Analisis diameter pori sampel BaFe

dilanjutkan proses mixing dengan menggunakan HEM selama 15 menit relatif cukup efektif sehingga menghasilkan ukuran serbuk yang lebih kecil. Trend yang diperoleh bersesuaian dengan true density, dimana semakin kecil ukuran partikel serbuk maka nilai densitas semakin besar.

4.2.2 Analisis diameter pori sampel BaFe

12 O 19 dengan aditif FeMn Analisis diameter sampel mikrostruktur yang telah disinter pada suhu 1100, 1150, 1200 dan 1250 o C, yang masing-masing ditahan selama 2 jam dilakukan dengan menggunakan Optical Microscope OM. Hasil pengamatan dengan OM ditunjukkan pada Gambar 4.11 - 4.18 dan Tabel 4.3. a b c Gambar 4.11 Foto sampel BaFe 12 O 19 dengan aditif 3wt FeMn. yang disinter pada suhu 1100 o C a. perbesaran 400x. b. perbesaran 40x. c. Hasil gambar outline menggunakan software ImageJ. a b c Gambar 4.12 Foto sampel BaFe 12 O 19 dengan aditif 7wt. FeMn yang disinter pada suhu 1100 o C a. perbesaran 400x. b. perbesaran 40x. c. Hasil gambar outline menggunakan software ImageJ. a b c Gambar 4.13 Foto sampel BaFe 12 O 19 dengan aditif 3wt. FeMn yang disinter pada suhu 1150 o C a. perbesaran 400x. b. perbesaran 40x. c. Hasil gambar outline menggunakan software ImageJ. Universitas Sumatera Utara a b c Gambar 4.14 Foto sampel BaFe 12 O 19 dengan aditif 7wt. FeMn yang disinter pada suhu 1150 o C a. perbesaran 400x. b. perbesaran 40x. c. Hasil gambar outline menggunakan software ImageJ. a b c Gambar 4.15 Foto sampel BaFe 12 O 19 dengan aditif 3wt. FeMn yang disinter pada suhu 1200 o C a. perbesaran 400x. b. perbesaran 40x. c. Hasil gambar outline menggunakan software ImageJ. a b c Gambar 4.16 Foto sampel BaFe 12 O 19 dengan aditif 7wt. FeMn yang disinter pada suhu 1200 o C a. perbesaran 400x. b. perbesaran 40x. c. Hasil gambar outline menggunakan software ImageJ. a b c Gambar 4.17 Foto sampel BaFe 12 O 19 dengan aditif 3wt. FeMn yang disinter pada suhu 1250 o C a. perbesaran 400x. b. perbesaran 40x. c. Hasil gambar outline menggunakan software ImageJ. Universitas Sumatera Utara a b c Gambar 4.18 Foto sampel BaFe 12 O 19 dengan aditif 7wt. FeMn yang disinter pada suhu 1250 o C a. perbesaran 400x. b. perbesaran 40x. c. Hasil gambar outline menggunakan software ImageJ. Tabel 4.3 Data hasil analisis OM sampel BaFe 12 O 19 dengan aditif 3 dan 7wt. FeMn yang disinter selama 2 jam T sintering o C Diameter pori rata-rata µm 97 BaFe 12 O 19 + 3 wt.FeMn 93 BaFe 12 O 19 + 7 wt.FeMn 1100 4,01 4,76 1150 4,04 5,54 1200 3,61 4,59 1250 3,89 5,23 Diameter pori rata-rata sampel atau disebut dengan Equivalent Circular Diameter ECD merupakan diameter lingkaran yang memiliki luas sama dengan gambaran pori-pori. Data pengukuran pori rata-rata sampel terdapat pada Lampiran 4. Dari tabel 4.3, dapat dilihat bahwa diameter pori rata-rata terkecil yaitu pada suhu sintering 1200 o C 2 jam dengan penambahan FeMn sebanyak 3 wt. yaitu sebesar 3,61 µm. Pada penambahan FeMn sebanyak 7wt. memiliki diameter pori rata-rata sebesar 4,59 µm. Ternyata dari kedua komposisi tersebut pada penambahan 3wt. FeMn memiliki diameter pori rata-rata terkecil. Sedangkan untuk diameter pori rata-rata bernilai besar pada penambahan 7 wt. FeMn pada suhu 1150 o C senilai 5,54 µm. Hasil ini signifkan dengan hasil porositas, semakin besar diamater pori maka porositas semakin besar. Dari hasil uji densitas dan porositas, didapat nilai densitas yang paling tinggi dan porositas yang paling rendah hasil optimum yaitu pada sampel dengan suhu sintering 1200 o C. Sampel tersebut yang akan dianalisis menggunakan XRD dan VSM. Universitas Sumatera Utara

4.2.3 Analisis X-Ray Diffraction XRD Analisis struktur kristal XRD dari a. sampel BaFe