Uji sifat magnet menggunakan Vibrating Sample Magnetometer VSM

jarak tambahan satu berkas dihamburkan dari setiap bidang yang berdekatan dan menempuh jarak sesuai den gan perbedan kisi, yaitu sebesar n . Untuk mengetahui fasa dan struktur material yang diamati dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai d yang terukur dengan nilai d pada data standar. Data standar dapat diperoleh melalui Joint Committee on Powder Diffraction Standards JCPDS atau dengan Hanawalt File [Hulu, 2015].

2.11.2.2 Optical Microscope OM

Optical Microscope OM mempunyai fungsi yang hampir sama dengan SEM Scanning Electron Microscope yaitu untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari butir-butir serta mengetahui interaksi satu butir dengan butir lainnya. Melalui observasi dengan OM dapat diamati seberapa jauh ikatan butiran yang satu dengan yang lainnya dan apakah terbentuk lapisan diantara butiran atau disebut grain boundary. Analisis mikrostruktur dengan menggunakan OM bertujuan untuk mengetahui susunan partikel-partikel setelah proses sintering, dan juga dapat diketahui perubahannya akibat variasi suhu sintering [Sianipar, 2015].

2.11.3 Uji sifat magnet menggunakan Vibrating Sample Magnetometer VSM

Semua bahan mempunyai momen magnetik jika ditempatkan dalam medan magnetik. Momen magnetik per satuan volume dikenal sebagai magnetisasi. Secara prinsip ada dua metoda untuk mengukur besar magnetisasi ini, yaitu metoda induksi induction method dan metoda gaya force method. Pada metoda induksi, magnetisasi diukur dari sinyal yang ditimbulkan diinduksikan oleh cuplikan yang bergetar dalam lingkungan medan magnet pada sepasang kumparan. Sedangkan pada metoda gaya pengukuran dilakukan pada besamya gaya yang ditimbulkan pada cuplikan yang berada dalam gradien medan magnet. VSM Vibrating Sample Magnetometer merupakan salah satu alat ukur magnetisasi yang bekerja berdasarkan metoda induksi. Pada metoda ini, cuplikan yang akan diukur magnetisasinya dipasang pada ujung bawah batang kaku yang bergetar secara vertikal dalam lingkungan medan magnet luar H. Jika cuplikan termagnetisasi, secara permanen ataupun sebagai Universitas Sumatera Utara respon dari adanya medan magnet luar, getaran ini alan mengakibatkan perubahan garis gaya magnetik. Perubahan ini akan menginduksikan menimbulkan suatu sinyal tegangan AC pada kumparan pengambil pick-up coil atau sense coil yang ditempatkan secara tepat dalam sistem medan magnet ini. Selanjutnya sinyal AC ini akan dibaca oleh rangkaian pre-amp dan Lock-in amplifier. Frekuensi dari Lock-in amplifier diset sarna dengan frekuensi getaran sinyal referensi dari pengontrol getaran cuplikan. Lock in amplifier ini akan membaca sinyal tegangan dari kumparan yang sefasa dengan sinyal referensi. Kumparan pengambil biasanya dirangkai berpasangan dengan kondisi arah lilitan yang berlawanan. Hal ini untuk menghindari terbacanya sinyal yang berasal dari selain cuplikan, misalnya dari akibat adanya perubahan medan magnet luar itu sendiri. Selanjutnya dalam proses pengukuran, medan magnet luar yang diberikan, suhu cuplikan, sudut dan interval waktu pengukuran dapat divariasikan melalui kendali komputer. Komputer akan merekam data tegangan kumparan sebagai fungsi medan magnet luar, suhu, sudut ataupun waktu [Mujamilah dkk, 2000]. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam 100 tahun belakangan ini telah dikembangkan berbagai kelas magnet permanen. Di awal abad 19 baja dengan kandungan Co ~ 30 - 40 dapat menghasilkan magnet permanen dengan remanensi B r ~ 0,90 T dan produk energi maksimum BH max ~ 7,6 kJm 3 yang merupakan magnet terbaik pada masa tersebut. Namun dalam beberapa puluh tahun belakangan, telah terjadi perkembangan yang pesat dalam penelitian di bidang magnet permanen sehingga sejumlah fasa magnetik baru dengan energi yang lebih tinggi telah ditemukan. Magnet alnico misalnya, pertama sekali diperkenalkan pada tahun 1930-an, yang terdiri atas sejumlah elemen logam transisi Fe, Co, Ni memiliki nilai BH max dua kali lipat magnet baja. Pada tahun 1950-an, dikembangkan magnet permanen kelas keramik dengan formula MOFe 2 O 3 6 dimana M adalah Barium atau Stronsium yang kemudian dikenal sebagai magnet ferrite. Apabila dibandingkan dengan magnet alnico, magnet ferrite memiliki energi dan remanen yang lebih rendah tetapi memiliki koersivitas yang jauh lebih tinggi [Tarihoran, 2002]. Barium heksaferit dengan struktur molekul BaFe 12 O 19 merupakan salah satu material magnetik yang banyak digunakan untuk penelitian, kaitannya dengan peningkatan kualitas material sesuai pengaplikasiannya. BaFe 12 O 19 memiliki nilai Hc saturasi magnet tinggi, stabilitas kimia yang baik, Tc temperatur Curie tinggi dan tahan terhadap korosi [Kumalahardiyani, 2015]. Sifat-sifat makroskopik seperti sifat magnet, listrik maupun mekanik bahan akan sangat bergantung pada struktur mikroskopiknya. Oleh sebab itu, proses sintesis maupun komponen unsur-unsur yang terkandung di dalam bahan dan pertumbuhan kristalit bahan yang dipengaruhi oleh suhu dan waktu sintering akan mempengaruhi produk akhir yang akan dihasilkan. Pertumbuhan kristalit ini dapat dipercepat ataupun dibatasi dengan menambahkan unsur-unsur tertentu ke dalam prekursor [Ridwan, 2012]. Universitas Sumatera Utara