinan responden yaitu duda atau janda sejumlah 90 orang. Pada pada status perkawinan menikah yang berjumlah 20 responden, total 100 berada pada level self-esteem tinggi. Sementara pada lansia yang tidak menikah yang berjumlah 4 responden, total 100 berada pada level self-esteem rendah. Penelitian ini sejalan dengan peneltian Daryanto, M. Thaib 2008 yang menyimpulkan bahwa kehadiran pasangan bagi lanjut usia sangat berarti sekali. Melalui pasangannya dapat mencurahkan perhatian dan kasih saying yang terlihat dalam keseharian dimana mereka saling memberikan pujian dan perhatian serta sikap saling menghargai serta saling membantu dalam menjalankan kehidupannya. Hal tersebut yang akan mempengaruhi perasaan berharga lansia. Mayoritas responden bersuku batak. Berdasarkan penelitian diatas ada berbagai jenis suku, yaitu suku batak yang berjumlah 42 orang dimana self-esteem pada suku batak simbang antara self-esteem rendah dan tinggi. Pada suku Melayu yang berjumlah 16 orang mayoritas memiliki self-esteem tinggi 62.5, begitu Universitas Sumatera Utara juga pada suku jawa yang memiliki self-esteem tinggi sekitar 69.44 dari total jumlah responden suku jawa 36 orang. Sama halnya dengan suku lain-lain seperti Madura, Aceh, Minang juga berada pada level self-esteem tinggi 59.64. Persentase kategori self-esteem rendah dan tinggi pada suku responden memiliki distribusi yang menyebar. Karakteristik responden terkait dengan suku tidak ada perlakuan khusus terhadap saah satu suku atau dibedakan antar suku minoritas dengan mayoritas. Sehingga perbedaan suku bukan menjadi factor utama yang berhubungan dengan self-esteem pada lanjut usia terhadap citra tubuhnya. Meskipun pada beberapa lansia yang mungkin berpengaruh tehdap cara berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain. Adat kebudayaan dipahami sebagai system pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Kebudayaan terdiri atas, sistem aturan-aturan, norma, nilai yang dimiliki oleh masyarakat. Semua masyarakat mengakui adanya sejumlah tingkatan hidup, dimana setiap manusia akan menjadi tua. Tetapi bagaimana pembatasannya akan berbeda-beda meurut kebudayaan. Masyarakat dan dan kebudayaannya akan menetukan pola kegiatan, sikap, larangan, dan kewajiban mereka. Kedudukan dan peranan orang lansia dalam masyarkat sangat dtentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Zakariya, 2009.

2.2 Self-esteem pada lansia Pria dan Wanita