Keputihan Pada Wanita Menopause

Hilangnya kerutan akibat pemecahan dukungan kolagen dari epitelium vagina. Pergantian kolagen meningkat pada wanita yang menua tanpa terapi hormon dan perubahan ini mungkin penting terhadap terjadinya prolaps vagina. pH vagina pada wanita premenopause kurang dari 4,5, yang mencerminkan produksi asam laktat oleh organisme Lactobacillus sp. pH vagina meningkat di atas 6 pada wanita pasca menopause, akibat reduksi pada kolonisasi vagina oleh Lactobacillus vaginalis, sekunder terhadap penurunan sel superfisial dan karenanya berkurangnya glikogen, dan epitelium vagina lebih tipis. Untuk alasan ini, vagina pasca menopause berisiko terjadi infeksi dan inflamasi, meskipun bukti mengenai meningkatnya insidensi infeksi vagina masih terbatas. 3 3 Menurunnya estrogen yang bersirkulasi yang terkait dengan transisi menopause berkaitan erat dengan menurunnya Lactobacilus vaginalis, meningkatnya pH, berubahnya morfologi epitel, berkurangnya aliran vascular, dan berkurangnya sekresi cairan di vagina. 3

2.3. Keputihan Pada Wanita Menopause

Keputihan merupakan kondisi dari sekret vagina persisten dan berlebihan. Keputihan dapat bersifat fisiologis atau pataologis. Keputihan diamati sebagai tanda dari vaginitis inflamasi vagina. 5 Meskipun dipercayai bahwa kurangnya estrogen dan karena itu menurunnya glikogen, pada vagina menopause menyebabkan penurunan yang signifikan pertumbuhan bakteri, ini telah menjadi nyata bahwa berbagai Universitas Sumatera Utara spesies dapat tinggal di vagina dan menimbulkan manifestasi klinis. Diagnosis dapat lebih rumit bila sebagian kriteria yang digunakan untuk mendiagnosis vaginitis, seperti meningkatnya pH, diubah di menopause. Kebanyakan kasus vaginitis infeksius yang sering kali disebabkan oleh infeksi fungus Candida albicans atau oleh parasit protozoa Trichomonas vaginalis, terjadi sekitar 20-30 setiap infeksi ini. Penelitian lain telah menyatakan bahwa vaginitis bakteri sebagai penyebab paling sering mikrobiologi. Di Abidjan, spesies mikroba yang paling sering ditemukan adalah vaginitis Gardnerella 47, Candida albicans 29,4, Chlamydia trachomatis 13,7, Trichomonas vaginalis 6,9, dan Neisseria gonorrhea 2,9. 4 Vaginosis bakterialis, kandida, dan trikomoniasis tidak biasanya terjadi pada wanita pasca menopause tetapi mungkin terjadi dengan yang memiliki faktor risiko. 5 6 Lactobacillus sp, jamur, dan vaginosis bakteri kurang umum ditemukan pada wanita pasca menopause daripada wanita usia reproduksi. Banyak wanita peri- dan pasca menopause tidak memiliki Lactobacillus vaginalis dan tidak ada mikroorganisme terkait bakterial vaginosis. 7 Lakshmi et al menemukan bahwa Escherechia coli, Staphylococcus aureus dan Candida sp. diisolasi sekitar 14,8 , 9,3, dan 13 pada wanita pasca menopause. Lactobacillus vaginalis ditemukan pada 27,8 wanita pasca menopause. Dari penelitiannya juga ditemukan bahwa kebanyakan bakteri Gram positif ditemukan rentan terhadap penisilin, sefalosporin generasi III, eritromisin, dan oksasilin. Tiga dari spesies S. Universitas Sumatera Utara aureus resisten terhadap oksasilin Methicillin Resistant Staphylococcus aureus atau MRSA. Semua strain MRSA rentan terhadap vankomisin. Bakteri gram negatif ditemukan sangat rentan terhadap amikasin, gentamisin, dan ceftazidime. Dikatakan bahwa sistem skoring Nugent mungkin tidak cukup untuk mengevaluasi flora vagina normal dan kolonisasi bakteri tingkat intermediate pada wanita 40 tahun, karena pada banyak kasus tidak ada Lactobacillus vaginalis atau mikroorganisme terkait vaginosis bakteri terdeteksi. Tabel 2.1. Prevalensi mikroorganisme yang berkenaan dengan status menopause 8 8 Meningkatnya pH pada wanita premenopause adalah abnormal dan sering kali merupakan indikasi adanya infeksi bakteri atau parasit. Namun, pH biasanya meningkat saat menopause dan karena itu ini tidaklah membantu. pH rendah atau normal pada wanita menopause Universitas Sumatera Utara biasanya karena hasil pengaruh dari estrogen endogen atau eksogen, atau mungkin penggunaan SERM. pH yang rendah juga mungkin akibat obat dengan gel, atau krim topikal asam, dan pasien seharusnya ditanya jika memang ada produk tersebut yang digunakan. Dengan pemeriksaan preparat basah, rasio sel superfisial terhadap parabasal dapat dengan mudah diketahui. Bahkan jika ada infeksi lain yang terdiagnosis yang timbulnya bersamaan dengan vaginitis atrofi seharusnya disebutkan selama atau setelah pengobatan infeksi saat ini sukses. Jika tidak ada infeksi bakteri berat atau parasit, biasanya berkurang atau tidak ada morfotipe seperti Lactobacillus vaginalis dan bakteri lain. Jika morfotipe jamur tidak ditemukan dan vaginanya tipis dan pucat dengan kerutan yang buruk, maka diagnosis vaginitis atrofi dapat dipertimbangkan dan pengobatan dimulai. Jika pemeriksaan pasien menunjukkan adanya respon estrogen yang adekuat dan banyak bakteri dan sel darah putih, kemungkinan pasien tersebut menderita vaginitis bakteri bukan vaginosis bakteri, karena epitelium yang polos, meningkatnya pH dan kurangnya Lactobacillus vaginalis semua menyokong pertumbuhan bakteri. Gejala klinis iritasi vagina, tetapi tidak gatal, membuat diagnosis primer infeksi jamur kurang cocok, dan evaluasi selanjutnya diperlukan untuk mengidentifikasi patogen. 4 4 Universitas Sumatera Utara

2.4 KERANGKA TEORI