4. Penyediaan waktu khusus untuk mendengarkan
Untuk  penyediaan  waktu  khusus  dari  pendengar  tidak semua  sama,  tergantung  kesibukan  atau  karakter  pendengar.
Sebenarnya  dengan  penyediaan  waktu  khusus  ini,  akan  terlihat seberapa besar perhatian pendengar pada siaran berita yang disajikan.
Seperti yang disampaikan Hj. Irtisyam :
“   Saya  mesti  setiap  hari    mendengarkan  siaran  informasi  di  RRI mbak”
Bagi  beberapa  pendengar  yang  tidak  memiliki  waktu khusus  dikarenakan  mendengarkan  radio  dengan  diselingi  kegiatan
atau  aktivitas  lainnya.  Seperti  menulis,  atau  makan.  Namun mendengarkan  radio  dengan  siaran  berita  meski  tidak  ada  waktu
khusus informasi masih dapat diperoleh. Masyarakat secara otomatis dapat mengikuti perkembangan
informasi  dengan  fleksibel,  berita  pagi,  berita  siang,  sore  dan  malam, adalah  waktu
yang  semua  orang  bisa  mendengarkan,  jadi  bukan waktu-waktu  produktif  untuk  bekerja    bagi  sebagian  orang  yang
bekerja kantoran. Apalagi sekarang ini bentuk atau model radio sudah semakin
portable
,  dari  radio  saku,  radio  HP,  sampai  radio  ukuran
besar.
Sedangkan Syafe’i Ashraf, berpendapat lain : “  karena  kesibukan  saya  saat  ini  ,  jadi  tidak  ada  waktu  khusus  mbak,
tapi minimal Saya masih intens mendengarkan RRI”
5. Pendapat  nara  sumber  terhadap  inovasi  pembaruan  dalam
program siaran berita berbahasa Indonesia di RRI
Pendapat  nara  sumber  mengenai  inovasi  yang  ada  pada program  siaran  berita  dan  informasi  di  RRI  adalah  tanggapan
mengenai  ada  atau  tidaknya  gagasan-gagasan  pembaruan  dalam acara  siaran  berita  tersebut.  Baik  secara  teknis,  muatan  materi
beritanya, manajemen penyiaran atau dari sisi penyiarnya. Seperti yang diungkapkan Jayus Nugroho,
“  RRI  sekarang  lebih  independent,  karena  bentuknya  berupa lembaga, RRI menyiarkan apa adanya, tidak memihak pemerintah,
pemerintah  salah  kenapa  harus  takut  mengungkap,  RRI  itu memiliki  misi  sosial  jadi  informasinya  yang  penting  bagi
kepentingan sosial masyarakat”.
Hal  ini  tidak  terlepas  dari  perkembangan  politik  di Indonesia  sejak  munculnya  era  reformasi  1998  semakin  terbuka
saja segala arus informasi. Sejak saat itu, media massa mempunyai kesempatan  yang  lebih  terbuka  dalam  menginformasikan  dan
mengulas segala permaslahan yangterjadi dalam masyarakat secara objektif.  Ini  pula  yang  membuat  program  siaran  berita  berbahasa
Indonesia tidak lagi berat sebelah untuk menginformaskan sesuatu hal.  Program  siaran  berita  dan  informasi  di  RRI  juga  melakukan
perubahan  dengan  jalan  membuka
line
interaktif    bagi  para pendengar    untuk  menyampaikan  informasi  dan    pendapat  yang
terjadi  dilingkungan  sekitar,  sehingga  terjadilah  komunikasi  dua arah.
Diah S, mengungkapkan : “RRI  sudah  pasti  akan  melakukan  inovasi  serta  perubahan  ,
biasanya kalau mau ada perubahan baru dilakukan rapat pola yakni 3  bulan  sekali,  biasanya  yang  dilibatkan  penyiar,  pengurus,
sekaligus  masyarakat,  jadi  ada  take  and  give  mbak  ......  terkadang malah  hanya  melibatkan  pejabat  struktural  saja,  padahal  kan
mereka  bukan  broadcaster,  pastinya  juga  ga  tahu  pengelolaan penyiaran, namun sejak 2 tahun ini sudah ga ada rapat pola lagi, ga
tahu kenapa”
Hal  ini  menunjukkan  RRI    Surakarta  juga  tetap memperhatikan  pola  atau  inovasi  untuk  manajemen  penyiarannya
agar tetap bisa diterima dan dinikmati pendengar. Beberapa  perubahan  yang  sudah  dilakukan  oleh  RRI
terutama  untuk  penyajian  program  siaran  berita  telah  dapat diterima  pendengar,  hal  ini  diperkuat  oleh  perkataan  pakar
keradioan, Boya Suja’i :
“
Meski  ada penurunan  beberapa hal, namun saya lihat RRI sudah mengalami  perubahan  yang  baik  pula,  manajemen  sudah  semakin
teratur,  program  yang  semakin  kreatif,  dengan  melibatkan pendengar,  ada  program  magang  ke  luar  negeri  untuk  teknik
penyiaran, yang sampai saat ini masih ada, semoga RRI bisa tetap mempertahankan serta senantiasa memperbaiki pengelolaannya”.
Hj. Irtisyam menambahkan : “kalau perubahan yang ada di RRI yang Saya lihat, terutama pada
siaran  budayanya,  jadi  tambah  banyak,  meski  berubah,  namun tidak  meninggalkan  unsur  budaya  aslinya,  kalau  siaran  berita  ada
interaktifnya, jadi kita bisa jabat di udara dengan pendengar lain”.
D. Penyajian Program siaran berita berbahasa Indonesia