kesehatan karena masih lebih mengutakan apa yang menjadi kebutuhan pokok seperti pangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik masyarakat berpendapatan tinggi maupun rendah, keduanya lebih cenderung memanfaatkan obat-obat yang dijual di
warung dan apabila sakit mereka lebih cenderung berobat kepada bidan desa. Rebhan. D 2009 yang mengutip pendapat Young dan Young-Garro 1982 menyatakan
bahwa masyarakat dengan berstatus ekonomi rendah mengalami kesulitan dalam hal membutuhkan pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan karena biaya perawatan
kesehatan tidak hanya mencakup pembayaran untuk pengobatan, tetapi juga biaya transportasi.
5.2. Hubungan Pengetahuan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Onan Hasang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan pada tabel 4.5, hanya 4 responden yang mengetahui pengertian puskesmas. Responden hanya mengetahui
kepanjangan puskesmas. Pada tabel 4.6 hanya 1 responden yang menjawab 3 tentang fungsi puskesmas. Peneliti menilai bahwa responden diasumsikan jarang membaca
atau mencari informasi tentang pelayanan kesehatan di puskesmas, sehingga pengetahuan dinilai masih kurang.
Pada tabel 4.7 dapat diketahui dari 92 responden ternyata 85 responden 92,4 sudah mengetahui bahwa puskesmas milik pemerintah. Pada penilitian ini,
peneliti berasumsi dari berpendapat responden yang mengatakan bahwa puskesmas itu seperti milik perorangan. Pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa hanya sebanyak 38
Universitas Sumatera Utara
responden yang menjawab 3 tentang jenis pelayanan kesehatan di puskesmas. Peneliti beranggapan, bahwa perawatan dan rawat inap tidak berjalan di puskesmas ini.
Sehingga responden lebih dominan mengetahui yang ada hanya rawat jalan. Kemudian berdasarkan pertanyaan pengetahuan responden tentang fasilitas yang seharusnya
dimiliki oleh puskesmas pada tabel 4.9, paling banyak responden menjawab 1 yaitu sebanyak 44 responden 47,8. Peneliti berasumsi, responden menjawab demikian
karena responden melihat bahwa yang ada di sekitar mereka hanya terdapat fasilitas apotik.
Pada tabel 4.10 dapat dilihat hampir seluruh responden 98,9 ternyata sudah mengetahui bahwa puskesmas diperuntukkan bagi semua lapisan masyarakat. Namun,
masih banyak responden yang tidak memanfaatkan pelayanan keshatan ini. Pada tabel 4.11, sebanyak 89 responden 96,7 sudah mengetahui tentang pasien dengan
penyakit yang parah maka pihak puskesmas menyuruh pulang karena pihak puskesmas tidak mampu mengobati. Peneliti berasumsi bahwa renponden maupun anggota
keluarga responden sudah pernah mengalami hal ini. Hal di atas sering terjadi di masyarakat karena pelayanan kesehatan dijadikan sebagai alternatif terakhir. Sehingga
pada saat datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam kondisi parah. Tabel 4.12 hampir sama dengan tabel 4.11 yaitu dapat diketahui sebanyak 80 responden 87,0
sudah mengetahui tentang pelayanan kesehatan atau pengobatan di puskesmas adalah mengobati penyakit yang mampu ditangani. Peneliti berasumsi, responden telah
memiliki pengalaman tentang hal di atas. Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting terhadap terbentuknya
tindakan seseorang sebab dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
Universitas Sumatera Utara
didasari pengetahuan lebih baik daripada perilaku yang didasari pengalaman. Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan sebagainya Notoatmodjo, 2010.
Berdasarkan tabel 4.15. dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang pelayanan kesehatan berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 65
responden 70,7 dan yang paling rendah pada kategori kurang yaitu sebanyak 13 responden 14,1. Hal ini menunjukkan masih rendahnya pengetahuan responden
dalam pelayanan kesehatan di puskesmas Onan Hasang. Hal ini diketahui berdasarkan banyaknya responden yang menjawab salah mengenai pengertian puskesmas dan
responden yang hanya menjawab 1. Jika dikembalikan lagi pada kerangka konsep, pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang mendorong seseorang untuk
bertindak. Faktor predisposisi yang buruk akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan kurang atau buruk, begitu juga sebaliknya, faktor preisposisi yang
baik akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang baik. Jika pengetahuan seseorang pada kategori cukup, maka tidak terlalu sulit lagi
menyadarkan seseorang untuk bertindak. Perlu adanya tahapan-tahapan pemberian informasi serta metode yang tepat kepada responden agar pengetahuan tersebut dapat
lebih ditingkatkan. Pada penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa karakteristik responden bukan hanya menjadi faktor predisposisi untuk bertindak, akan tetapi ikut
juga memengaruhi pengetahuan responden. Disetiap daerah masyarakat sudah terdapat berbagai tempat pelayanan
kesehatan ataupun tempat berobat dari mulai bidan desa dan puskesmas pembantu.
Universitas Sumatera Utara
Dalam memilih berbagai pelayanan kesehatan ini masyarakat memiliki hak ataupun kebebasan untuk sarana berobat mereka, yang mana disesuaikan dengan keadaan
ekonomi dan kebutuhan mereka sendiri. Perubahan perilaku kesehatan melalui cara pendidikan atau promosi kesehatan diawali dengan cara pemberian informasi-
informasi kesehatan. Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Pengetahuan akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan
orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang
dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri bukan karena paksaan.
Umumnya orang yang berpengetahuan tinggi cenderung memiliki pola pikir yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola perilaku hidup sehat. Dengan
pengetahuan tinggi diharapkan dapat menimbulkan sikap perilaku yang dapat menangkal timbulnya perubahan perilaku yang negatif dari kesehatan.
Secara statistik dengan uji chi square memperlihatkan nilai p = 0,017 0,05. Karena nilai p 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan uji chi square antara tingkat pengetahuan kepala keluarga terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan di Puskesmas Onan Hasang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tombi 2012 bahwa ada hubungan yang bernakna antara
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan masyarakat Kelurahan Sindulang 1 dengan pemanfaatan Puskesmas Tuminting.
Responden dengan tingkat pengetahuan yang baik memiliki proporsi memanfaatkan pelayanan Puskesmas lebih tinggi dibandingkan kelompok responden
yang berpengetahuan rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang didapatkan Sebayang pada tahun 2006. Hasil ini juga sesuai dengan teori Perilaku
Green 2005, Behavioral Model Anderson 1975, bahwa pengetahuan tentang layanan kesehatan merupakan salah satu determinan pemanfaatan layanan kesehatan.
Peneliti juga berpendapat bahwa pengetahuan responden memiliki hubungan terhadap tindakan.
5.3. Hubungan Sikap Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di