BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Magnet
Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang menghasilkan suatu medan magnet. Medan magnet suatu magnet adalah
daerah sekeliling magnet dimana magnet dapat menarik atau menolak suatu benda. Diluar daerah ini magnet tidak mempunyai pengaruh. Material dapat
bersifat magnet dari dasarnya alami atau magnet buatan magnet listrik. Pada umumnya, material dibuat menjadi magnet dengan mengalirkan arus listrik
melalui kawat yang dililiti pada material [Noveryanto, 2014]. Magnet merupakan suatu fenomena yang sangat menarik untuk dikaji,
karena pada material magnet dapat ditarik atau ditolak tanpa adanya sentuhan secara langsung. Hal tersebut sudah diketahui sejak ratusan tahun yang lalu. Akan
tetapi mekanisme dan prinsip yang mendasarinya mulai dimengerti secara ilmiah pada abad ke 18, yaitu oleh fisikawan belanda Hans Cristian Oersted membuat
suatu eksperimen yang menerangkan adanya efek-efek magnet yang dialiri arus listrik [Muklisin, 2013].
Magnet dapat menarik benda lain, beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain, yaitu bahan logam. Namun tidak semua logam mempunyai
daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua contoh materi yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Sedangkan oksigen cair
adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah oleh magnet. Satuan intensitas magnet menurut sistem metrik Satuan Internasional SI adalah
Tesla dan SI unit untuk total fluks magnetik adalah weber 1 weberm
2
= 1 tesla yang mempengaruhi luasan satu meter persegi [Afza, 2011].
2.2 Sifat-sifat Magnet
Sifat-sifat yang terdapat dalam benda magnetik di antaranya:
2.2.1 Koersivitas
Koersivitas H adalah medan magnetik yang diperlukan untuk menginduksi
Universitas Sumatera Utara
medan berkekuatan B dalam material yang digunakan untuk membedakan hard magnet atau soft magnet. Semakin besar gaya koersivitasnya maka semakin tinggi
sifat magnetnya. Bahan dengan koersivitas tinggi berarti tidak mudah hilang kemagnetannya. Untuk menghilangkan kemagnetannya diperlukan intensitas
magnet yang besar. Nilai dari medan magnet H yang digunakan dalam magnet permanen secara umum jauh lebih besar dari pada dalam bahan soft magnet.
2.2.2 Remanen
Remanen adalah sisa medan magnet B dalam proses magnetisasi pada saat medan magnet H berharga nol dan medan magnet B menunjukkan harga tertentu.
Koersivitas pada magnet permanen akan menjadi kecil, jika remanensi dalam magnetisasi kecil. Besar nilai remanensi yang dikombinasikan dengan koersivitas
akan menjadi sangat penting. 2.2.3 Saturasi Magnetisasi
Saturasi magnetisasi adalah keadaan dimana terjadi kejenuhan, nilai medan magnet B akan selalu konstan walaupun medan magnet H selalu bertambah.
Remanensi bergantung pada saturasi magnetisasi dan saturasi magnet permanen lebih besar daripada soft magnet. Kerapatan dari bahan ferit lebih rendah
dibandingkan logam lain dengan ukuran yang sama. Nilai saturasi dari ferit relatif rendah, sehingga mudah dihilangkan.
2.2.4 Medan Anisotropi
Medan Anisotropi HA, juga merupakan nilai instrinsik yang sangat penting dari magnet permanen karena nilai ini dapat didefenisikan sebagai koersivitas
maksimum yang menunjukkan besar medan magnet luar yang diberikan dengan arah berlawanan untuk menghilangkan medan magnet permanen. Anisotropi salah
satu metode dalam pembuatan magnet, dimana hal ini dilakukan untuk menyearahkan domain daripada magnet tersebut. Dalam proses pembentukan
magnet dengan anisotropi dilakukan dalam medan magnet sehingga partikel-
pertikel pada magnet terorientasi dan umumnya dilakukan dengan cara basah.
Anisotropi pada magnet dapat muncul disebabkan oleh beberapa faktor seperti bentuk magnet, striktur kristal, efek stress dan sebagainya. Anisotropi
kristal banyak dimiliki oleh material feromagnetik yang disebut sebagai Magnetocrystalline Anisotropy, yaitu bahan magnet yang mempunyai sumbu
Universitas Sumatera Utara
mudah easy axis sehingga mudah dimagnetisasi soft magnetic. Spin momen magnet terarah dan searah dengan sumbu mudah ini. Pada keadaan stabil, energi
total magnet atau magnetisasi kristal sama dengan sumbu mudah. Selain itu, ada juga yang disebut juga dengan hard magnetic dimana diperlukan suatu energi
yang merubah verktor dari sumbu mudah ke sumbu keras hard axis.
2.2.5 Temperatur Curie T