Pola Resistensi Mikroorganisme Penyebab Keputihan Pada Wanita Pasca Menopause

(1)

POLA RESISTENSI MIKROORGANISME PENYEBAB

KEPUTIHAN PADA WANITA PASCA MENOPAUSE

Oleh: Henry Gunawan

PEMBIMBING:

Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), SpOG.K dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), SpOG.K

PEMBANDING:

dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG.K dr. M. Rhiza Z Tala, M.Ked(OG), SpOG.K dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked(OG), SpOG.K

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa ,

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran dalam bidang Obstetri dan

Ginekologi. Sebagai manusia biasa Saya menyadari bahwa tesis ini banyak

kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan

Saya kiranya Tesis ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan

khususnya tentang :

"

POLA RESISTENSI MIKROORGANISME PENYEBAB

KEPUTIHAN PADA WANITA PASCA MENOPAUSE

"

Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah Saya

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H

(CTM&H), SpA(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD (KGEH), yang telah

memberikan kesempatan kepada Saya untuk mengikuti Program

Pendidikan Magister di bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas

Kedokteran USU Medan.

2. Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Prof. dr.


(3)

Ginekologi FK-USU Medan, Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG),

SpOG (K); Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi

FK-USU Medan, dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K); Sekretaris Program

Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, dr. M.

Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG), SpOG (K); Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG

(K); Prof. dr. Djafar Siddik, SpOG (K); Prof. dr. dr. M. Thamrin Tanjung,

SpOG (K); Prof. dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K); Prof. dr. R.

Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof. dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof.

dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K); Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K);

Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K); yang telah bersama-sama berkenan

menerima Saya untuk mengikuti pendidikan magister di Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK USU.

3. Khususnya kepada Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K); yang telah

memberi Saya kesempatan untuk dapat menempuh Program Pendidikan

Magister di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU. Saya ucapkan

Terima kasih yang tidak terhingga, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa

membalas kebaikan beliau.

4. Ketua Divisi Onkologi Ginekologi Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K)

dan Sekretaris Divisi Onkologi Ginekologi dr. Deri Edianto, M.Ked(OG),

SpOG(K) yang telah mengizinkan Saya untuk melakukan penelitian

tentang :

"

POLA RESISTENSI MIKROORGANISME PENYEBAB

KEPUTIHAN PADA WANITA PASCA MENOPAUSE

"


(4)

5. Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), SpOG (K) dan dr. Ichwanul

Adenin, M.Ked(OG), SpOG.Kselaku pembimbing tesis Saya, bersama dr.

Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG.K, dr. M. Rhiza Z Tala, M.Ked(OG),

SpOG.K, dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked(OG), SpOG.K, selaku

pembanding dan nara sumber yang penuh dengan kesabaran telah

meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa,

dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.

6. Terima kasih kepada dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K) yang telah

memberikan ide dan membantu disetujuinya penulisan tesis ini.

7. dr. Jenius L tobing, SpOG selaku Bapak Angkat Saya selama menjalani

masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan

memberikan nasehat yang bermanfaat kepada Saya selama dalam

pendidikan.

8. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU

Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik

Saya sejak awal hingga akhir pendidikan magister. Semoga Tuhan Yang

Maha Kuasa membalas budi baik Guru-guru Saya tersebut.

9. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan

kesempatan dan sarana kepada Saya selama mengikuti program

pendidikan magister di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

10.Direktur RSUP dr. Pirngadi Medan, dr. Amran Lubis, SpJP; dan

khususnya Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD dr. Pirngadi

Medan dr. Syamsul Arifin Nasution, SpOG(K); Ketua koordinator PPDS


(5)

Penelitian di RSUD dr. Pirngadi Medan dr. Fadjrir, SpOG beserta staf

yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada Saya selama

menempuh pendidikan magister di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

Dan kepada dr. John S. Khoman, SpOG (K), terima kasih banyak atas

segala nasehat, arahan, dan dukungan serta bimbingannya kepada Saya

selama bertugas di Divisi Onkologi Ginekologi RSUD dr. Pirngadi

Medan.

11.Direktur Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dan Kepala

SMF Obstetri dan Ginekologi Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB

Medan dr. Yazim Yaqub, SpOG beserta staf yang telah memberi

kesempatan dan sarana serta bimbingan selama Saya bertugas di Rumah

Sakit tersebut.

12.Direktur Rumah Sakit Umum PTPN II Tembakau Deli; dr. Sofyan Abdul

Ilah, SpOG dan dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG (K) beserta staf yang telah

memberikan kesempatan dan bimbingan selama Saya bertugass menjalani

pendidikan di Rumah Sakit tersebut.

13.Direktur RSU Haji Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Gnekologi RSU

Haji Medan dr. Muslich Perangin-angin, SpOG beserta staf yang telah

memberi kesempatan dan sarana serta bimbingan kepada Saya selama

bertugas di Rumah Sakit tersebut.

14.Direktur RSU Sundari Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Gnekologi

RSU Sundari Medan dr. H. M. Haidir, MHA, SpOG dan Ibu Sundari,

Am.Keb beserta staf yang telah memberi kesempatan dan bimbingan


(6)

15.Direktur RSUD Gunung Tua beserta staf yang telah memberikan

kesempatan untuk bekerja dan memberikan bantuan moril selama Saya

bertugas di Rumah Sakit tersebut.

16.Ketua Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK-USU Medan beserta

staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya

bertugas di Departemen tersebut.

17.Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU Medan beserta staf, atas

kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di

Departemen tersebut.

18.Kepada senior-senior Saya, dr. Abdul Hadi, SpOG; dr. Teuku Rahmat

Iqbal, SpOG; dr. T.M. Rizki, SpOG; dr. Mulda, SpOG, dr. Sim Romi,

SpOG; dr. Simon P. Saing, SpOG; dr. Sukhbir Singh, SpOG, dr. Ferry

Simatupang, SpOG; dr. Dwi Faradina, Mked(OG), SpOG; dr. Hj. Dessy

Hasibuan, SpOG; dr. Rony P. Bangun, SpOG; dr. Alim Sahid, SpOG; dr.

Ilham Sejahtera L., SpOG; dr. Nur Aflah, SpOG; dr. Yusmardi, SpOG; dr.

Gorga W. Udjung, SpOG; dr. Siti S. Silvia, SpOG; dr. Anggia Melanie L.,

SpOG; dr. Maya Hasmita, SpOG; dr. David Luther, SKM, Mked(OG),

SpOG; dr. Riza H. Nasution, SpOG; dr. Lili Kuswani, SpOG; dr. M.

ikhwan, SpOG; dr. Edward Muldjadi, SpOG; dr. Ari Abdurrahman Lubis,

SpOG; dr. Zilliyadein R., SpOG; dr. Benny J., SpOG; dr. M. Rizki Yaznil,

Mked(OG), SpOG; dr. Yuri Andriansyah, SpOG; dr. T. Jeffrey A., SpOG;

dr. Made S. Kumara, SpOG; dr. Sri Jauharah L., SpOG; dr. M. Jusuf

Rahmatsyah, Mked(OG), SpOG; dr. Boy P. Siregar, SpOG; dr. Hedy Tan,


(7)

SpOG; dr. Rizka H., SpOG; dr. Hatsari, SpOG; dr. Andri P. Aswar, SpOG;

dr. Alfian, SpOG; dr. Errol, SpOG; dr. T. Johan A., Mked(OG), SpOG; dr.

Tigor P. H., Mked(OG), SpOG; dr. Elvira M.S., Mked(OG), SpOG; dr.

Hendry A.S., Mked(OG), SpOG; dr. Heika NS, Mked(OG), SpOG; dr.

Riske E.P.; dr. Ali Akbar, Mked(OG), SpOG; dr. Arjuna S, Mked(OG),

SpOG; dr. Janwar S, Mked(OG), SpOG; dr. Irwansyah P, Mked(OG),

SpOG; dr.Ulfah W.K., Mked(OG), SpOG; dr. Ismail Usman, Mked(OG),

SpOG; dr. Aries M; dr. Hendri Ginting, Mked(OG), SpOG; dr. Robby

Pakpahan, dr. Meity Elvina, Mked(OG), SpOG; dr. M. Yusuf, Mked(OG),

SpOG; dr. Dany Ariyani, Mked(OG), dr. Fatin Atifa, M.Ked(OG), SpOG.

Saya berterima kasih atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya

yang telah diberikan selama ini.

19.Kepada sahabat-sahabat saya sejawat angkatan 2009: dr. Pantas S.

Siburian, dr. Morel Sembiring, Mked(OG), SpOG, dr. Eka Handayani,

Mked(OG), SpOG, dr. Sri Damayana, Mked(OG), SpOG, dr. Liza Marosa,

Mked(OG), dr. M. Rizky P. Lubis, Mked(OG), dr. Arief Siregar,

Mked(OG), SpOG, dr. Ferdiansyah Putra, Mked(OG), SpOG dan dr.

Yudha Sudewo ,Mked(OG), SpOG terima kasih untuk kebersamaan dan

kerjasamanya selama pendidikan hingga saat ini.

20.Teman sejawat yang pernah bekerjasama dengan saya dalam tim jaga dr.

Johan Ricardo, dr. Ade Ayu, dr. Mario M T Hutagalung, dr. Tri Ebta,

terima kasih atas kebersamaan kita selama ini, kenangan indah akan Saya


(8)

21.Seluruh rekan-rekan PPDS yang sangat baik. Terima kasih atas

kebersamaan, dorongan semangat dan doa yang telah diberikan selama ini.

22.Kepada almh. Ibu Hj. Asnawati Hsb, Ibu Hj. Sosmalawaty, Ibu Zubaedah,

Mimi, dan seluruh Pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan

Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan terima kasih atas bantuan dan

dukungannya.

23.Dokter muda, Bidan, Paramedis, karyawan/karyawati, serta para pasien di

Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP. H. Adam

Malik-RSUD dr. Pirngadi Medan, RS. Haji Medan, RS. Sundari yang dari

padanya Saya banyak memperoleh pengetahuan baru, terima kasih atas

kerja sama dan saling pengertian yang diberikan kepada Saya sehingga

dapat sampai pada akhir program pendidikan magister ini.

Tiada kata yang dapat Saya ucapkan selain rasa syukur kepada Tuhan

Yang Maha Kuasa dan sembah sujud serta terima kasih yang tidak terhingga Saya

sampaikan kepada kedua orangtua Saya yang sangat Saya cintai, Ayahanda Sarno

Rafli dan ibunda Surianah yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan,

serta mendidik Saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari sejak kecil

hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta memberikan

motivasi dan semangat kepada Saya selama mengikuti pendidikan ini.

Kepada kedua saudara kandung Saya, Abangda: Charlie ,BSc , dan

kakanda Eveline, BSc bapak angkat Saya Budi Luhur terima kasih atas bantuan,


(9)

Akhirnnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat Saya

sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung,

yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, Saya

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, April 2014


(10)

POLA RESISTENSI MIKROORGANISME PENYEBAB KEPUTIHAN PADA WANITA PASKA MENOPAUSE

Henry Gunawan

Sarah Dina, M. Rhiza Z Tala, Iman Helmi Effendi , M. Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin,

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP H Adam Malik, Medan

ABSTRAK

Tujuan: Mengetahui pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan

pada wanita paska menopause.

Metode: merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang

(cross sectional study), yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring FK USU lainnya. Waktu penelitian dimulai pada Febuari 2014, pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Sekret vagina diambil dari forniks posterior atau dinding vagina lateral, dikirim ke bagian Mikrobiologi FK USU, untuk dilakukan kultur ke media, Sabarud Dextrose Agar (SDA), Blood Agar, Macconkey (MC) kemudian dilakukan uji resistensi.

Hasil: dari 42 orang wanita paska menopause, usia responden yang

terbanyak adalah berusia 40-50 tahun 24 orang (57,1%) dengan rerata 50,6 tahun dan rerata lama menopause 4,5 tahun, pendidikan responden terbanyak SMA 13 orang (31%), dan status masih bersuami 40 orang (95,2%). Candida albicans merupakan mikroorganisme penyebab keputihan yang terbanyak 52,4%, Staphylococcus aureus ( 26,2%), dan E. coli (16,7%), dijumpai pula Klebsiella pneumoniae, Klebsiella oxytoca, dan Proteus mirabilis serta tidak ada satupun dijumpai parasit Trichomonas sp. Dari uji resistensi E.coli yang sensitive terhadap ciprofloxacin ada 6 (87,7%), untuk Staphylococcus aureus yang sensitive tehadap vancomycin ada 6 (54,55) dan semua Candida albicans (100%) sensitive terhadap fluconazole.

Kesimpulan: mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita paska

menopause terbanyak adalah Candida albicans yang semuanya sensitive terhadap fluconazole.


(11)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR……….. . iv

DAFTAR SINGKATAN………. v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Menopause ... 6

2.1.1. Patogenesis Menopause ... 7

2.1.2. ... Diag nosis Menopause ... 8

2.2. Fisilogi Vagina yang Terkait dengan Defisiensi Estrogen 8 2.3. Keputihan pada Wanita Menopause ... 14

2.4. Kerangka Teori ... 15

2.5. Kerangka Konsep ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

3.1. Rancangan Penelitian ... 17

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 18

3.4.1. Kriteria Inklusi ... 18

3.4.2. Kriteria Eksklusi ... 19

3.5. Prosedur Kerja ... 19

3.6. Definisi Operasional ... 21

3.7. Alur Penelitian ... 24

3.8. Analisa Statistik ... 24

3.9. Etika Penelitian ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1. Simpulan ... 31

5.2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33


(12)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Prevalensi Mikroorganisme yang Berkenaan dengan Status Menopause ... 13 Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ……… 26 Tabel 4.2 Rerata Usia dan Lama Menopause Subjek Penelitian …………

26

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Mikroorganisme Penyebab

Keputihan ………..……….. 27 Tabel 4.4 Hasil Uji Resistensi Mikroorganisme Penyebab Keputihan … 28


(13)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1 Gambar Skematik Mengenai Efek Estrogen pada Epitel Vagina ... 10


(14)

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

MRSA : Methicillin Resistant Staphylococcus aureus FMP : Final Menstrual Period

LH : Luteinizing Hormone

FSH : Follicle Stimulating Hormone MSA : Manitol Salt Agar

SDA : Sabarud Dextrose Agar, , MC : Macconkey Agar

FK : Fakultas Kedokteran


(15)

POLA RESISTENSI MIKROORGANISME PENYEBAB KEPUTIHAN PADA WANITA PASKA MENOPAUSE

Henry Gunawan

Sarah Dina, M. Rhiza Z Tala, Iman Helmi Effendi , M. Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin,

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP H Adam Malik, Medan

ABSTRAK

Tujuan: Mengetahui pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan

pada wanita paska menopause.

Metode: merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang

(cross sectional study), yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring FK USU lainnya. Waktu penelitian dimulai pada Febuari 2014, pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling. Sekret vagina diambil dari forniks posterior atau dinding vagina lateral, dikirim ke bagian Mikrobiologi FK USU, untuk dilakukan kultur ke media, Sabarud Dextrose Agar (SDA), Blood Agar, Macconkey (MC) kemudian dilakukan uji resistensi.

Hasil: dari 42 orang wanita paska menopause, usia responden yang

terbanyak adalah berusia 40-50 tahun 24 orang (57,1%) dengan rerata 50,6 tahun dan rerata lama menopause 4,5 tahun, pendidikan responden terbanyak SMA 13 orang (31%), dan status masih bersuami 40 orang (95,2%). Candida albicans merupakan mikroorganisme penyebab keputihan yang terbanyak 52,4%, Staphylococcus aureus ( 26,2%), dan E. coli (16,7%), dijumpai pula Klebsiella pneumoniae, Klebsiella oxytoca, dan Proteus mirabilis serta tidak ada satupun dijumpai parasit Trichomonas sp. Dari uji resistensi E.coli yang sensitive terhadap ciprofloxacin ada 6 (87,7%), untuk Staphylococcus aureus yang sensitive tehadap vancomycin ada 6 (54,55) dan semua Candida albicans (100%) sensitive terhadap fluconazole.

Kesimpulan: mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita paska

menopause terbanyak adalah Candida albicans yang semuanya sensitive terhadap fluconazole.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi fungsinya serta prosesnya.

Menurut WHO masalah kesehatan mengenai reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang menyerang pada wanita diseluruh dunia. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan masalah reproduksi pada kaum laki-laki yang hanya mencapai 12,3% pada usia yang sama dengan kaum wanita.

1

Perempuan memiliki banyak masalah dengan area vagina. Kebanyakan kasusnya adalah keputihan. Keputihan merupakan kondisi dari sekret vagina persisten dan berlebihan. Keputihan dapat bersifat fisiologi atau patologis. Keputihan diamati sebagai tanda dari vaginitis (inflamasi vagina). Infeksi vagina bisa terjadi ketika kuman-kuman seperti bakteri dan virus masuk ke vagina melalui pertukaran cairan tubuh atau melalui luka pada kulit. Berhubungan seks, minum antibiotika kuat untuk


(17)

waktu yang lama, kondisi stres dan penggunaan sabun yang keras bisa menyebabkan infeksi vagina dan menimbulkan keputihan.

Keputihan beresiko terjadi pada saat menopause. Saat menopause, sensitivitas oosit dalam memberikan respon terhadap stimulasi gonadotropin menghilang. Pada saat menopause juga terjadi penurunan kadar estradiol, sehingga kadar estriol yang rendah dapat menurunkan umpan balik negatif terhadap hipotalamus dan hipofisis.

1

2

Menurunnya estrogen yang bersirkulasi yang terkait dengan transisi menopause berkaitan erat dengan menurunnya Lactobacillus vaginalis, meningkatnya pH, berubahnya morfologi epitel, berkurangnya aliran vascular, dan berkurangnya sekresi cairan di vagina.

Pada menopause, jumlah Lactobacillus vaginalis menurun lebih dari 99% dari kadar yang ditemukan saat premenopause (dari 10

3

7-8

sampai < 105).4 pH vagina meningkat di atas 6 pada wanita pasca menopause, akibat reduksi pada kolonisasi vagina oleh Lactobacillus vaginalis, penurunan sel superficial, dan karena berkurangnya glikogen dan epitelium sehingga vagina lebih tipis. Untuk alasan ini, vagina pasca menopause berisiko untuk terjadi infeksi dan inflamasi, meskipun bukti mengenai meningkatnya insidensi infeksi vagina masih terbatas.

Vaginosis bakteri, Candida, dan Trikomoniasis tidak biasanya terjadi pada wanita pasca menopause tetapi mungkin terjadi pada wanita yang memiliki faktor risiko.

3,5

6

Lactobacillus sp., jamur, dan vaginosis bakterialis kurang umum ditemukan pada wanita pasca menopause daripada wanita usia reproduksi. Banyak jumlah wanita peri- dan pasca


(18)

menopause tidak memiliki Lactobacillus vaginalis dan tidak ada mikroorganisme terkait bakterial vaginosis.7

Lakshmi et al menemukan bahwa Escherechia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida sp. diisolasi sekitar 14,8 % , 9,3%, dan 13% pada wanita pasca menopause. Lactobacillus vaginalis ditemukan pada 27,8% wanita pasca menopause.

Dari penelitian Lakshmi juga ditemukan bahwa kebanyakan bakteri Gram positif ditemukan rentan terhadap penisilin, generasi III sefalosporin, eritromisin, dan oksasilin. Tiga dari bakteri S. aureus resisten terhadap oksasilin (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Semua strain MRSA rentan terhadap vankomisin. Bakteri gram negatif ditemukan sangat rentan terhadap amikasin, gentamisin, dan ceftazidime. Dikatakan bahwa sistem skoring Nugent yang menilai berdasarkan pada ada atau tidaknya Lactobacillus vaginalis, mungkin tidak cukup untuk mengevaluasi flora vagina normal dan kolonisasi bakteri tingkat intermediate pada wanita >40 tahun, karena pada banyak kasus tidak ada Lactobacillus vaginalis atau mikroorganisme terkait vaginosis bakteri terdeteksi.

8

Dari berbagai hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa vagina pasca menopause berisiko terjadi infeksi dan inflamasi. Banyak penyebab keputihan pada wanita pasca menopause. Meskipun sudah ada beberapa penelitian yang meneliti penyebab keputihan saat menopause, namun penelitian mengenai pola resistensi kuman masih terbatas. Karena alasan inilah peneliti ingin melihat bagaimana pola resistensi kuman penyebab keputihan pada wanita pasca menopause.


(19)

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan di atas maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum:

Mengetahui pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik wanita pasca menopause yang menderita keputihan.

2. Mengetahui jenis-jenis mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause.

3. Mengetahui antibiotik yang sudah resisten pada mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause.

4. Mengetahui hubungan pola kuman dengan uji resistensi antibiotik penyebab keputihan pada wanita pasca menopause.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause.

2. Memberikan dasar untuk terapi keputihan pada wanita pasca menopause.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menopause

Menopause, dari bahasa Yunani ‘Menos” (bulan) dan ‘Pausis’ (berhenti) didefinisikan sebagai periode menstruasi terakhir.9 Menopause merupakan suatu keadaan dimana menstruasi berhenti secara permanen sebagai akibat tidak aktifnya folikel ovarium. Menopause dihitung mulai dari periode menstruasi akhir yang diikuti oleh 12 bulan amenorea.10 Meskipun rerata menopause terjadi pada usia 51 tahun, perubahan secara fisiologis yang menyebabkan final menstrual period (FMP) dapat mulai 10 tahun sebelum ini, mulai dari 43 sampai 57 tahun.9,10 Menopause ini juga dapat diinduksi oleh ooforektomi atau oleh ablasi iatrogenik dari fungsi ovarium. Diagnosis menopause dibuat secara klinis tanpa harus mengukur kadar hormon.10

2.1.1. Patogenesis Menopause

Ada 7 juta oogonium dalam ovarium fetus pada gestasi minggu ke 20. Setelah gestasi bulan ketujuh tidak ada oosit baru yang terbentuk. Pada saat kelahiran, jumlah oosit sudah menurun menjadi 2 juta dan saat pubertas hanya tinggal 300000-500000 oosit.2,11 Penurunan ini terus berlanjut.2 Hanya beberapa ribu oosit yang tertinggal ketika seorang wanita mencapai umur 40-an tahun dan beberapa atau tidak ada sama sekali pada pasca menopause.9 Banyaknya jumlah yang hilang terutama akibat proses atresia, meskipun sebagian hilang selama ovulasi.2


(21)

Menopause tampaknya terjadi pada wanita karena dua proses. Pertama, oosit yang berespon terhadap gonadotropin menghilang dari ovarium, dan yang kedua, beberapa oosit sisa tidak berespon terhadap gonadotropin.11 Ada dua petunjuk penting dalam proses kegagalan ovarium. Pertama, terdapat penurunan fertilitas yang nyata dengan tidak ada disfungsi siklus. Kemudian, siklus berubah menjadi nyata karena fase folikular memendek dan terjadi disfungsi fase luteal.

Saat menopause, sensitivitas oosit dalam memberikan respon terhadap stimulasi gonadotropin menghilang. Karena itu, kadar estradiol rendah, yang menyingkirkan umpan balik negatif terhadap hipotalamus dan hipofisis, yang menyebabkan sangat tingginya kadar gonadotropin, Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH).

9

Perubahan terjadi pada 4 kelompok hormonal yang berbeda setelah menopause yaitu androgen, estrogen, progesteron, dan gonadotropin.

2

Terdapat 50% penurunan kadar androstenedion yang bersirkulasi. Androgen adrenal menurun sekitar 60-80% dengan umur, mulai dari umur 20 tahun sampai perimenopause yang mulai stabil saat FMP.

2

2,9

Namun, penurunan testosteron hanya minimal.2 Sebagian hormon ini terus diproduksi oleh sel teka ovarium.9 Ada 14% konversi dari androstenedion, tetapi mayoritas diproduksi oleh sel stroma hilar dan diluteinisasi di dalam ovarium yang memang berespon terhadap meningkatnya gonadotropin yang berlebihan. Peningkatan relatif dari testosteron yang dibandingkan dengan androgen lain dapat bermanifestasi sebagai berkurangnya


(22)

rambut, suara semakin serak dan adanya rambut di wajah kadang-kadang terlihat pada wanita yang lanjut usia.

Estron merupakan estrogen pasca menopause utama, yang terutama diproduksi oleh jaringan adipose perifer dan ovarium pasca menopause lewat aromatisasi adrenal androstenedion.

2

2,9 Sebagian estron

dan testosteron secara perifer berubah menjadi estradiol, yang menerangkan sedikit persentasi estradiol masih tersedia. Berhentinya ovulasi menyebabkan 70% reduksi progesterone karena tidak ada lagi produksi korpus luteal. Produksi adrenal berlanjut. Kadar LH dan FSH di hipofisis sangat meningkat karena kadar estradiol menurun, tetapi masih dilepascan secara pulsatil.2

2.1.2. Diagnosis Menopause

Diagnosis menopause biasanya dapat dipastikan dari riwayat karakteristik dari manifestasi klinis vasomotor hot flush dan keringat malam dan memanjangnya episode amenorea. Pengukuran kadar hormon plasma pada pasien dengan manifestasi klinis klasik tidak perlu disebabkan biaya yang mahal, memerlukan waktu, dan signifikansi klinis yang sedikit. Setelah diagnosis terbentuk, investigasi seharusnya tidak lebih dari skrining tahunan yang biasanya dapat diaplikasikan pada wanita berusia pertengahan. Pemeriksaan ini termasuk penilaian berat badan, tekanan darah, dan sitologi serviks rutin. Perkiraan profil lemak puasa mungkin berguna pada wanita dengan faktor risiko tidak hanya dari titik skrining umum tetapi juga jika pasien bermaksud memulai terapi


(23)

pengganti hormon.9 Menopause terjadi jika jumlah folikel primordial berkurang sampai sekitar 1000.12

2.2. Fisiologi Vagina yang Terkait dengan Defisiensi Estrogen

Vagina terdiri dari 3 lapisan yaitu epitel vagina, lapisan muskularis, dan lapisan fibrosa paling luar yang berasal dari fasia pelvik. Epitel vagina terdiri dari sel skuamosa stratified, dan mengandung sejumlah besar lokasi pengikatan estrogen. Dengan mulainya stimulasi estrogen saat menarche, sel superfisial menguasai seluruh sel parabasal. Sel superfisial matang diperkirakan meningkatkan protektif. Karena itu, sel parabasal yang kurang matur meningkat seiring dengan waktu wanita tersebut mendekati menopause, lebih tipis, dan lebih kurang protektif lapisannya.

Mikrobiologi vagina banyak bervariasi selama kehidupan wanita, kebanyakan secara langsung karena pengaruh steroid seks pada jaringan traktus genital bagian bawah. Pada dasarnya pertumbuhan bakteri merupakan persamaan matematika sederhana: banyaknya organisme yang ada (bergantung pada inokulum dan sumber makanan yang tersedia seperti glikogen) dibagi dengan respon imun individu. Defisiensi relatif glikogen pada vagina premenopause dan menopause menyebabkan secara kuantitatif sedikit jumlah bakteri yang relatif terhadap yang ada selama tahun reproduktif.

4

Kebanyakan bakteri memerlukan lingkungan yang kaya akan nutrisi, kehangatan dan kelembaban untuk tumbuh. Di laboratorium, lingkungan ini diberikan oleh media pertumbuhan dan incubator. Pada


(24)

manusia hidup, kelembaban muncul dalam bentuk sekresi vagina, yang biasanya terdiri dari transudat vagina yaitu sel epitel terdeskuamasi, mukus serviks dan cairan endometrium. Pada sekresi vagina normal, spesies Lactobacillus vaginalis berproliferasi. Lactobacillus vaginalis menggunakan glikogen dari sel superfisial yang terdeskuamasi sebagai substrat, dan mengkonversikan glukosa menjadi asam laktat dan hidrogen peroksida. Asam laktat dan hidrogen peroksida menyebabkan rendahnya pH vagina (sekitar 4,2) yang menghambat pertumbuhan kebanyakan bakteri patogen. Dengan infeksi bakteri, meningkatnya produk sampingan menyebabkan meningkatnya pH, sehingga berkurang jumlah Lactobacillus, sedangkan organisme fakultatif dan anaerob berproliferasi.4

Pada menopause, jumlah Lactobacillus vaginalis menurun lebih dari 99% dari kadar yang ditemukan pada tahun premenopause (dari 10

7-8

sampai < 105). Karena sumber makanan glikogen untuk bakteri cepat digunakan oleh bakteri patogen aerobik yang lebih cepat berkembang, pH vagina meningkat sekitar 5,0-6,0, dimana spesies Lactobacillus vaginalis digantikan dengan spesies bakteri dari perineum.4 Freedman mengobservasi dari 400 wanita pasca menopause, terdapat 381 wanita (95%) memiliki pH >4,5 dalam 12 bulan setelah berhenti terapi hormon.13

Kadar estradiol pada wanita premenopause berkisar mulai dari 147 sampai 1468 pmol/l (40-400 pg/ml) dan menurun hingga kurang dari 73 pmol (20pg/ml) pasca menopause. Perubahan dalam estrogen yang bersirkulasi ini dicerminkan pada fisiologis dan manifestasi klinis vagina (lihat gambar 1). Vagina merupakan indikator biologis yang dapat diakses


(25)

dan sensitif mengenai menurunnya dan rendahnya kadar estrogen yang bersirkulasi pada wanita pasca menopause.3

Gambar 1. Gambar skematik mengenai efek estrogen pada epitel

vagina3

Estrogen meningkatkan pembentukan glikogen di epitel skuamosa. Lactobacillus doderlein, bagian dari normal flora vagina, bergantung pada glikogen sebagai sumber tenaga dan mengonversi glikogen menjadi asam laktat, sehingga mempertahankan pH asam vagina. pH asam berperan untuk menurunkan patogen. Estrogen juga membantu mempertahankan ketebalan epitel vagina berlapis banyak skuamosa, yang memberi warna normal merah jambu, kerutan, dan kelembaban. Tanpa adanya estrogen, proliferasi jaringan ikat meningkat, elastin menjadi berfragmentasi, dan kolagen bergantung pada hialinisasi.

Hilangnya lipatan rugae vagina dan menipisnya epitel menjadi lebih nyata 2-3 tahun pasca menopause dan onset temuan fisik bervariasi.


(26)

Hilangnya kerutan akibat pemecahan dukungan kolagen dari epitelium vagina. Pergantian kolagen meningkat pada wanita yang menua tanpa terapi hormon dan perubahan ini mungkin penting terhadap terjadinya prolaps vagina.

pH vagina pada wanita premenopause kurang dari 4,5, yang mencerminkan produksi asam laktat oleh organisme Lactobacillus sp. pH vagina meningkat di atas 6 pada wanita pasca menopause, akibat reduksi pada kolonisasi vagina oleh Lactobacillus vaginalis, sekunder terhadap penurunan sel superfisial dan karenanya berkurangnya glikogen, dan epitelium vagina lebih tipis. Untuk alasan ini, vagina pasca menopause berisiko terjadi infeksi dan inflamasi, meskipun bukti mengenai meningkatnya insidensi infeksi vagina masih terbatas.

3

3

Menurunnya estrogen yang bersirkulasi yang terkait dengan transisi menopause berkaitan erat dengan menurunnya Lactobacilus vaginalis, meningkatnya pH, berubahnya morfologi epitel, berkurangnya aliran vascular, dan berkurangnya sekresi cairan di vagina.

3

2.3. Keputihan Pada Wanita Menopause

Keputihan merupakan kondisi dari sekret vagina persisten dan berlebihan. Keputihan dapat bersifat fisiologis atau pataologis. Keputihan diamati sebagai tanda dari vaginitis (inflamasi vagina).5 Meskipun dipercayai bahwa kurangnya estrogen dan karena itu menurunnya glikogen, pada vagina menopause menyebabkan penurunan yang signifikan pertumbuhan bakteri, ini telah menjadi nyata bahwa berbagai


(27)

spesies dapat tinggal di vagina dan menimbulkan manifestasi klinis. Diagnosis dapat lebih rumit bila sebagian kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis vaginitis, seperti meningkatnya pH, diubah di menopause.

Kebanyakan kasus vaginitis infeksius yang sering kali disebabkan oleh infeksi fungus Candida albicans atau oleh parasit protozoa Trichomonas vaginalis, terjadi sekitar 20-30% setiap infeksi ini. Penelitian lain telah menyatakan bahwa vaginitis bakteri sebagai penyebab paling sering mikrobiologi. Di Abidjan, spesies mikroba yang paling sering ditemukan adalah vaginitis Gardnerella (47%), Candida albicans (29,4%), Chlamydia trachomatis (13,7%), Trichomonas vaginalis (6,9%), dan Neisseria gonorrhea (2,9%).

4

Vaginosis bakterialis, kandida, dan trikomoniasis tidak biasanya terjadi pada wanita pasca menopause tetapi mungkin terjadi dengan yang memiliki faktor risiko.

5

6

Lactobacillus sp, jamur, dan vaginosis bakteri kurang umum ditemukan pada wanita pasca menopause daripada wanita usia reproduksi. Banyak wanita peri- dan pasca menopause tidak memiliki Lactobacillus vaginalis dan tidak ada mikroorganisme terkait bakterial vaginosis.7

Lakshmi et al menemukan bahwa Escherechia coli, Staphylococcus aureus dan Candida sp. diisolasi sekitar 14,8 % , 9,3%, dan 13% pada wanita pasca menopause. Lactobacillus vaginalis ditemukan pada 27,8% wanita pasca menopause. Dari penelitiannya juga ditemukan bahwa kebanyakan bakteri Gram positif ditemukan rentan terhadap penisilin, sefalosporin generasi III, eritromisin, dan oksasilin. Tiga dari spesies S.


(28)

aureus resisten terhadap oksasilin (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus atau MRSA). Semua strain MRSA rentan terhadap vankomisin. Bakteri gram negatif ditemukan sangat rentan terhadap amikasin, gentamisin, dan ceftazidime. Dikatakan bahwa sistem skoring Nugent mungkin tidak cukup untuk mengevaluasi flora vagina normal dan kolonisasi bakteri tingkat intermediate pada wanita >40 tahun, karena pada banyak kasus tidak ada Lactobacillus vaginalis atau mikroorganisme terkait vaginosis bakteri terdeteksi.

Tabel 2.1. Prevalensi mikroorganisme yang berkenaan dengan status menopause

8

8

Meningkatnya pH pada wanita premenopause adalah abnormal dan sering kali merupakan indikasi adanya infeksi bakteri atau parasit. Namun, pH biasanya meningkat saat menopause dan karena itu ini tidaklah membantu. pH rendah atau normal pada wanita menopause


(29)

biasanya karena hasil pengaruh dari estrogen endogen atau eksogen, atau mungkin penggunaan SERM. pH yang rendah juga mungkin akibat obat dengan gel, atau krim topikal asam, dan pasien seharusnya ditanya jika memang ada produk tersebut yang digunakan. Dengan pemeriksaan preparat basah, rasio sel superfisial terhadap parabasal dapat dengan mudah diketahui. Bahkan jika ada infeksi lain yang terdiagnosis yang timbulnya bersamaan dengan vaginitis atrofi seharusnya disebutkan selama atau setelah pengobatan infeksi saat ini sukses.

Jika tidak ada infeksi bakteri berat atau parasit, biasanya berkurang atau tidak ada morfotipe seperti Lactobacillus vaginalis dan bakteri lain. Jika morfotipe jamur tidak ditemukan dan vaginanya tipis dan pucat dengan kerutan yang buruk, maka diagnosis vaginitis atrofi dapat dipertimbangkan dan pengobatan dimulai. Jika pemeriksaan pasien menunjukkan adanya respon estrogen yang adekuat dan banyak bakteri dan sel darah putih, kemungkinan pasien tersebut menderita vaginitis bakteri (bukan vaginosis bakteri), karena epitelium yang polos, meningkatnya pH dan kurangnya Lactobacillus vaginalis semua menyokong pertumbuhan bakteri. Gejala klinis iritasi vagina, tetapi tidak gatal, membuat diagnosis primer infeksi jamur kurang cocok, dan evaluasi selanjutnya diperlukan untuk mengidentifikasi patogen.

4


(30)

2.4 KERANGKA TEORI

Wanita Menopause

Hormon estrogen ↓

↓ Ketebalan epitel

gepeng vagina, rugae, dan kelembaban

↑ pembentukan

glikogen

↓Proliferasi jaringan

ikat, fragmentasi elastin, dan hyalinisasi

kolagen

• Kerusakan mukosa dan jaringan vagina

• Konversi glikogen menjadi asam laktat oleh Lactobacillussp. terganggu

pH vagina ↑

Proteksi terhadap infeksi berkurang

Keputihan

Karakteristik

 Usia

 Pendidikan

 Status Perkawinan


(31)

2.5. Kerangka Konsep

variabel bebas ( variabel independent ) variabel tergantung ( variabel dependent )

Wanita menopause

Karakteristik

 Usia

 Pendidikan

 Status Perkawinan

Penurunan proteksi terhadap infeksi Penurunan estrogen

Infeksi oleh

E. coli

S. aureus

Candida sp

Trichomonas sp

Resistensi terhadap antibiotik


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional study) yang menilai pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause yang berkunjung ke poliklinik Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) lainnya.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring FK USU lainnya. Waktu penelitian dimulai pada Febuari 2014 sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.

3.3. Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi target adalah seluruh wanita pasca menopause yang menderita keputihan.

3.3.2. Populasi terjangkau adalah seluruh wanita pasca menopause yang menderita keputihan yang berkunjung ke poliklinik Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring lainnya.


(33)

3.3.3. Sampel penelitian yaitu wanita pasca menopause yang menderita keputihan dan berkunjung ke poliklinik Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring FK USU lainnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.

3.3.4. Penghitungan Besar Sampel14

n = (Zα)

:

2

d PQ

n = Jumlah sampel

2

Zα = 1,96 (α = 0,05)

P = Proporsi populasi, menurut Hadrians dkk, 2005, insiden keputihan pada wanita pasca menopause 75,5%.

d= 15% = 0,15

n = 31,58 dibulatkan menjadi 32 orang sampel minimal.

3.4. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi

3.4.1. Kriteria inklusi

a. Wanita pasca menopause yang menderita keputihan.

b. Tidak menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus, kanker dan lain-lain.

c. Tidak sedang dalam pemakaian obat-obatan. d. Tidak pernah menjalani histerektomi.


(34)

f. Bersedia mengikuti penelitian.

3.4.2. Kriteria eksklusi

a. Tidak dijumpai perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan sekret vagina.

3.5. Prosedur Kerja

a. Subjek yang memenuhi kriteria penerimaan diberi penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan dan akan menandatangani lembar persetujuan serta melengkapi isian data pribadi.

b. Data diri yang harus diisi berupa umur (tahun), paritas, status perkawinan, tingkat pendidikan, akses ke sistem pelayanan kesehatan, kebiasaan merokok (sering, kadang-kadang, tidak merokok), konsultasi psikiatrik, riwayat penggunaan obat psikotropik, dan terapi hormon pengobatan alternatif untuk menopause.

c. Pengambilan sampel sekret vagina dimana sampel diambil dari forniks posterior atau dinding vagina lateral dengan menggunakan spatula Ayre dan dengan kapas lidi steril dengan menggunakan spekulum yang tidak dilubrikasi untuk melakukan smear pada slide. Lalu dikirim ke bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, untuk dilakukan kultur


(35)

ke media, Sabarud Dextrose Agar (SDA), Blood Agar, Macconkey Agar (MC).

d. Periksa atau identifikasi menurut specimen masing-masing. e. Apabila dijumpai pertumbuhan coccus gram positif dengan

bentuk seperti buah anggur, maka dilakukan penanaman ke Mannitoll Salt Agar (MSA) dan dilakukan uji kepekaan dengan Vankomisin dan Oksasiklin.

f. Kemudian bila ditemukan batang gram negative, maka perlu dilakukan identifikasi dengan pewarnaan gram. Lalu dilanjutkan dengan reaksi biokimia dan uji kepekaan dengan Ciprofloxacin dan Doksisklin.

g. Selanjutnya apabila dijumpai Yeast cell atau Candida spesies dilanjutkan uji spesies dengan Cornmeal Agar dan pewarnaan gram dan uji sensitivitas dengan Flukonazol dan Voriconazol. h. Dilakukan penilaian jenis antibiotika mana yang sensitif dan

resisten berdasarkan luas daerah yang ditekan pertumbuhan mikroorganismenya dengan cara menempatkan antibiotik di atas kertas berbentuk cakram (paper disk) diletakkan di atas media agar. Media kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C dan dilihat daerah hambat (zona halo) yang terbentuk di sekeliling paper disk tersebut.


(36)

3.6. Definisi Operasional

1. Resisten antibiotik adalah pada pengujian dengan paper disk dengan antibiotik tertentu didapatkan zona halo < 20 mm

2. Sensitif antibiotik adalah pada pengujian dengan paper disk dengan antibiotik tertentu didapatkan zona halo > 30 mm

3. Zona halo adalah daerah yang ditekan pertumbuhan mikroorganismenya oleh antibiotik pada uji resistensi.

4. Pasca menopause adalah suatu keadaan dimana menstruasi berhenti secara permanen sebagai akibat tidak aktifnya folikel ovarium yang ditetapkan setelah 12 bulan amenorea secara terus menerus.

5. Keputihan merupakan kondisi dari sekret vagina persisten dan berlebihan berdasarkan keluhan penderita dan hasil pemeriksaan klinis ginekologi. 6. Kuman penyebab keputihan adalah jenis mikroorganisme yang dijumpai pada

sekret vagina berdasarkan pemeriksaan mikroskopis.

7. Resistensi kuman adalah penilaian pertumbuhan mikroorgnisame pada biakan kuman yang diberi obat tertentu berdasarkan diameter ring yang dilakukan oleh Laboratorium Mikrobiologi Terpadu FK-USU Medan.

8. Untuk uji resitensi mikroorganisme penyebab keputihan dari Candida sp akan menggunakan obat voriconazol dan flukonazol.

9. Untuk uji resitensi mikroorganisme penyebab keputihan dari bakteri E.Coli akan menggunakan obat ciprofloxacin dan doksisiklin.

10. Untuk uji resitensi mikroorganisme penyebab keputihan dari bakteri Staphilococcus aureus akan menggunakan obat oksasiklin dan vankomisin 11. Untuk uji resitensi mikroorganisme penyebab keputihan dari Trichomonas sp


(37)

12. Untuk uji resitensi mikroorganisme penyebab keputihan dari bakteri jenis lain akan menggunakan obat sesuai jenis pewarnaan gram.

13. Ciprofloxacin adalah generasi kedua antibiotik fluorokuinolon. Spektrumnya meliputi sebagian besar strain bakteri patogen untuk pernafasan, saluran kemih, saluran pencernaan, dan infeksi perut, termasuk Gram-negatif (Escherichia coli, Haemophilus influenzae, Klebsiella pneumoniae, Legionella pneumophila, Moraxella catarrhalis, Proteus mirabilis, dan Pseudomonas aeruginosa), dan Gram-positif (MRSA, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus epidermidis, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus pyogenes). Ciprofloxacin dan fluoroquinolon lain dinilai memiliki spektrum yang luas dan penetrasi jaringan yang sangat baik.

14. Doksisiklin adalah antibiotik golongan tetrasiklin yang biasa digunakan untuk mengobati berbagai infeksi, dapat digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi Escherichia coli, Chlamydia trachomatis, Enterobacter, Lyme borreliosis, B. burgdorferi, Shigella, Acinetobacter, Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, MRSA, Chlamydia trachomatis.

15,16

15. Vankomisin adalah antibiotika untuk pencegahan dan pengobatan infeksi yang disebabkan bakteri Gram - positif . Ini adalah antibiotika alami yang dibuat oleh bakteri tanah Amycolatopsis orientalis. Obat ini menjadi pengobatan lini pertama untuk Staphylococcus aureus

17

16. Oksasilin adalah penisilinase-tahan β-laktam. Mirip dengan methicillin, dan telah menggantikan methicillin dalam penggunaan klinis. Karena tahan terhadap penisilinase, seperti yang dihasilkan Staphylococcus aureus, secara luas digunakan secara klinis mengobati penicillin-resistant Staphylococcus aureus.

.18

17. Flukonazoladalah obat anti jamur triazole digunakan dalam pengobatan dan 19


(38)

Blastomyces dermatitidis, Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans, Epidermophyton, Histoplasma capsulatum, Microsporum, Trichophyton.

18. Vorikonazol adalah obat triazole anti jamur yang umumnya digunakan untuk mengobati infeksi jamur invasif yang biasanya ini terlihat pada pasien yang immunocompromised, dan termasuk kandidiasis invasif, aspergillosis invasif. Vorikonazol sedikit efek samping yang serius dan kasus toksisitas ginjal, namun insiden yang lebih tinggi gangguan visual

20

19. Metronidazole adalah obat antibiotik Nitroimidazole digunakan terutama untuk bakteri anaerob dan protozoa. Metronidazole terutama digunakan untuk mengobati Vaginosis bakteri, penyakit radang panggul, kolitis pseudomembran, aspirasi pneumonia, rosacea, infeksi intra-abdomen, abses paru, radang gusi, amoebiasis, giardiasis, trikomoniasis, dan infeksi yang disebabkan oleh organisme anaerob yang sensitif seperti Bacteroides fragilis, Fusobacterium spp, Clostridium spp, Peptostreptococcus spp dan Prevotella spp., Helicobacter pylori

21

20. Tinidazole adalah obat antibiotik Nitroimidazole yang digunakan terhadap infeksi protozoa.

22


(39)

3.7. Alur Penelitian

3.8. Analisa Statistik

Data penelitian dikumpulkan dalam suatu formulir penelitian yang telah disiapkan kemudian dilakukan pengolahan data secara komputerisasi. Data ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dilakukan analisa Fisher exact untuk pemakaian jenis antibiotik.

3.9. Etika Penelitian

Setiap peserta penelitian yang memenuhi kriteria inklusi akan diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan cara penelitian yang dijalankan pada penelitian ini. Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan sukarela dari masing-masing peserta dengan

Wanita pasca menopause yang mengeluh keputihan di poliklinik RSUP H. Adam Malik dan RS Jejaring Medan

Pengambilan data, pemeriksaan ginekologi, dan pengambilan sekret vagina

Pemeriksaan mikroorganisme penyebab di laboratorium

Uji resistensi

Kriteria inklusi dan eksklusi


(40)

menandatangani formulir pernyataan persetujuan penelitian tanpa paksaan.


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan penelitian terhadap 42 orang wanita pasca menopause yang berkunjung ke poliklinik rawat jalan ginekologi RSUP H Adam Malik Medan dan rumah sakit jejaring FK USU lainnya dengan keluhan keputihan.

4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Jumlah Persentase

(n) (%)

Umur (tahun)

• 40-50 24 57,1

• 51-60 16 38,1

• >60 2 4,8

Pendidikan

• SD 10 23,8

• SMP 11 26,2

• SMA 13 31,0

• Pendidikan Tinggi 8 19,0

Status Perkawinan

• Bersuami 40 95,2

• Janda 2 4,8


(42)

Tabel 4.2. Rerata Usia dan Lama Menopause Subjek Penelitian

Karakteristik (tahun) Mean SD

Umur 50,6 5,4

Lama menopause 4,5 3,4

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 di atas, didapatkan usia responden yang terbanyak adalah berusia 40-50 tahun sejumlah 24 orang (57,1%), usia 51-60 tahun sejumlah 16 orang (38,1%), dan usia >60 tahun sejumlah 2 orang (4,8%). Sementara rerata usia subjek penelitian adalah 50,6 tahun (SD ± 5,4 tahun) dengan lama menopause 4,5 tahun (SD ± 3,4 tahun). Jenjang pendidikan responden yang terbanyak adalah jenjang SMA dengan jumlah 13 orang (31%), jenjang SD sejumlah 10 orang (23,8%), jenjang SMP sejumlah 11 orang (26,2%), dan jenjang pendidikan tinggi sejumlah 8 orang (19%). Pada status perkawinan responden, didapatkan bahwa yang terbanyak adalah bersuami sejumlah 40 orang (95,2%), dan yang janda sejumlah 2 orang (4,8%).


(43)

4.2.Hasil Pemeriksaan Mikroorganisme Penyebab Keputihan

Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Mikroorganisme Penyebab Keputihan

Jenis Mikroorganisme Positif Negatif

n(%) n(%)

E. coli 7 (16,7) 35(83,3)

Staphylococcus aureus 11(26,2) 31(73,8)

Candida sp 22(52,4) 20(47,6)

Trichomonas sp 0(0) 42(100)

Klebsiella pneumoniae 3 (7,1) 39(92,9)

Klebsiella oxytoca 2(4,8) 40(95,2)

Proteus mirabilis 2(4,8) 40(95,2)

N=42 orang

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, didapatkan bahwa Candida sp. merupakan mikroorganisme penyebab keputihan yang terbanyak ditemukan, yaitu sebanyak 52,4%, yang disusul oleh Staphylococcus aureus ( 26,2%) dan E. coli (16,7%) serta tidak ada satupun dijumpai parasit Trichomonas sp. Kuman penyebab keputihan lain yang dijumpai adalah Klebsiella pneumoniae sebanyak 7,1%, Klebsiella oxytoca sebanyak 4,8%,dan Proteus mirabilis sebanyak 4,8%.

Hasil ini hampir sama dengan penelitian di Abidjan, yang menyatakan bahwa spesies mikroba yang paling sering ditemukan adalah vaginitis Gardnerella (47%), Candida albicans (29,4%), Chlamydia trachomatis (13,7%), Trichomonas vaginalis (6,9%), dan Neisseria gonorrhea (2,9%).4 Berbeda dengan Lakshmi et al (2012) menemukan


(44)

bahwa Escherechia coli, Staphylococcus aureus, dan Candida sp. diisolasi sekitar 14,8 % , 9,3%, dan 13% pada wanita pasca menopause.8

4.3. Hasil Uji Resistensi Mikroorganisme Penyebab Keputihan Tabel 4.4. Hasil Uji Resistensi Mikroorganisme Penyebab Keputihan

Jenis Mikroorganisme Uji Resistensi p

yang dijumpai Sensitif Resisten

E. Coli (7 orang)

Ciprofloxacin 6(87,7) 1(14,3) 0,142

Doksisiklin 1(14,3) 6(87,7)

Staphylococcus aureus(11 orang)

Vancomycin 6(54,5) 5(45,5) 1,000

Oxacyclin 5(45,5) 6(54,5)

Candida albicans (22 orang)

Flukonazol 22(100) 0(0) 1,000

Voriconazole 11(50) 11(50)

Uji Fisher exact

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, didapatkan bahwa E.coli yang sensitif terhadap ciprofloxacin ada 6 (87,7%) dan yang resisten 1 (14,3%). Ini berkebalikan dengan doksisiklin di mana yang sensitif ada 1 (14,3%) dan yang resisten 6 (87,7%). Dengan uji Fisher exact tidak ada hubungan yang bermakna antara pemakaian ciprofloxacin dan doksisiklin (p>0,05), walaupun demikian hal ini dapat menjadi pertimbangan bahwa dalam penelitian ini ciprofloxacin masih menjadi pilihan terbaik untuk terapi keputihan yang disebabkan oleh E.coli.


(45)

Untuk Staphylococcus aureus, yang sensitif tehadap vancomycin ada 6 (54,55) dan yang resisten 54,5%. Sedangkan, 54,5% Staphylococcus aureus resisten terhadap oksasilin dan sisanya (45,5%) sensitif terhadap oksasilin. Dengan uji Fisher exact tidak ada hubungan yang bermakna antara pemakaian vancomycin dan oksasilin (p>0,05), hal ini menunjukkan bahwa dalam terapi keputihan karena Staphylococcus aureus dapat dipergunakan kedua jenis antibiotika tersebut dengan efektivitas yang sama.

Semua Candida albicans (100%) sensitif terhadap flukonazol dan setengahnya (50%) juga sensitif terhadap voriconazole, hal ini menunjukkan bahwa terapi keputihan karena Candida albicans terbaik dengan flukonazol.

Dari penelitian Laksmi et al ditemukan bahwa kebanyakan bakteri Gram positif ditemukan rentan terhadap penisilin, sefalosporin generasi III, eritromisin, dan oksasilin. Tiga dari spesies S. aureus resisten terhadap oksasilin (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus atau MRSA). Semua strain MRSA rentan terhadap vankomisin. Bakteri gram negatif ditemukan sangat rentan terhadap amikasin, gentamisin, dan ceftazidime.8


(46)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Dari 42 wanita pasca menopause yang menderita keputihan yang terbanyak adalah dengan umur 40-50 tahun, pendidikan SMA, dan masih bersuami. Rerata usia wanita pasca menopause yang menderita keputihan adalah 50,6 tahun dengan lama menopause 4,5 tahun.

2. Mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause yang ditemukan adalah Candida albicans, Staphylococcus aureus, E. coli, Klebsiella pneumonia, Klebsiella oxytoca, dan Proteus mirabilis.

3. Dari hasil uji resistensi pada mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause didapatkan E. coli masih sensitif dengan ciprofloxacin, Staphylococcus aureus masih sensitif dengan vankomisin serta Candida albicans masih sensitif dengan flukonazol.

4. Dari hasil uji bivariat kuman E. coli tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pemakaian ciprofloxacin dengan doksisiklin, dan kuman Staphylococcus aureus tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pemakaian vancomicin dengan oksasilin.


(47)

5.2. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat terlihat berbagai macam mikroorganisme penyebab keputihan sehingga setiap wanita pasca menopause yang mengeluhkan keputihan dianjurkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan sekret vagina dan uji resistensi untuk mencegah penggunaan antibiotik yang tidak rasional yang dapat menimbulkan resistensi obat dan menghindari pengobatan yang tidak efisien.

Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar terhadap uji resistensi mikroorganisme penyebab keputihan dan dengan jenis antibiotik yang lebih bervariasi sehingga didapatkan hasil yang lebih baik untuk menjadi acuan pengobatan terhadap kasus keputihan.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Widyastuti Y, Rahmawati A, Purnamaningrum YE. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

2. Pitkin J, Peattie AB, Magowan BA. 2003.

Meno

pause: physiological changes. In: Obstetrics nd Gynaecology An Illustrated Colour Text. USA: Elsevier Science Limited. p148.

3. Sturdee DW, Panay N. 2010. Recommendations for the Management of Postmenopausal Vaginal Atrophy. Climacteric 2010: 1-14.

4. Marten MG. 2007. Ecology and Health of the Menopausal Vagina. In: Menopause Management. p30-4.

5. Gul S, Qamar H, Jawaid W, Bukhari U, Javed Y. 2013. Women Facing Heavy Vaginal Discharge (Leucorrhea) by Virtye of Unhealthy Lifestyle. IRJP 4(1) : 258-61.

6. Soper DE. 2012. Vaginitis on the Merck Manual. Available from: [Accessed on 28th June 2013].

7. Bioclin Bio-Active Remedies. 2005. Study Report Relief and prevention of Vaginal Complaints in (post) menopausal women. Menopause Study Report. p1.

8. Lakshmi K, Chitralekha S, Illamani V, Menezes GA. 2012. Prevalence of bacterial vaginal infections in pre and postmenopausal women. Int J pharm Bio Sci 3(4): 949-56.

9. Panay N. 2007. Menopause and the postmenopausal Woman. In: Edmonds DK (ed.). Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynaecology Seventh Edition. USA: Blackwell publishing. p479-80.

10.

Kul

p J, Zacur H. 2007. Menopause and Hormone Replacement Therapy. In: Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, Wallach EE.


(49)

(eds). Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 3rd edition. Maryland: Lippincott Williams& Wilkins.

11.

DeCherney AH.

et al

(

eds.

)

2007. Meno

pause & postmenopause Introduction. In: Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology Tenth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.

12. Berga SL, Copland SD. Physiology of the Menstrual Cycle In: Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology Tenth Edition. USA: The McGraw-Hill Companies.p843.

13. Freedman MA. 2008. Vaginal pH, Estrogen, dan Genital Atrophy. In : Menopause Management. p10.

14. Sopiyudin MS.2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta.Salemba Medika.hal 36.

15. Ball P.2000. "Quinolone generations: natural history or natural selection?". J. Antimicrob. Chemother. 46 Suppl T1: 17–24.

16. Oliphant CM, Green GM. 2002. "Quinolones: a comprehensive review". Am Fam Physician 65 (3): 455–64.

17. Gladwin M. 2007. Clinical Microbiology Made Ridiculously Simple 4th ed. Miami, FL: MedMaster Inc. p. 68.

18. Moellering RC. 2006. "Vancomycin: a 50-year reassessment". Clin Infect Dis. 42 Suppl 1: S3–4.

19. David G. 2008.

20. Sweetman S. (ed). Martindale: The complete drug reference. 34th ed. London: Pharmaceutical Press; 2004

21. Kullberg B, et al. 2005. "Voriconazole versus a regimen of


(50)

non-neutropenic patients: a randomised non-inferiority trial.". Lancet 366 (9495): 1435–42.

22. Rossi S, ed. 2013. Australian Medicines Handbook. Adelaide: The


(51)

LAMPIRAN 1


(52)

LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Ibu-ibu Yth,

Nama saya dr. Henry Gunawan, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan Magister Kedokteran Klinik FK-USU. Saya sedang meneliti tentang Pola Resistensi Kuman Penyebab Keputihan Pada Wanita Pascamenopause.

Adapun tujuan penelitian ini, untuk mengetahui pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause. Adapun manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pola resistensi mikroorganisme penyebab keputihan pada wanita pasca menopause.

Pada penelitian ini, saya akan mengambil sekret keputihan dari liang vagina ibu yang akan diperiksakan ke laboratorium Mikrobiologi FK USU.

Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan kepada ibu-ibu. Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan, maupun tekanan dari pihak manapun. Seandainya ibu-ibu menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan kehilangan hak sebagai pasien.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan ibu-ibu yang terpilih sebagai sukarela dalam penelitian ini dapat mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Terimakasih saya ucapkan kepada ibu-ibu yang telah berpartisipasi di dalam penelitian ini. Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka ibu-ibu dapat menghubungi dr. Henry Gunawan, Departemen Obgin FK-USU telp: 081260222081.

Terima kasih.

Medan, Februari 2014 Hormat saya


(53)

LAMPIRAN 3 LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama :

Umur :

Kepada saya telah diberikan penjelasan mengenai prosedur penelitian:

“Pola Resistensi Kuman Penyebab Keputihan Pada Wanita Pascamenopause”

dan saya telah memahaminya.

Maka dengan sadar saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini.

Medan, ………2014 Yang memberi persetujuan,


(54)

LAMPIRAN 4 LEMBAR ISIAN SUBJEK PENELITIAN

NAMA :

UMUR :

PENDIDIKAN :

PEKERJAAN :

RIWAYAT PERKAWINAN:

A. SUAMI I : B. SUAMI II :

STATUS PERKAWINAN SEKARANG :

A. BERSUAMI B. JANDA

USIA HAID PERTAMA KALI : USIA HAID TELAH BERHENTI :

RIWAYAT OPERASI KEBIDANAN :

A. PERNAH

B. TIDAK PERNAH

RIWAYAT KEPUTIHAN SEBELUM HAID BERHENTI

A. PERNAH B. TIDAK PERNAH

RIWAYAT KEGUGURAN

A. PERNAH : BERAPA KALI : B. TIDAK PERNAH


(55)

LAMPIRAN 5

Frequencies

Statistics

KELUMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN STATUS

N Valid 42 42 42 42

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

KELUMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 40-50 24 57.1 57.1 57.1

51-60 16 38.1 38.1 95.2

>60 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PT 8 19.0 19.0 19.0

SD 10 23.8 23.8 42.9

SMA 13 31.0 31.0 73.8

SMP 11 26.2 26.2 100.0


(56)

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 30 71.4 71.4 71.4

PETANI 2 4.8 4.8 76.2

PNS 4 9.5 9.5 85.7

SWASTA 6 14.3 14.3 100.0

Total 42 100.0 100.0

STATUS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid bersuami 40 95.2 95.2 95.2

janda 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Frequency Table

ECOLI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid negatif 35 83.3 83.3 83.3

positif 7 16.7 16.7 100.0

Total 42 100.0 100.0

STAPHYLOCOCUS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid negatif 31 73.8 73.8 73.8

positif 11 26.2 26.2 100.0


(57)

CANDIDA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid negatif 20 47.6 47.6 47.6

positif 22 52.4 52.4 100.0

Total 42 100.0 100.0

TRICHOMONAS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid negatif 42 100.0 100.0 100.0

ECOLI * CIPROFLOXACIN Crosstabulation

CIPROFLOXACIN

Total

R S

ECOLI negatif Count 35 0 0 35

% within ECOLI 100.0% .0% .0% 100.0%

positif Count 0 1 6 7

% within ECOLI .0% 14.3% 85.7% 100.0%

Total Count 35 1 6 42

% within ECOLI 83.3% 2.4% 14.3% 100.0%

ECOLI * DOKSISIKLIN Crosstabulation

DOKSISIKLIN

Total

R S

ECOLI negatif Count 35 0 0 35

% within ECOLI 100.0% .0% .0% 100.0%

positif Count 0 6 1 7

% within ECOLI .0% 85.7% 14.3% 100.0%

Total Count 35 6 1 42


(58)

STAPHYLOCOCUS * VANCOMICIN Crosstabulation VANCOMICIN

Total

R S

STAPHYLOCOCUS negatif Count 30 0 1 31

% within

STAPHYLOCOCUS

96.8% .0% 3.2% 100.0%

positif Count 0 5 6 11

% within

STAPHYLOCOCUS

.0% 45.5% 54.5% 100.0%

Total Count 30 5 7 42

% within

STAPHYLOCOCUS

71.4% 11.9% 16.7% 100.0%

STAPHYLOCOCUS * OXACICLIN Crosstabulation OXACICLIN

Total

R S

STAPHYLOCOCUS negatif Count 30 1 0 31

% within

STAPHYLOCOCUS

96.8% 3.2% .0% 100.0%

positif Count 0 6 5 11

% within

STAPHYLOCOCUS

.0% 54.5% 45.5% 100.0%

Total Count 30 7 5 42

% within

STAPHYLOCOCUS


(59)

CANDIDA * FLUKONAZOL Crosstabulation

FLUKONAZOL

Total S

CANDIDA negatif Count 20 0 20

% within CANDIDA 100.0% .0% 100.0%

positif Count 0 22 22

% within CANDIDA .0% 100.0% 100.0%

Total Count 20 22 42

% within CANDIDA 47.6% 52.4% 100.0%

CANDIDA * VORICONAZOLE Crosstabulation

VORICONAZOLE

Total

R S

CANDIDA negatif Count 20 0 0 20

% within CANDIDA 100.0% .0% .0% 100.0%

positif Count 0 11 11 22

% within CANDIDA .0% 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 20 11 11 42


(1)

FLUKONAZOL

Total

S

CANDIDA

negatif

Count

20

0

20

% within CANDIDA

100.0%

.0%

100.0%

positif

Count

0

22

22

% within CANDIDA

.0%

100.0%

100.0%

Total

Count

20

22

42

% within CANDIDA

47.6%

52.4%

100.0%

CANDIDA *

VORICONAZOL

E Crosstabulation

VORICONAZOL

E

Total

R

S

CANDIDA

negatif

Count

20

0

0

20

% within CANDIDA

100.0%

.0%

.0%

100.0%

positif

Count

0

11

11

22

% within CANDIDA

.0%

50.0%

50.0%

100.0%

Total

Count

20

11

11

42


(2)

LAMPIRAN 6

TABEL INDUK

Nama Umu r lama menopause usia

menopause Pendidikan Pekerjaa n Riw. Perkawinan Status skrg Usia Menarche riw. operasi riw. keputihan riw. keguguran jlh ana

k E.coli Cipro Dox

y Staph Vanco Ox

a C.

albicans Fluco Vorico Tricho

Bakteri lain

X 48 3 45 SMA IRT 1

bersuam

i 14 pernah pernah

Tidak

Pernah 4 positif S R negatif positif S R negatif

X 54 8 46 PT IRT 1

bersuam

i 15 pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 3 negatif negatif positif S R negatif

X 48 3 45 SMA IRT 1

bersuam

i 13 pernah pernah

Tidak

Pernah 2 negatif negatif positif S R negatif

X 44 2 42 SMA IRT 1

bersuam

i 13

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 2 negatif positif R R positif S S negatif

X 47 2 45 SMA IRT 1

bersuam

i 12

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 2 negatif negatif positif S S negatif

X 46 2 44 SMA IRT 1

bersuam

i 13

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 3 negatif negatif negatif negatif

X 49 4 45 SMP IRT 1

bersuam

i 13

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 5 positif S R positif R R positif S S negatif

X 45 3 42 SMP IRT 1

bersuam

i 15

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 3 negatif positif S S positif S R negatif

X 47 4 43 PT

SWAST

A 1

bersuam

i 13

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 3 negatif negatif negatif negatif

X 46 1 45 SD IRT 1

bersuam

i 12

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 5 negatif negatif negatif negatif

X 46 2 44 SMA IRT 1

bersuam

i 12

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 4 negatif negatif negatif negatif

X 49 5 44 SMA IRT 1 janda 12

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 5 negatif negatif positif S S negatif K. pneumonie

X 52 7 45 SD IRT 1

bersuam

i 12

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 2 negatif negatif positif S S negatif

X 53 6 46 SD IRT 1

bersuam

i 13

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 1 negatif negatif negatif negatif

X 54 7 47 SMP IRT 1

bersuam

i 13

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 2 negatif positif S R negatif negatif

X 48 3 45 PT

SWAST

A 1

bersuam

i 14

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 2 negatif positif S R positif S R negatif

X 45 3 42 SD IRT 1

bersuam

i 15

tidak pernah

tidak

pernah pernah 3 negatif negatif positif S R negatif

X 46 2 44 PT PNS 1

bersuam

i 12 pernah pernah

Tidak

Pernah 3 negatif negatif positif S R negatif

X 55 3 52 SMP PETANI 1

bersuam

i 13

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 5 negatif negatif positif S R negatif

X 54 4 50 SMP IRT 1

bersuam

i 13

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 4 negatif positif R R negatif negatif

X 60 10 50 SD PETANI 1 janda 12

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 4 negatif negatif positif S S negatif K. oxytoca

X 44 1 43 SMA IRT 1

bersuam

i 12

tidak

pernah pernah pernah 2 negatif negatif negatif negatif K. pneumonie

X 48 6 42 PT IRT 1

bersuam

i 13

tidak pernah

tidak

pernah pernah 3 negatif positif S S negatif negatif

X 56 5 51 PT IRT 1

bersuam

i 13

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 1 negatif positif R S negatif negatif

X 52 4 48 PT PNS 1

bersuam

i 14

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 3 negatif positif R S negatif negatif

X 46 2 44 PT PNS 1

bersuam

i 14

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 4 negatif negatif positif S S negatif

X 49 4 45 SMP IRT 2

bersuam

i 12

tidak

pernah pernah pernah 3 positif R S negatif positif S S negatif


(3)

X 61 8 53 SD IRT 1

bersuam

i 15

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 3 negatif negatif negatif negatif

X 54 3 51 SD IRT 2

bersuam

i 14

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 3 negatif negatif positif S R negatif

X 55 9 46 SD IRT 1

bersuam

i 12

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 5 positif S R negatif positif S R negatif

X 53 5 48 SMP

SWAST

A 1

bersuam

i 13

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 3 negatif negatif positif S R negatif P. mirabilis

X 52 3 49 SMP

SWAST

A 1

bersuam

i 13

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 2 negatif negatif negatif negatif

X 50 4 46 SMA IRT 1

bersuam

i 15

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 3 negatif negatif negatif negatif P. mirabilis

X 45 2 43 SMA

SWAST

A 1

bersuam

i 13

tidak

pernah pernah pernah 3 negatif positif S R negatif negatif

X 48 3 45 SMA

SWAST

A 1

bersuam

i 14

tidak pernah

tidak

pernah pernah 2 negatif negatif negatif negatif

X 48 2 46 SMP IRT 1

bersuam

i 14

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 3 positif S R negatif positif S S negatif

X 44 2 42 SMA IRT 1

bersuam

i 15

tidak pernah

tidak pernah

Tidak

Pernah 3 negatif negatif positif S S negatif K. oxytoca

X 47 2 45 SMP IRT 1

bersuam

i 15

tidak

pernah pernah

Tidak

Pernah 3 negatif negatif positif S S negatif

X 69 18 51 SMP IRT 1

bersuam

i 14

tidak

pernah pernah pernah 6 positif S R positif S S negatif negatif

X 56 13 43 SD IRT 1

bersuam

i 13 pernah pernah

Tidak

Pernah 6 negatif negatif negatif negatif K. pneumoniae

X 53 2 51 SMA PNS 1

bersuam

i 14

tidak

pernah pernah

Tidak


(4)

LAMPIRAN 7

Dokumentasi penelitian

Gambar 1. Kapas swab steril

Gambar 2. Media inkubasi

Gambar 3. Media Agar Pembiakan


(5)

(6)

PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar,

M.Ked(OG),SpOG.K

dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), Sp.OG (K)

PENYANGGAH :

dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG.K

dr. M. Rhiza Z Tala, M.Ked(OG), SpOG.K

dr. Iman Helmi Effendi, M.Ked(OG), SpOG.K

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas

dan memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai keahlian dalam bidang Magister Kedokteran Klinik