pengetahuan masyarakat Kelurahan Sindulang 1 dengan pemanfaatan Puskesmas Tuminting.
Responden dengan tingkat pengetahuan yang baik memiliki proporsi memanfaatkan pelayanan Puskesmas lebih tinggi dibandingkan kelompok responden
yang berpengetahuan rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang didapatkan Sebayang pada tahun 2006. Hasil ini juga sesuai dengan teori Perilaku
Green 2005, Behavioral Model Anderson 1975, bahwa pengetahuan tentang layanan kesehatan merupakan salah satu determinan pemanfaatan layanan kesehatan.
Peneliti juga berpendapat bahwa pengetahuan responden memiliki hubungan terhadap tindakan.
5.3. Hubungan Sikap Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Onan Hasang Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2013
Pada tabel 4.16 dapat diketahui bahwa dari 92 responden menyatakan sikap kurang setuju terhadap pernyataan setiap anggota keluarga yang sakit dianjurkan
berobat ke puskesmas yaitu sebanyak 32 orang 34,8. Banyaknya responden menyatakan kurang setuju dengan alasan yang berbeda-beda sebagian mengatakan di
setiap desa terdapat bidan desa, puskesmas pembantu, sebagian beralasan bahwa jarak antara tempat tinggal responden dengan puskesmas jauh serta transportasi yang hanya
ada pada hari pekan saja seperti pada hari jumat, sabtu, rabu dan selasa. Adapun jarak yang paling jauh dari rumah penduduk ke puskesmas adalah sekitar 14 km dan paling
dekat sekitar 100 meter. Selain itu, sebagian mengatakan bahwa membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan pelayanan di puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus rangsangan atau objek. Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap objek. Notoatmodjo 2007. Dalam hal ini adalah bagaimana
tanggapan dari responden dalam pemanfaatan pelayanan puskesmas. Sikap merupakan
faktor yang timbul dari dalam diri individu sendiri. Tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada bisa saja dikarenakan sikap yang tidak memahami pelayanan
kesehatan. Dari tabel 4.17. diperoleh bahwa 92 responden yang diteliti 82 responden
89,1 bersikap baik, dan 10 orang 10,9 bersikap cukup. Disini dapat dilihat bahwa responden yang bersikap baik lebih banyak daripada yang bersikap cukup baik.
Dari hasil wawancara dengan responden, hal ini disebabkan oleh karena responden merasa beberapa dari item penyataan sikap yang ada telah di gunakandimanfaatkan
mereka dalam kehidupan sehari-hari dalam pelayananan kesehatan di puskesmas dan sebagian besarnya lagi adalah harapan mereka kedepan dengan pelayanan kesehatan
di puskesmas supaya semakin ditingkatkan. Sehingga hasil penelitian tentang sikap responden terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan jumlahnya menjadi tinggi.
Jika dikembalikan lagi pada kerangka konsep, sikap sama halnya dengan pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang mendorong seseorang untuk
bertindak. Faktor predisposisi yang buruk akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan kurang atau buruk, begitu juga sebaliknya, faktor predisposisi
yang baik akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan yang baik. Pada hasil penelitian pengetahuan, dapat dilihat bahwa pengetahuan responden
yang terbanyak adalah kategori cukup yaitu 65 responden 70,7, namun sebagian
Universitas Sumatera Utara
besar sikap responden masuk pada kategori baik yaitu 82 responden 89,1. Peneliti berpendapat bahwa jika pengetahuan pengetahuan baik, belum tentu sikap menjadi
baik dan jika pengetahuan kurang, belum tentu sikap menjadi kurang karena sikap merupakan respon tertutup terhadap stimulus tertentu, yang melibatkan emosi dan
pendapat yang bersangkutan. Pada tabel 4.27 menunjukkan bahwa yang paling tinggi adalah 82 responden
bersikap baik yaitu terdapat 7 responden 7,6 memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas dengan baik, 51 responden 55,4 memanfaatkan pelayanan kesehatan di
puskesmas dengan cukup. Berdasarkan uji statistik chi square memperlihatkan nilai p =0,625 0,05. Karena nilai p 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan
demikian tidak ada hubungan sikap responden dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Onan Hasang Kecamatan Pahae Julu. Peneliti berpendapat
bahwa, tidak adanya hubungan sikap terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah karena sikap yang baik belum tentu terwujud dalam tindakan yaitu
memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Dharmasari 2003 yang
menyatakan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku. Dan juga berbeda dengan hasil penelitian Farida 2005 yang menyatakan bahwa sikap seseorang berhubungan
dengan perilakunya. Dimana kedua penelitian diatas menunjukkan bahwa sikap selalu berhubungan secara bermakna dengan perilaku seseorang.
Penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan, artinya peningkatan sikap seseorang
belum tentu diikuti dengan peningkatan perilaku walaupun berpengaruh besar terhadap
Universitas Sumatera Utara
perilaku, sebaliknya rendahkurangnya sikap sesorang belum tentu diikuti dengan penurunan perilaku atau tindakan. Green 1980, menyatakan bahwa mewujudkan
sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Faktor yang mendukung adalah: 1 faktor predisposisi pengetahuan,
sikap, keyakinan persepsi 2 faktor pendukung akses pada pelayanan kesehatan, keterampilan dan adanya referensi 3 faktor pendorong terwujud dalam bentuk
dukungan dari keluarga, tetangga dan tokoh masyarakat. Perilaku kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan
penilaian terhadap objek kesehatan, selain itu perilaku kesehatan individu ditentukan juga oleh adanya orang lain yang dijadikan referensi serta sumber daya yang dapat
mendukung perilaku seperti biaya, waktu dan tenaga. Hal ini mengandung makna bahwa sikap seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh sosial ekonomi saja tetapi juga
oleh faktor-faktor yang lain seperti informasi, lingkungan dan termasuk pula kualitas interaksi sosial mereka di masyarakat.
5.4. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Pemanfaatan Pelayanan