perilaku, sebaliknya rendahkurangnya sikap sesorang belum tentu diikuti dengan penurunan perilaku atau tindakan. Green 1980, menyatakan bahwa mewujudkan
sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Faktor yang mendukung adalah: 1 faktor predisposisi pengetahuan,
sikap, keyakinan persepsi 2 faktor pendukung akses pada pelayanan kesehatan, keterampilan dan adanya referensi 3 faktor pendorong terwujud dalam bentuk
dukungan dari keluarga, tetangga dan tokoh masyarakat. Perilaku kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan
penilaian terhadap objek kesehatan, selain itu perilaku kesehatan individu ditentukan juga oleh adanya orang lain yang dijadikan referensi serta sumber daya yang dapat
mendukung perilaku seperti biaya, waktu dan tenaga. Hal ini mengandung makna bahwa sikap seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh sosial ekonomi saja tetapi juga
oleh faktor-faktor yang lain seperti informasi, lingkungan dan termasuk pula kualitas interaksi sosial mereka di masyarakat.
5.4. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Onan Hasang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Caplan 1964 dalam Friedman 1998 menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa jenis dukungan yaitu:
a. Dukungan emosional
Dari hasil penelitian diperoleh jawaban responden tentang pertanyaan apakah keluarga selalu memotivasi anggota keluarga yang lain untuk memanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kesehatan, diperoleh sebagian besar responden mengatakan ya sebanyak 68 responden 73,9. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, bukan
hanya kesadaran responden untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan melainkan dikuatkan dengan motivasi dari keluarga serta responden akan merasa senang
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan keluarga memberikan pujian karena menyarankan memanfaatkan pelayanan kesehatan, diperoleh sebagian besar
responden mengatakan ya sebanyak 50 orang 54,3. Berdasarkan hasil ini, sebenarnya bukan pujian langsung yang disampaikan tetapi lebih kepada kata
terimakasih. Pada pertanyaan apakah keluarga mengerti atau peduli terhadap perasaan cemas dan takut untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, sebagian besar responden
menyatakan ya sebanyak 61 orang 66,3. Sama halnya seperti kedua item diatas, dukungan keluarga terhadap perasaan cemas dan takut ini lebih kepada dampak apa
yang dialami dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Di lapangan peneliti menemukan bahwa sifat kekeluargaan itu begitu erat. Hal itu terlihat dari jawaban responden yang mendukung keluarga dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Dari hasil wawancara dengan responden, mereka mengatakan bahwa terkadang yang menjadi penghalang dalam hal dukungan keluarga ini adalah
ketidaktahuan mereka tentang kesehatan yaitu pengetahuan mereka yang kurang. Menurut Sarafino 2004, dukungan emosional melibatkan ekspresi empati,
perhatian, pemberian semangat, kehangatan pribadi, cinta, atau bantuan emosional. Dengan semua tingkah laku yang mendorong perasaan nyaman dan mengarahkan
individu untuk percaya bahwa ia dipuji, dihormati, dan dicintai, dan bahwa orang lain
Universitas Sumatera Utara
bersedia untuk memberikan perhatian dan rasa aman. Peneliti juga berpendapat, bahwa dukungan emosional itu sangatlah dalam maknanya sekalipun tidak terlihat secara
langsung oleh mata. Namun, ketika dirasakan sebagian dari masalah yang sedang dialami dapat terobati.
b. Dukungan penilaian
Hasil penelitian menunjukkan jawaban responden tentang pertanyaan keluarga mendengarkan keluh kesah anggota keluarga yang lain saat mendapatkan kesulitan
dalam memanfaatkan sebagian besar responden menjawab ya yaitu sebanyak 81 responden 88,0. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa, ketika
responden mengalami kesulitan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan namun karena masih ada keluarga yang selalu mendengarkan keluh kesah responden sehingga
hal ini akan mendorong kemauan responden untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pada pertanyaan keluarga peduli terhadap rasa takut yang dialaminya
mengenai kondisi kesehatan tidak normal yang dirasakannya sebagian besar responden menjawab ya yaitu sebanyak 86 responden 93,5. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian responden takut terhadap dampak dari pemanfaatan pelayanan kesehatan seperti rusak ginjal apabila mengkonsumsi obat namun, karena keluarga
selalu memberikan kepedulian terhadap rasa takut responden sehingga hal tersebut tidaklah menjadi kendala bagi responden untuk tetap memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Dukungan penilaian yang diberikan keluarga kepada responden dalam bentuk melibatkan anggota keluarga lain dalam mengambil keputusan untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagian besar responden menjawab ya yaitu sebanyak 63 responden 68,5. Hal ini menunjukkan sudah mulai punahnya sistem
Universitas Sumatera Utara
patrialisme yaitu pihak ayah yang mengambil keputusan. Selain itu, karena dalam penelitian ini juga yang menjadi responden adalah kepala keluarga pada umumnya
laki-laki sehingga berpengaruh dalam hal mengambil keputusan. Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Dalam dukungan
penilaian ini, peneliti berpendapat bahwa responden benar-benar melibatkan diri terhadap permasalahan yang terjadi di keluarganya dan responden yang adalah kepala
keluarga dalam penelitian ini sudah menjalankan perannya dalam keluarga masing- masing.
c, Dukungan instrumental
Pada pertanyaan apakah keluarga menemani anggota keluarga yang lain saat membutuhkan teman untuk pergi ke pelayanan kesehatan sebagian besar responden
menjawab ya yaitu sebanyak 88 responden 95,7. Dalam hal ini keluarga yang dimaksud bukan hanya suami ataupun istri melainkan juga anak, orangtua responden,
saudara dan mertua responden juga. Dari pengamatan di lapangan, keluarga menemani responden untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dikarenakan oleh faktor jarak ke
tempat pelayanan kesehatan sehinggga sebagian responden membutuhkan teman untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Namun, pada sebagian responden yang jarak
tempat tinggalnya tidak jauh ke tempat pelayanan kesehatan tidak perlu ditemani. Keluarga memperhatikan pola atau tahap anggota keluarga yang lain di dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang mengatakan ya sebanyak 59 responden 64,1. Artinya, kemauan dan kesadaran
Universitas Sumatera Utara
responden untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan akan semakin kuat karena ada dukungan dari keluarga. Keluarga peduli terhadap kebutuhan anggota keluarga lain
dalam upaya pemanfaatan pelayanan kesehatan sebagian besar responden menjawab ya yaitu sebanyak 75 responden 81,5. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
diperoleh bahwa selain sebagian besar yang mencari nafkah adalah ayah kepala keluarga sementara responden sebagian besarnya adalah kepala keluarga ayah.
Peneliti berasumsi bahwa dukungan ini dapat dilihat karena diberikan oleh keluarga secara langsung. Adanya langsung terlihat yang menjadi tindakan nyata dari
dukungan ini membuat orang diberi dukungan merasa diperhatikan. Responden dalam penelitian ini diasumsikan sudah mendukung dengan baik sekalipun banyak dari
responden yang tidak mengetahui apa yang sudah dilakukannya itu. d.
Dukungan informasi Berdasarkan hasil penelitian tentang dukungan informasi keluarga, maka untuk
pertanyaan apakah keluarga memberitahukan atau menyampaikan pesan-pesan kesehatan menyangkut pemanfaatan pelayanan kesehatan sebagian besar responden
menjawab ya yaitu sebanyak 64 responden 69,6. Pada pertanyaan apakah keluarga menunjukkan tempat pelayanan kesehatan sebagian besar responden menjawab
yayaitu sebanyak 77 responden 83,7 dan untuk pertanyaan apakah keluarga mengatakan harus memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagian besar responden
menjawab ya yaitu sebanyak 49 responden 53,3. Berdasarkan jawaban – jawaban
responden, peneliti berasumsi bahwa dukungan informasi keluarga responden sudah baik.
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 4.18 dapat diketahui bahwa dari keseluruhan jawaban responden diperoleh yang paling dominan adalah dukungan emosional keluarga responden
dengan pernyataan keluarga memberikan pujian karena menyarankan memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 42 responden 45,7 menjawab tidak. Pada
penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa dukungan emosioanl dalam bentuk afeksi berupa perhatian, mendengarkan sehingga sulit menilai hal ini, apakah mendukung
atau tidak menndukung. Selanjutnya dukungan informasi keluarga responden dengan pernyataan keluarga mengatakan bahwa harus memanfaatkan pelayanan kesehatan di
puskesmas yaitu sebanyak 43 responden 46,7 menjawab tidak. Peneliti berpendapat bahwa banyaknya responden yang menjawab tidak diakibatkan jarak
rumah dengan puskesmas jauh serta adanya pelayanan kesehatan yang lain seperti bidan desa.
Berdasarkan tabel 4.19. diperoleh bahwa yang paling banyak adalah dukungan keluarga responden terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan berada pada kategori
mendukung yaitu sebanyak 73 orang 79,3. Jika dikembalikan lagi pada kerangka konsep, dukungan keluarga merupakan faktor penguat yang menguatkan seseorang
untuk bertindak. Faktor penguat yang baik akan membuat seseorang untuk melakukan tindakan yang baik, begitu juga sebaliknya, faktor penguat yang buruk atau kurang
akan membuat seseorang untuk melakukan tindakan yang kurang atau buruk. Berdasarkan tabel 4.28. dapat diketahui bahwa data yang paling dominan
adalha dari 73 responden mendukung terdapat 7 responden 7,6 memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas dengan baik, 50 responden 54,3 memanfaatkan
pelayanan kesehatan di puskesmas dengan cukup dan 16 responden 17,4
Universitas Sumatera Utara
memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas dengan kurang. Peneliti berpendapat dukungan keluarga yang baik belum tentu untuk melakukan tindakan yang baik,
sebaliknya dukungan keluarga yang buruk atau kurang belum tentu melakukan tindakan yang buruk atau kurang. Berdasarkan uji statistik chi square memperlihatkan
nilai p = 0,006 0,05. Karena nilai p 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara
tingkat dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Onan Hasang Kecamatan Pahae Julu. 5.5.
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Onan Hasang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013.
Menurut Kurniawati 2008, pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian yaitu pertanyaan tentang tindakan responden memeriksakan kesehatan di puskesmas
yang menjawab pernah ≤3 kali adalah 92 responden 100,0 memeriksakan kesehatan di puskesmas. Dari hasil penelitian ini
dapat diketahui bahwa responden memeriksakan kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan responden yang masih kurang. Pemeriksaan kesehatan merupakan
pemeriksaan status kesehatan oleh dokter atau teknisi medis yang memenuhi syarat dan dilakukan sebelum ada keluhan atau sakit. Namun, responden memahami bahwa
pemeriksaan kesehatan apabila sudah sakit. Pertanyaan tindakan responden tentang yang dilakukan apabila sakit, sebanyak
92 responden 100,0 menjawab membawa ke pelayanan kesehatan. Pada pertanyaan apabila salah satu anggota keluarga sakit langsung membawa ke puskesmas, terdapat
Universitas Sumatera Utara
52 responden 56,5 menjawab kadang-kadang. Dengan alasan bisa sembuh sendiri dengan istirahat cukup, sakitnya tidak terlalu parah, masih ada obat di warung yang
bisa dibeli, dan ke bidan. Hal ini sama dengan pertanyaan tindakan responden tentang setiap membutuhkan pelayanan kesehatan berkunjung ke puskesmas, sebagian besar
responden yaitu 53 responden 57,6 menjawab kadang-kadang juga. Dan Pertanyaan tindakan responden tentang anggota keluarga yang berobat ke puskesmas
dalam setahun terakhir adalah sebagian besar 44 responden 47,8 menjawab jarang ≤3 kali. Sebagian responden mengatakan bahwa di daerah tempat tinggalnya terdapat
puskesmas pembantu dan bidan desa. Sebagian lagi ada yang langgsung ke Rumah Sakit Tarutung. Apabila ada masalah kesehatan, pada umumnya responden tidak
langsung memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas dan juga pelayanan kesehatan lainnya. Pelayanan kesehatan merupakan solusi terakhir bagi mereka. Hal
ini yang sering menyebabkan penyakit yang dialami tidak dapat ditangani karena sudah terlalu parah.
Pada kerangka konsep peneliti membuat secara sistematis bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak. Faktor predisposisi yaitu
pengetahuan, sikap dan karakteristik akan mempengaruhi tindakan. Sebelumnya pengetahuan responden mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas
berada pada kategori cukup, namun sikap responden masuk pada kategori baik. Berdasarkan tabel 4.25. hasil penelitian pada kategori tindakan responden
menunjukkan bahwa tindakan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 58 responden 63,0. Masyarakat yang tidak
berobat di Puskesmas dengan alasan diantaranya adalah sebagian besar responden
Universitas Sumatera Utara
merasa tidak sembuh bila berobat di Puskesmas dan jarak Puskesmas dengan rumah yang jauh.
Walaupun sikap responden berada pada kategori baik, nyatanya tindakan responden berada pada kategori cukup. Dari hasil penelitian, peneliti berpendapat
sikap tersebut belum tentu diwujudkan menjadi tindakan karena masih ada faktor lain yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak, yaitu faktor pendorong dan fantor
pendukung
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN