Formulasi Gel Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia Diversifolia (Hemsley) A. Gray) dan Efek Penyembuhan Terhadap Luka Eksisi

(1)

FORMULASI GEL EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN

(Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) DAN

EFEK PENYEMBUHAN TERHADAP LUKA EKSISI

SKRIPSI

OLEH:

SRI HUTRI ADIYANTI NIM 091501031

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI GEL EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN

(Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) DAN

EFEK PENYEMBUHAN TERHADAP LUKA EKSISI

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas SumateraUtara

OLEH:

SRI HUTRI ADIYANTI NIM 091501031

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

FORMULASI GEL EKSTRAK DAUN KEMBANG BULAN

(Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) DAN

EFEK PENYEMBUHAN TERHADAP LUKA EKSISI

OLEH:

SRI HUTRI ADIYANTI NIM 091501031

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 06 Juni 2014

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt. NIP 196106191991031001 NIP 194909101980031002

Pembimbing II, Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001

Marianne, S.Si., M.Si., Apt. Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt. NIP 198005202005012006 NIP 195008221974121002

Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt. NIP 195404121987012001

Medan, Juni 2014 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Formulasi Gel Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) dan Efek Penyembuhan Terhadap Luka Eksisi.

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., Dan Ibu Marianne, S.Si., M.Si., Apt., yang telah

membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt., selaku ketua penguji juga kepada Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini, serta ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Kakak Lia Laila, S.Farm., M.Sc., Apt., yang telah membantu penulis dengan memberikan petunjuk dan saran-saran selama penelitian hingga selesainya


(5)

I yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Alm. Wardamsi dan Ibunda Anisma, serta abang tercinta Elmaizar, Joni Zarnifa, Aries Budi, Agustia Monra dan kakak tercinta Elfi Idayanti, yang senantiasa memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayang yang tak ternilai dengan apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah mendoakan, membantu dan memberi semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Allah membalas segala budi baik dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, 06 Juni 2014 Penulis,

Sri Hutri Adiyanti NIM 091501031


(6)

Formulasi Gel Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) dan Efek Penyembuhan Terhadap Luka Eksisi

Abstrak

Luka merupakan gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit. Daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat menyembuhkan luka. Beberapa kandungan senyawa kimia dari daun kembang bulan seperti flavonoida, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoid/steroid diduga memberikan efek penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasikan ekstrak etanol daun kembang bulan dalam bentuk sediaan gel dan untuk mengetahui efek penyembuhan luka dari sediaan gel tersebut.

Ekstrak etanol daun kembang bulan dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol 80%. Ekstrak tersebut diformulasi menjadi gel dengan berbagai konsentrasi, menggunakan karbopol, gliserin, metil paraben, trietanolamin, propilenglikol dan akuades. Selanjutnya gel dievaluasi meliputi pemeriksaan stabilitas fisik (bentuk, warna, bau), homogenitas, viskositas dan pH, dalam penyimpanan selama 12 minggu. Uji efektivitas sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan terhadap luka eksisi dilakukan terhadap mencit jantan yang dilukai bagian punggungnya berbentuk lingkaran dengan diameter ± 1 cm. Hewan uji yang digunakan dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu: kelompok 1 kontrol (tanpa pengobatan), kelompok 2 diberikan sediaan basis gel (kontrol negatif), kelompok 3 diberikan sediaan gel Bioplacenton® (kontrol positif), kelompok 4, 5, 6 dan 7 diberi sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan dengan konsentrasi 1, 3, 5 dan 7% (kelompok uji). Pengamatan dilakukan setiap hari secara visual dengan mengukur diameter luka, persentase penyusutan diameter luka dan hari kesembuhan. Kemudian dilakukan analisis statistik dengan uji ANOVA menggunakan Statistical Program Service Solution (SPSS) versi 19.

Hasil evaluasi sediaan gel menunjukkan bahwa sediaan gel dari ekstrak etanol daun kembang bulan tetap stabil selama 12 minggu penyimpanan, baik terhadap pemeriksaan organoleptis maupun homogenitas, nilai pH 5,8-6,1 dan nilai viskositas 50-700p. Hasil penelitian menunjukkan kelompok 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 berturut-turut sembuh (diameter sama dengan 0) pada hari ke-27, 22, 17, 17, 19, 20, 19. Hasil statistik pengukuran diamater luka dan persentase penyusutan diameter luka antara kelompok 4, 5, 6 dan 7 berbeda signifikan (p < 0,05) dengan kelompok 1 dan kelompok 2. Sediaan gel yang paling efektif menyembuhkan luka adalah sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 1%, serta tidak berbeda signifikan (p > 0,05) dengan sediaan gel Bioplacenton®. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kembang bulan dapat diformulasikan dalam sediaan gel dan mempunyai efek penyembuhan luka.

Kata kunci: daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray), luka, gel, ekstrak etanol.


(7)

Gel Formulation of Mexican Sunflower

(Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) Leaves Extract and Healing Effect on Excisional Wound

Abstract

Wound is a disruption or destruction of the skin integrity. Mexican sunflower leaves (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) is one kind of plants that can heal wound. The chemical contents of Mexican sunflower leaves such as flavonoid, glycoside, saponin, tannin and triterpenoid/steroid are predicted to accelerate the wound healing process. The purposes of this research were to formulate the ethanol extract of Mexican sunflower leaves in gel dosage form and to examine the wound healing effect of gel preparation.

The ethanol extract of Mexican sunflower leaves was prepared by maceration method using etanol 80%. Ethanol extract of Mexican sunflower leaves was formulated into gel using various concentrations of carbopol, glycerin, methyl paraben, trietanolamin, propilenglycol and distilled water. Evaluation of gel included the determination of organoleptic (consistency, colour, smell), homogenity, viscocity and pH for 12 weeks storage. The affectivity test of ethanol extract of Mexican sunflower leaves in gel formulation for the excisional wound was conducted on male mice which were wounded into a circle with ± 1 cm diameter on its back. The male mice were divided into 7 treatment groups: group 1 as control (without treatment ), group 2 given with base gel (negative control), group 3 given with Bioplacenton® gel (positive control) and groups 4, 5, 6 and 7 given with ethanol extract of Mexican sunflower leaves gel at concentration 1%, 3%, 5% and 7% (treatment group). Observations were conducted visually every day by measuring the wound diameter, calculating the diameter percentage and counting the healing days. Data were analyzed by ANOVA using Statistical Program Service Solution (SPSS) version 19.

The results of gel evaluation showed that ethanol extract of Mexican sunflower leaves gel were stable for 12 weeks, in terms of determination of organoleptic, homogenity, pH 5.8 – 6.1 and viscocity 50 – 700 p. The results showed that groups 1, 2, 3, 4, 5, 6 and 7 were gradual healed (diameters were 0) during 27, 22, 17, 17, 19, 20 and 19 days in sequence. The statistical results of wound diameter measurement and diameter percentage calculation showed that groups 4, 5, 6 and 7 (treatment group) were significantly different (p < 0.05) with groups 1 and 2. The most effective gel preparation on wound healing was ethanol extract of Mexican sunflower leaves gel at concentration 1%, and wasn’t significantly different (p > 0.05) with Bioplacenton® gel. Therefore, it could be concluded that ethanol extract of Mexican sunflower leaves could be formulated into gel dosage form and it had wound healing effect.

Keywords: Mexican sunflower leaves (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray), wound, gel, ethanol extract


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Uraian Tumbuhan ... 6

2.1.1 Sistematika tumbuhan ... 6


(9)

2.1.3 Nama asing ... 6

2.1.4 Morfologi tumbuhan ... 7

2.1.5 Khasiat tumbuhan ... 7

2.2 Simplisa ... 7

2.3 Ekstraksi ... 8

2.4 Gel ... 10

2.5 Bahan-bahan Pembuat Gel ... 11

2.5.1 Karbomer ... 11

2.5.2 Trietanolamin ... 11

2.5.3 Gliserin ... 12

2.5.4 Propilen glikol ... 13

2.5.5 Metil paraben ... 13

2.6 Kulit ... 14

2.6.1 Epidermis ... 15

2.6.2 Dermis ... 16

2.6.3 Hipodermis ... 17

2.7 Persarafan Kulit ... 17

2.8 Fisiologi Kulit ... 17

2.9 Luka ... 18

2.10 Pengaruh Senyawa Kimia Tumbuhan Terhadap Penyembuhan Luka ... 20

2.10.1 Flavonoid ... 20

2.10.2 Tanin ... 20


(10)

2.10.4 Triterpenoid ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Alat dan Bahan ... 22

3.1.1 Alat-alat ... 22

3.1.2 Bahan-bahan ... 22

3.2 Hewan Percobaan ... 22

3.3 Identifikasi Tumbuhan ... 23

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel ... 23

3.4.1 Pengumpulan sampel ... 23

3.4.2 Pengolahan sampel ... 23

3.5 Pemeriksaan Makroskopik ... 24

3.6 Pembuatan Ekstrak ... 24

3.7 Pembuatan Sediaan Gel ... 24

3.8 Evaluasi Sediaan ... 26

3.8.1 Pemeriksaan organoleptis ... 26

3.8.2 Uji homogenitas ... 26

3.8.3 Pemeriksaan pH ... 26

3.8.4 Pemeriksaan viskositas ... 27

3.9 Pengujian Sediaan Gel Terhadap Penyembuhan Luka .. 27

3.10 Analisis Statistik ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 30


(11)

4.3 Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia Daun Kembang Bulan .. 30

4.4 Hasil Evaluasi Sediaan ... 30

4.4.1 Hasil pemeriksaan organoleptis ... 30

4.4.2 Hasil pengamatan homogenitas sediaan ... 31

4.4.3 Hasil penentuan pH sediaan ... 32

4.4.4 Hasil pengukuran viskositas sediaan ... 33

4.5 Pengujian Sediaan Gel Terhadap Penyembuhan Luka ... 34

4.5.1 Diameter luka ... 34

4.5.2 Persentase penyusutan diameter luka ... 37

4.5.3 Hari kesembuhan ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Formula gel dengan berbagai konsentrasi ... 25

Tabel 4.1 Data pemeriksaan organoleptis sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan ... 31

Tabel 4.2 Data pengamatan homogenitas sediaan ... 32

Tabel 4.3 Data pengukuran pH ... 33

Tabel 4.4 Data pengukuran viskositas sediaan ... 34

Tabel 4.5 Data rata-rata waktu fase penyembuhan luka pada setiap kelompok ... 41


(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian ... 5 Gambar 4.1 Grafik perubahan diameter luka yang diamati pada

hari pengamatan ... 35 Gambar 4.2 Grafik persentase penyusutan diameter luka yang


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil identifikasi tumbuhan ... 50

Lampiran 2 Gambar tumbuhan kembang bulan ... 51

Lampiran 3 Gambar daun kembang bulan ... 52

Lampiran 4 Gambar simplisia daun kembang bulan ... 53

Lampiran 5 Bagan pembuatan ekstrak ... 54

Lampiran 6 Bagan alur penelitian ... 55

Lampiran 7 Gambar sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan ... 56

Lampiran 8 Gambar homogenitas sediaan ... 57

Lampiran 9 Data rata-rata perhitungan diameter luka ... 58

Lampiran 10 Gambar perubahan diameter luka pada hari ke-0 .... 60

Lampiran 11 Gambar perubahan diameter luka pada hari ke-3 ... 61

Lampiran 12 Gambar perubahan diameter luka pada hari ke-6 ... 62

Lampiran 13 Gambar perubahan diameter luka pada hari ke-9 ... 63

Lampiran 14 Gambar perubahan diameter luka pada hari ke-12 ... 64

Lampiran 15 Gambar perubahan diameter luka pada hari ke-15 ... 65

Lampiran 16 Gambar perubahan diameter luka pada hari ke-17 ... 66

Lampiran 17 Data hasil persentase penyusutan diameter luka pada masing-masing kelompok ... 67

Lampiran 18 Data waktu fase-fase penyembuhan luka dari setiap kelompok ... 69


(15)

Gel Formulation of Mexican Sunflower

(Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) Leaves Extract and Healing Effect on Excisional Wound

Abstract

Wound is a disruption or destruction of the skin integrity. Mexican sunflower leaves (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) is one kind of plants that can heal wound. The chemical contents of Mexican sunflower leaves such as flavonoid, glycoside, saponin, tannin and triterpenoid/steroid are predicted to accelerate the wound healing process. The purposes of this research were to formulate the ethanol extract of Mexican sunflower leaves in gel dosage form and to examine the wound healing effect of gel preparation.

The ethanol extract of Mexican sunflower leaves was prepared by maceration method using etanol 80%. Ethanol extract of Mexican sunflower leaves was formulated into gel using various concentrations of carbopol, glycerin, methyl paraben, trietanolamin, propilenglycol and distilled water. Evaluation of gel included the determination of organoleptic (consistency, colour, smell), homogenity, viscocity and pH for 12 weeks storage. The affectivity test of ethanol extract of Mexican sunflower leaves in gel formulation for the excisional wound was conducted on male mice which were wounded into a circle with ± 1 cm diameter on its back. The male mice were divided into 7 treatment groups: group 1 as control (without treatment ), group 2 given with base gel (negative control), group 3 given with Bioplacenton® gel (positive control) and groups 4, 5, 6 and 7 given with ethanol extract of Mexican sunflower leaves gel at concentration 1%, 3%, 5% and 7% (treatment group). Observations were conducted visually every day by measuring the wound diameter, calculating the diameter percentage and counting the healing days. Data were analyzed by ANOVA using Statistical Program Service Solution (SPSS) version 19.

The results of gel evaluation showed that ethanol extract of Mexican sunflower leaves gel were stable for 12 weeks, in terms of determination of organoleptic, homogenity, pH 5.8 – 6.1 and viscocity 50 – 700 p. The results showed that groups 1, 2, 3, 4, 5, 6 and 7 were gradual healed (diameters were 0) during 27, 22, 17, 17, 19, 20 and 19 days in sequence. The statistical results of wound diameter measurement and diameter percentage calculation showed that groups 4, 5, 6 and 7 (treatment group) were significantly different (p < 0.05) with groups 1 and 2. The most effective gel preparation on wound healing was ethanol extract of Mexican sunflower leaves gel at concentration 1%, and wasn’t significantly different (p > 0.05) with Bioplacenton® gel. Therefore, it could be concluded that ethanol extract of Mexican sunflower leaves could be formulated into gel dosage form and it had wound healing effect.

Keywords: Mexican sunflower leaves (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray), wound, gel, ethanol extract


(16)

Formulasi Gel Ekstrak Daun Kembang Bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) dan Efek Penyembuhan Terhadap Luka Eksisi

Abstrak

Luka merupakan gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit. Daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) merupakan salah satu tumbuhan yang dapat menyembuhkan luka. Beberapa kandungan senyawa kimia dari daun kembang bulan seperti flavonoida, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoid/steroid diduga memberikan efek penyembuhan luka. Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasikan ekstrak etanol daun kembang bulan dalam bentuk sediaan gel dan untuk mengetahui efek penyembuhan luka dari sediaan gel tersebut.

Ekstrak etanol daun kembang bulan dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol 80%. Ekstrak tersebut diformulasi menjadi gel dengan berbagai konsentrasi, menggunakan karbopol, gliserin, metil paraben, trietanolamin, propilenglikol dan akuades. Selanjutnya gel dievaluasi meliputi pemeriksaan stabilitas fisik (bentuk, warna, bau), homogenitas, viskositas dan pH, dalam penyimpanan selama 12 minggu. Uji efektivitas sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan terhadap luka eksisi dilakukan terhadap mencit jantan yang dilukai bagian punggungnya berbentuk lingkaran dengan diameter ± 1 cm. Hewan uji yang digunakan dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu: kelompok 1 kontrol (tanpa pengobatan), kelompok 2 diberikan sediaan basis gel (kontrol negatif), kelompok 3 diberikan sediaan gel Bioplacenton® (kontrol positif), kelompok 4, 5, 6 dan 7 diberi sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan dengan konsentrasi 1, 3, 5 dan 7% (kelompok uji). Pengamatan dilakukan setiap hari secara visual dengan mengukur diameter luka, persentase penyusutan diameter luka dan hari kesembuhan. Kemudian dilakukan analisis statistik dengan uji ANOVA menggunakan Statistical Program Service Solution (SPSS) versi 19.

Hasil evaluasi sediaan gel menunjukkan bahwa sediaan gel dari ekstrak etanol daun kembang bulan tetap stabil selama 12 minggu penyimpanan, baik terhadap pemeriksaan organoleptis maupun homogenitas, nilai pH 5,8-6,1 dan nilai viskositas 50-700p. Hasil penelitian menunjukkan kelompok 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 berturut-turut sembuh (diameter sama dengan 0) pada hari ke-27, 22, 17, 17, 19, 20, 19. Hasil statistik pengukuran diamater luka dan persentase penyusutan diameter luka antara kelompok 4, 5, 6 dan 7 berbeda signifikan (p < 0,05) dengan kelompok 1 dan kelompok 2. Sediaan gel yang paling efektif menyembuhkan luka adalah sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 1%, serta tidak berbeda signifikan (p > 0,05) dengan sediaan gel Bioplacenton®. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kembang bulan dapat diformulasikan dalam sediaan gel dan mempunyai efek penyembuhan luka.

Kata kunci: daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray), luka, gel, ekstrak etanol.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Luka merupakan suatu gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit. Proses perbaikan jaringan atau penyembuhan luka dapat diurutkan ke dalam tiga fase yakni inflamasi, proliferasi dan remodeling. Proses penyembuhan luka diawali dengan pembersihan area luka, pertumbuhan jaringan baru hingga permukaan datar dan pada akhirnya luka menutup (Arisanty, 2013).

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan hayati cukup besar dan dapat dikembangkan terutama untuk obat tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat dalam menjaga kesehatan dan mengobati penyakit yang diderita (Wasito, 2011).

Pemeliharaan dan pengembangan pengobatan tradisional sebagai warisan budaya bangsa terus ditingkatkan dan didorong pengembangannya melalui penggalian, pengujian dan penemuan obat-obat baru, termasuk budidaya tanaman yang secara medis dapat dipertanggungjawabkan (Syukur dan Hernani, 2002).

Tanaman kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) merupakan salah satu tanaman yang secara tradisional telah digunakan


(18)

masyarakat untuk obat sakit perut, diare, antidiabetes, penyakit hepar, dan penanganan luka (Moronkola, et al., 2006; Tona, et al., 1999; Miura, et al., 2002).

Hasil skrining fitokimia yang dilakukan oleh Purba (2003), daun kembang bulan mengandung flavonoida, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoid/steroid. Flavonoid dikenal untuk mempercepat proses penyembuhan luka terutama karena memiliki aktivitas antimikroba dan astringen, yang memiliki peran dalam penyusutan luka dan peningkatan laju epitelisasi. Sedangkan tanin berperan dalam perbaikan jaringan karena secara signifikan mencegah kerusakan jaringan yang merangsang proses penyembuhan luka (Barku, et al., 2013).

Di Kabupaten Tapanuli Utara, umumnya masyarakat menggunakan tumbuhan kembang bulan sebagai obat luka, penggunaannya dengan cara daunnya digosok-gosokkan pada kulit yang luka (Sibagariang, 2014).

Penggunaan daun kembang bulan untuk menyembuhkan luka dapat dipermudah dengan membuat sediaan dalam bentuk gel. Sediaan bentuk gel jarang dijumpai di pasaran dibandingkan bentuk krim atau losion padahal bentuk gel memiliki beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket, tidak mengotori pakaian, mudah dioleskan, mudah dicuci, tidak meninggalkan lapisan berminyak pada kulit, viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti selama penyimpanan (Lieberman, et al., 1989).

Tanaman kembang bulan diketahui dapat menyembuhkan luka hanya pada masyarakat yang tinggal di daerah tertentu. Karena diketahui bahwa


(19)

tanaman ini hanya tumbuh di beberapa daerah, biasanya tumbuh pada daerah-daerah dingin. Dimana penggunannya sebagai obat luka didasarkan pada pengalaman turun-temurun masyarakat setempat. Pembuatan sediaan gel dari ekstrak etanol daun kembang bulan diharapkan dapat mengembangkan sediaan farmasi, yang pada awalnya tanaman ini hanya digunakan secara tradisional nantinya dapat digunakan oleh semua kalangan masyarakat di daerah manapun. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas dari ekstrak etanol daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) terhadap penyembuhan luka eksisi yang

diformulasikan ke dalam bentuk sediaan gel.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. apakah ekstrak etanol daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) dapat diformulasi dalam bentuk sediaan

gel?

b. apakah sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) mempunyai efek penyembuhan luka?

1.3Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. ekstrak etanol daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) dapat diformulasi dalam bentuk sediaan gel.


(20)

b. sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) mempunyai efek penyembuhan luka.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. untuk membuat sediaan gel dari ekstrak etanol daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray).

b. untuk menguji efektivitas penyembuhan luka dari sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray).

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah diperolehnya sediaan gel dari ekstrak etanol daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) yang diharapkan dapat digunakan masyarakat sebagai obat luka.

1.6Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap mencit jantan putih yang dibuat luka eksisi pada bagian punggung. Terdapat 7 variabel bebas yaitu kelompok kontrol (tanpa pengobatan), sediaan gel tanpa ekstrak etanol daun kembang bulan (kontrol negatif), Bioplacenton® (kontrol positif), sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 1%, 3%, 5% dan 7%. Variabel terikat meliputi kualitas gel dan penyembuhan luka seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1


(21)

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian

Simplisia daun kembang bulan

Sediaan gel tanpa ekstrak etanol daun kembang bulan / basis gel (kontrol negatif)

Kelompok kontrol (tanpa pengobatan)

Bioplacenton® / Kelompok

Pembanding (kontrol positif)

Penyembuhan luka

1. Diameter luka

2. Persentase

penyusutan luka

3. Hari kesembuhan

Sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan

konsentrasi 1%

Evaluasi sediaan gel

1. Organoleptis

(warna, bentuk, bau)

2. pH

3. Homogenitas

4. Viskositas

Ekstrak etanol daun kembang bulan

Sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan

konsentrasi 3%

Sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan

konsentrasi 5%

Sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, nama daerah, nama asing, morfologi tumbuhan dan khasiat tumbuhan.

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan kembang bulan adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta (Dicots) Kelas : Magnoliopsida

Anak Kelas : Asteridae Bangsa : Asterales

Famili :

Genus :

Spesies :1, 2014).

2.1.2 Nama daerah

Nama daerah dari tanaman kembang bulan berbeda ditiap daerah. Di Jawa dikenal dengan nama kembang bulan, rondose-moyo, harasaga. Di daerah Sunda dikenal dengan nama srengenge leutik dan di daerah Minang disebut kayu paik (Didik dan Sulistijowati, 2001, Widyaningrum, 2011).

2.1.3 Nama asing

Nama asing dari tanaman kembang bulan juga berbeda ditiap negara. Di Inggris tanaman kembang bulan dikenal dengan Tree Marigold dan


(23)

Mexican Sunflower. Sedangkan di Cina dikenal dengan wang ye kui (Anonim2, 2014, Anonim3, 2014).

2.1.4 Morfologi tumbuhan

Tumbuhan kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) merupakan tumbuhan perdu yang tegak dengan tinggi lebih kurang ± 5 m. Batang tegak, bulat, berkayu hijau. Daunnya tunggal, berseling, panjang 26-32 cm, lebar 15-25 cm, ujung dan pangkal runcing, pertulangan menyirip, hijau. Bunga merupakan bunga majemuk, di ujung ranting, tangkai bulat, kelopak bentuk tabung, berbulu halus, hijau, mahkota lepas, bentuk pita, halus, kuning, benang sari bulat, kuning, putik melengkung, kuning. Buahnya bulat, jika masih muda berwarna hijau setelah tua berwarna coklat. Bijinya bulat, keras, dan berwarna coklat. Akarnya berupa akar tunggang berwarna putih kotor (Widyaningrum, 2011)

2.1.5 Khasiat tumbuhan

Tanaman kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) merupakan salah satu tanaman yang secara tradisional telah digunakan masyarakat untuk obat sakit perut, diare, antidiabetes, penyakit hepar, dan penanganan luka (Moronkola, et al., 2006; Tona, et al., 1999; Miura, et al., 2002).

2.2Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa


(24)

bahan alam yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral (Ditjen POM, 1979).

2.3Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan tertentu (Harborne, 1984).

Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu:

1. Cara dingin a. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.


(25)

b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh perkolat. 2. Cara panas

a. Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya dalam waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.

b. Digesti

Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.

c. Sokletasi

Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel. d. Infudasi

Infudasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 15 menit.


(26)

e. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90°C selama 30 menit.

2.4Gel

Gel kadang-kadang disebut dengan jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan seacara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh (Ditjen POM, 1995).

Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik. Gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik. Apabila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali terjadi interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan gel hidrofilik, gel hidrofilik umumnya adalah molekul-molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi (Ansel, 1989). Gel hidrofilik umumnya mengandung komponen bahan pengembang atau disebut basis gel, air, humektan dan bahan pengawet (Voigt, 1994).

Sediaan bentuk gel memiliki beberapa keuntungan diantaranya tidak lengket, tidak mengotori pakaian, mudah dioleskan, mudah dicuci, tidak meninggalkan lapisan berminyak pada kulit, viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti selama penyimpanan (Lieberman, et al., 1989).


(27)

2.5Bahan-bahan Pembuat Gel 2.5.1 Karbomer

Karbomer memiliki sinonim karbomera, karbopol, acrypol, polimer asam akrilat dan asam poliakrilat. Karbomer merupakan serbuk berwarna putih, memiliki bau lemah, bersifat higroskopis dan asam.

Karbomer stabil bila dipanaskan di bawah 104oC selama 2 jam. Namun pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan warna dan stabilitas berkurang. Penambahan antimikroba tertentu, seperti benzalkonium klorida atau natrium benzoat dalam konsentrasi tinggi (0,1% w/v) dapat menyebabkan kekeruhan dan pengurangan viskositas dispersi karbomer. Serbuk karbomer harus disimpan dalam wadah kedap udara, dan terlindung dari kelembaban. Penggunaan kaca, plastik, atau wadah berlapis resin dianjurkan untuk penyimpanan formulasi yang mengandung karbomer.

Karbomer digunakan sebagai rheology modifier dalam formulasi farmasetika liquid atau semisolid seperti krim, gel, lotion, preparat mata, rektal, topikal dan vaginal. Dalam formulasi tablet, karbomer digunakan sebagai pengikat. Secara umum penggunaan karbomer sebagai emulgator, rheology modifier, stabilizing agent, suspending agent, dan pengikat tablet (Rowe, et al.,

2009).

2.5.2 Trietanolamin

Trietanolamin (TEA) memiliki sinonim tealan, trolaminum, trietilolamin. TEA merupakan cairan kental, jernih hingga kuning pucat,


(28)

berbau lemah, campuran dari 2,2’,2”-nitrilotrietanol, dietanolamin dan monoetanolamin.

TEA akan berubah menjadi coklat bila terpapar udara dan cahaya, sehingga sebaiknya disimpan di tempat kering, sejuk dan terlindung dari cahaya. Dengan asam mineral, TEA akan membentuk garam kristal dan ester. Dengan asam lemak konsentrasi tinggi, TEA membentuk garam yang larut dalam air dan memiliki karakteristik sabun. TEA juga akan bereaksi dengan tembaga membentuk garam kompleks.

TEA secara luas digunakan dalam formulasi famasetikal topikal terutama dalam formulasi emulsi. Jika dicampur dengan asam lemak, seperti asam stearat atau asam oleat, TEA akan membentuk sabun anionik dengan pH 8 sehingga dapat digunakan sebagai emulgator untuk menghasilkan emulsi m/a yang stabil. TEA secara umum juga digunakan sebagai buffer, pelarut, polymer plasticizer dan humektan (Rowe, et al., 2009).

2.5.3 Gliserin

Gliserin merupakan cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau, higroskopis dan memiliki rasa yang manis. Sinonimnya antara lain gliserol, gliserolum, 1,2,3-propanetriol, trihidroksipropan gliserol.

Gliserin dapat mengkristal jika disimpan pada suhu yang rendah, kristal tidak meleleh sampai dipanaskan pada suhu 20oC. Gliserin harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat yang sejuk dan kering. Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan oksidator kuat seperti kromium trioksida, potasium klorat atau kalium permanganat. Gliserin dapat membentuk kompleks


(29)

asam borat, asam gliseroborat, merupakan asam yang lebih kuat dari pada asam borat. Secara umum gliserin digunakan sebagai kosolven, emolien, humektan, zat pemanis, pengawet dan plastisizer (Rowe, et al., 2009).

2.5.4 Propilen glikol

Propilen glikol memiliki sinonim metil glikol, metil etilen glikol, 1,2-dihidroksipropana, 2-hidroksipropanol, propan-1,2-diol. Propilen glikol berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, kental dan memilki rasa manis.

Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup, tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka, cenderung teroksidasi, menghasilkan produk seperti prionaldehid, asam laktat, asam piruvat dan asam asetat. Propilen glikol secara kimiawi stabil bila dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air. Propilen glikol bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering. Propilen glikol inkompatibel dengan reagen oksidator seperti kalium permanganat.

Propilen glikol umumnya digunakan sebagai pengawet, desinfektan, humektan, plastisizer, pelarut, zat penstabil, kosolven. Propilen glikol sering digunakan sebagai kosolven dan pengawet dalam formulasi farmasetikal parenteral maupun nonparenteral (Rowe, et al., 2009).

2.5.5 Metil paraben

Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar.


(30)

Sinonimnya antara lain nipagin, metil p-hidroksibenzoat, metagin, aseptoform. Metil paraben harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat kering dan sejuk.

Aktivitas antimikroba metil paraben dan paraben lain berkurang jika dicampur dengan surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, akibat dari miselisasi. Namun, propilen glikol (10%) telah terbukti memperkuat aktivitas antimikroba paraben dalam larutan surfaktan nonionik dan mencegah interaksi antara metil paraben dan polisorbat 80.

Metil paraben umumnya digunakan sebagi pengawet dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasetika. Dalam penggunaannya sering dikombinasikan dengan paraben lain ataupun pengawet lain. Metil paraben (0,18%) dikombinasikan dengan propil paraben (0,02%) telah banyak digunakan dalam berbagai formulasi farmasetika parentrral (Rowe, et al., 2009).

2.6Kulit

Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh manusia, 15% dari berat badan adalah kulit. Kulit menerima 1/3 volume sirkulasi darah tubuh dengan ketebalan bervariasi antara 0,5-6 mm. Fungsi utama kulit adalah sebagai pelindung. Kulit terdiri dari 3 lapisan, lapisan pertama atau yang paling luar adalah lapisan epidermis, lapisan kedua adalah lapisan dermis dan lapisan yang ketiga adalah lapisan hipodermis atau lapisan subkutan lapisan yang paling tebal dari kulit (Arisanty, 2013).


(31)

2.6.1 Epidermis

Epidermis adalah lapisan yang paling luar dan yang paling tipis dari kulit. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sistem persarafan. Epidermis memiliki variasi ketebalan antara 0,4-0,6 mm dan memiliki 5 stratum/jenjang. Lokasi epidermis yang paling tebal terdapat pada telapak kaki dan telapak tangan.

Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling bawah sampai yang paling atas) (Arisanty, 2013):

a. Stratum germinativum (stratum basale) adalah lapisan paling dalam yang terletak di dekat dermis. Sel ini merupakan sel hidup berinti karena mendapatkan difusi oksigen dan nutrisi dari dermis. Lapisan ini merupakan sel yang mulai melakukan pembelahan sel (mitosis) pada proses generasi sel keratinosit epidermis.

b. Stratum spinosum adalah lapisan di atas lapisan basale. Lapisan ini memiliki inti sel keratinosit besar. Lapisan ini merupakan hasil pembelahan sel yang berikatan dan melakukan migrasi sel ke arah atas.

c. Stratum granulosum adalah lapisan yang mengandung sel granular (granula lamelar) dan keratin. Pada lapisan ini, sel berinti mulai mati dan terus terdorong ke atas.

d. Stratum lusidum adalah lapisan yang hanya ditemukan di telapak tangan dan telapak kaki. Pada lapisan ini terdapat sel mati yang tidak memiliki inti. e. Stratum korneum adalah lapisan paling atas dari lapisan epidermis yang


(32)

Lapisan epidermis memiliki empat sel utama yaitu sel keratinosit, sel langerhans, sel merkel dan sel melanosit. Sel keratinosit 90 % terdapat di epidermis. Sel langerhans ada beberapa diantara sel keratinosit yang terletak di stratum spinosum dan berfungsi sebagai sistem imun pertama. Sel merkel berada di antara stratum basale yang berfungsi sebagai rangsangan sentuhan. Melanosit berada di antara starum spinosum yang berfungsi sebagai pemberi warna dan proteksi dari ultraviolet (UV) pada kulit.

2.6.2 Dermis

Lapisan dermis adalah lapisan kedua dari kulit. Lapisan ini memiliki jaringan ikat, pembuluh darah, sistem persarafan dan kelenjar tubuh. Dermis memiliki dua lapisan utama, yaitu:

a. Lapisan papiler berfungsi sebagai penguat dari epidermis dalam satu ikatan membran

b. Lapisan retikuler memiliki pembuluh darah perifer yang banyak dan berikatan yang disebut cutaneous flexus (Arisanty, 2013).

Kolagen adalah protein utama dari dermis yang disekresi oleh fibrolas sebagai tropokolagen. Kolagen adalah protein yang berfungsi sebagai penguat kulit (Arisanty, 2013).

Elastin adalah protein lain yang ditemukan di dermis yang berfungsi sebagai pemberi elastisitas kulit. Elastin serat protein seperti kolagen dan kandungan utamanya adalah prolin dan glisin (Arisanty, 2013).


(33)

2.6.3 Hipodermis

Lapisan hipodermis (lapisan subkutan) adalah lapisan paling tebal dari kulit, terdiri atas jaringan lemak (paling besar), jaringan ikat dan pembuluh darah. Hipodermis berfungsi sebagai penyimpanan lemak, kontrol temperatur dan penyangga organ disekitarnya. Pada setiap bagian, tubuh memiliki ketebalan epidermis, dermis dan hipodermis yang berbeda tergantung pada lokasinya (Arisanty, 2013).

2.7Persarafan Kulit

Kulit juga seperti organ lain, pada kulit juga terdapat cabang-cabang saraf spinal dan permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik. Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang terdapat pada kulit. Sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar. Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri terdapat di epidermis (Syaifuddin, 2006).

2.8Fisiologi Kulit

Secara fisiologis peran utama kulit adalah sebagai proteksi terhadap bahan kimia, bakteri, virus patogen, fungsi proteksi dimulai dari kelenjar sebasea (sebum) yang dikeluarkan dari akar rambut (pori-pori). Kelenjar ini mengandung protein dan lemak yang dapat mencegah kuman masuk melalui pori-pori rambut. Jika kelenjar sebasea tidak bekerja, sel langerhans yang akan bekerja. Sebagai pusat sensasi terhadap rasa sakit, sentuhan, tekanan, suhu. Sel merkel merupakan sel penentuan rasa yang memiliki fungsi utama sebagai


(34)

mekanoreseptor. Reseptor lainnya yang memiliki fungsi sensasi, yang ada pada dermis adalah korpuskel meissner yang bertugas menerima sentuhan, korpuskel pacini yang bertugas menerima tekanan, getaran dan tarikan dan ujung saraf tepi yang berperan dalam menerima sentuhan, nyeri dan suhu, sebagai tempat sintesis vitamin D dengan bantuan sinar matahari, sebagai sistem termoregulasi tubuh dengan mekanisme primer pada sirkulasi dan keringat dan sebagai ekskresi tubuh yaitu hasil keluaran keringat (Arisanty, 2013).

2.9Luka

Luka merupakan suatu gangguan atau kerusakan dari keutuhan kulit (Arisanty, 2013).

Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka dapat dibagi menjadi 4 jenis: Stadium I, luka superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

Stadium II, luka partial thickness: yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

Stadium III, luka full thickness: yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan hipodermis tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.


(35)

Stadium IV, luka full thickness: yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas (Baroroh, 2011).

Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak (Boyle, 2006). Proses penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase penyembuhan luka, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodeling (Arisanty, 2013).

Pada fase inflamatori atau fase satu, fase ini ditandai dengan adanya eritema, hangat pada kulit, udema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4 setelah terjadinya luka, terjadi peningkatan aliran darah ke daerah luka. Bersamaan dengan aliran darah, terjadi juga aliran fibrin untuk menutup pembuluh darah yang luka dan melindungi adanya infeksi bakteri. Pada fase ini, juga terjadi pengerahan sel darah putih, monosit, dan makrofag yang berfungsi untuk memakan mikroorganisme dan sisa sel-sel yang mati (Dewi, dkk., 2013).

Fase berikutnya adalah fase proliperasi (perlekatan). Fase ini umumnya berlangsung pada hari ke-5 sampai ke-20. Pada fase ini fibroblas membentuk kolagen dan jaringan ikat. Di sini juga terjadi pembentukan kapiler baru yang dimulai saat terjadi peradangan. Proses ini menandakan terjadinya kesembuhan yang dimulai dari adanya pertumbuhan kapiler dan pertumbuhan jaringan granula yang dimulai dari dasar luka. Proses granulasi berjalan seiring dengan proses reepitelisasi. Sampai pada tahap akhir proses ini akan terjadi proses epitelisasi pada permukaan luka. Luka akan berkembang menjadi keropeng


(36)

yang terdiri dari plasma yang bercampur dengan sel-sel mati (Dewi, dkk., 2013).

Fase selanjutnya adalah fase pematangan atau fase diferensiasi atau fase remodeling yang dapat berlangsung di atas 21 hari sampai lebih dari 2 bulan

bahkan beberapa tahun setelah luka. Pada fase ini terjadi ikatan kolagen yang mengawetkan jaringan bekas luka dan proses epitelisasi yang melapisi kulit (Dewi, dkk., 2013).

2.10 Pengaruh Senyawa Kimia Tumbuhan Terhadap Penyembuhan Luka

2.10.1 Flavonoid

Flavonoid dapat menghambat pendarahan pada luka di kulit (Robinson, 1995). Flavonoid juga dikenal untuk mempercepat proses penyembuhan luka terutama karena memiliki aktivitas antimikroba dan astringen, yang memiliki peran dalam penyusutan luka dan peningkatan laju epitelisasi (Barku, et al., 2013).

2.10.2 Tanin

Tanin merupakan komponen yang banyak terdapat dalam ekstrak tanaman, bersifat antioksidan. Antioksidan berperan dalam perbaikan jaringan karena secara signifikan mencegah kerusakan jaringan yang merangsang proses penyembuhan luka (Barku, et al., 2013). Tanin juga berkhasiat sebagai astringen yang mampu menciutkan luka, menghentikan pendarahan dan mengurangi peradangan (Mun’im, dkk., 2010).


(37)

2.10.3 Saponin

Saponin yang terdapat dalam tumbuhan dapat memacu pembentukan kolagen yang berperan dalam proses penyembuhan luka (Mappa, dkk., 2013). Sedangkan menurut Yenti, dkk., (2011), saponin juga memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami infeksi yang berat.

2.10.4 Triterpenoid

Triterpenoid dikenal untuk mempercepat proses penyembuhan luka terutama karena memiliki aktivitas antimikroba dan astringen, yang memiliki peran dalam penyusutan luka dan peningkatan laju epitelisasi (Barku, et al., 2013).


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan tahapan penelitian yaitu pengumpulan dan pengolahan sampel, identifikasi tumbuhan, pemeriksaan makroskopik, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan gel, evaluasi sediaan gel, pengujiaan sediaan gel terhadap penyembuhan luka, perhitungan diameter rata-rata luka dan analisa statistik.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium, alat freeze dryer, alat viskometer Brookfield, aluminium foil, blender (Philip), cawan porselen berdasar rata, gunting, kaca objek, kaca penutup, kertas perkamen, lemari pengering, mortir dan stamfer, neraca analitis (Boeco), pH meter (HANNA instrument), pinset, pisau cukur, pot plastik, rotary evaporator, spatula, sudip.

3.1.2 Bahan-bahan

Daun kembang bulan, etanol 96% (didestilasi kembali), etanol 80%, air suling, Bioplacenton®, gliserin, karbopol, kloroform, metil paraben, propilenglikol, trietanolamin.

3.2 Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit jantan, bobot 25-35 g dengan usia sekitar 2-3 bulan. Mencit ini sebelumnya telah diaklimasi


(39)

selama seminggu. Mencit dipelihara dalam kandang diberi sekam dan diatur pencahayaannya 12 jam terang dan 12 jam gelap. Mencit diberi makan dan minum standar.

3.3 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan di Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor.

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel 3.4.1 Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kembang bulan yang diambil dari Daerah Sibolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Daun yang diambil sebagai sampel adalah keseluruhan dari daun tumbuhan yang masih dalam keadaan baik.

3.4.2 Pengolahan sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun kembang bulan yang masih segar. Daun dipisahkan dari pengotor lain lalu dicuci hingga bersih pada air mengalir, daun ditiriskan dan diangin-anginkan, kemudian ditimbang. Diperoleh berat basah sebesar 8 kg. Selanjutnya daun tersebut dikeringkan dalam lemari pengering dengan temperatur ± 40oC sampai daun kering (ditandai bila digenggam rapuh). Simplisia yang telah kering diblender menjadi serbuk lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik bertutup kemudian serbuk


(40)

ditimbang, diperoleh berat kering sebesar 799,6 g (berat basah berkurang 90,005%).

3.5 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan cara mengamati warna, bentuk, ukuran, dan tekstur dari daun segar dan simplisia daun kembang bulan.

3.6 Pembuatan Ekstrak

Serbuk simplisia diekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 80% (Siregar, 2011).

Menurut Ditjen POM (1979), caranya adalah sebagai berikut: Sebanyak 700 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 75 bagian etanol (5,25 liter), ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai, diperas. Ampas diremaserasi lagi dengan 1,75 liter etanol pada bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk terlindung dari cahaya selama ± 2 hari sambil sering diaduk, diserkai, diperas. Filtrat digabungkan lalu dibiarkan selama 2 hari untuk proses dekanter, kemudian dipekatkan dengan alat rotary evaporator pada suhu 40°C sampai diperoleh ekstrak kental, kemudian dikeringkan dengan freeze dryer.

3.7 Pembuatan Sediaan Gel

Sediaan gel yang akan dibuat adalah sebanyak 25 g, dengan menggunakan formula standar sebagai berikut (Ida dan Noer, 2012):


(41)

R/ Karbopol 0,5

Gliserin 10

Propilenglikol 10

Metil paraben 0,2

Trietanolamin 1

Air suling ad 100

Formula dasar gel yang digunakan dimodifikasi dengan penambahan jumlah karbopol. Hal ini dilakukan karena pada saat orientasi dengan penambahan ekstrak didapat hasil gel yang sedikit lebih cair. Untuk itu, formula dasar gel yang digunakan adalah:

Tabel 3.1 Formula gel dengan berbagai konsentrasi

Bahan Formula

F1 F2 F3 F4 F5

Ekstrak etanol daun

kembang bulan - 0,25 0,75 1,25 1,75

Karbopol 0,25 0,2475 0,2425 0,2375 0,2325

Gliserin 2,5 2,475 2,425 2,375 2,325

Propilenglikol 2,5 2,475 2,425 2,375 2,325

Metil paraben 0,05 0,0495 0,0485 0,0475 0,0465 Trietanolamin 0,25 0,2475 0,2425 0,2375 0,2325

Air suling ad 25 25 25 25 25

Cara pembuatan:

Air suling sebanyak 20 kali berat karbopol dipanaskan di dalam beaker glass, kemudian dipindahkan ke dalam lumpang, nipagin dilarutkan di

dalamnya dan karbopol dikembangkan di dalamnya selama 15 menit. Setelah mengembang ditambahkan gliserin dan trietanolamin gerus hingga terbentuk massa gel (massa I). Dilarutkan ekstrak dalam propilenglikol dalam lumpang lain, selanjutnya digerus sampai homogen (massa II), lalu dipindahkan massa I


(42)

ke dalam massa II sedikit demi sedikit sampai homogen, dicukupkan dengan air suling dan diaduk hingga homogen.

3.8 Evaluasi Sediaan

Evaluasi sediaan gel mencakup pemeriksaan organoleptis, homogenitas, pemeriksaan pH dan pemeriksaan viskositas.

3.8.1 Pemeriksaan organoleptis

Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau yang diamati secara visual (Suardi, dkk., 2008). Sediaan dinyatakan stabil apabila warna, bau, dan penampilan tidak berubah secara visual selama penyimpanan. Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 2, 4, 6, 8 dan minggu ke 12.

3.8.2 Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan kaca objek, sejumlah tertentu sediaan jika diletakkan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen (Ditjen POM, 1979). Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 2, 4, 6, 8 dan minggu ke 12.

3.8.3 Pemeriksaan pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut, elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan kertas tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram


(43)

sediaan kemudian ditambahkan air suling sampai 100 ml, diaduk hingga sampel larut kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut, sampai alat menunjukkan harga pH yang konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan (Rawlins, 2003). Pengamatan dilakukan pada suhu kamar pada minggu ke 0, 1, 2, 3, 4, 5 dan minggu ke 12.

3.8.4 Pemeriksaan viskositas

Viskositas sediaan dapat ditentukan dengan menggunakan viskometer Brookfield (Ansel, 1989). Sebanyak 100 ml sediaan dimasukkan dalam wadah, lalu dimasukkan spindle sampai batas pencelupan dan dijalankan rotor.

3.9 Pengujian Sediaan Gel Terhadap Penyembuhan Luka

Dalam penelitian ini digunakan 28 ekor mencit, yang dibagi ke dalam 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor.

Kelompok 1 : mencit tanpa pengobatan (kontrol)

Kelompok 2 : mencit yang akan diberi formula gel tanpa ekstrak etanol daun kembang bulan (kontrol negatif)

Kelompok 3 : mencit yang akan diberi Bioplacenton® (kontrol positif) Kelompok 4 : mencit yang akan diberi formula gel ekstrak etanol daun

kembang bulan konsentrasi 1%

Kelompok 5 : mencit yang akan diberi formula gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 3%

Kelompok 6 : mencit yang akan diberi formula gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 5%


(44)

Kelompok 7 : mencit yang akan diberi formula gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 7%

Semua mencit dicukur bagian punggungnya dari bulu. Ditandai punggung mencit dengan pola lingkaran berdiameter 1 cm. Mencit dianastesi umum dengan kloroform, kemudian dibuat luka dengan cara pada bagian tengah pola dijepit kulitnya dengan pinset, lalu kulit ditarik ke atas sehingga kulit terpisah dengan otot-otot yang berada di bawah kulit, kemudian digunting kulit sesuai dengan pola yang telah dibuat secara hati-hati. Pada kulit yang telah dilukai dioleskan ± 0,3 g gel yang telah disediakan sesuai dengan kelompok masing-masing. Pengamatan luka dilakukan setiap hari secara visual dengan mengukur diameter luka, menghitung persentase penyusutan diameter luka dan hari kesembuhan. Luka dianggap sembuh jika diameter luka sama dengan nol. Diameter luka dihitung dengan rumus:

d =�1+�2+�3+�4

4

Keterangan: d : diameter rata-rata d1: diameter pertama d2 : diameter kedua d3 : diameter ketiga d4 : diameter keempat

Dilakukan juga perhitungan persentase penyusutan diameter luka dengan rumus:

Persentase penyusutan diameter luka (%) = �0−��

�0 × 100%

Keterangan: d0 : diameter pada hari 0


(45)

3.10 Analisis Statistik

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS 19. Pertama data dianalisis menggunakan metode Kolmogorov Smirnov untuk menentukan homogenitas dan normalitasnya. Kemudian dilanjutkan dianalisis menggunakan metode One Way ANOVA untuk menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan.


(46)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, identitas sampel tumbuhan adalah Tithonia diversifolia (Hemsley) A.Gray., famili Compositae/Asteraceae yang sering dikenal masyarakat dengan nama kembang bulan (Lampiran 1).

4.2 Hasil Makroskopik

Berdasarkan hasil pemeriksaan makroskopik terhadap daun segar ataupun simplisia daun kembang bulan menunjukkan bahwa daun kembang bulan berwarna hijau, bentuk menjari, pangkal dan ujung meruncing dan dilengkapi dengan bulu-bulu halus (Lampiran 3 dan 4).

4.3 Hasil Ekstraksi Serbuk Simplisia Daun Kembang Bulan

Hasil ekstraksi 700 gram serbuk simplisia daun kembang bulan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 80% dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator, kemudian di freeze dryer diperoleh ekstrak kental 69,8 gram (rendemen 9,971%).

4.4 Hasil Evaluasi Sediaan

4.4.1 Hasil pemeriksaan organoleptis

Hasil pemeriksaan stabilitas terhadap sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan yang dilakukan pada 5 sediaan, dengan melihat perubahan


(47)

bentuk, warna dan bau sediaan. Pemeriksaan dilakukan secara visual pada suhu kamar selama 90 hari. Sediaan gel yang terlihat baik, jika tidak terjadi perubahan warna, bau dan bentuk dari sediaan gel selama 12 minggu pengamatan. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.1. Foto pemeriksaan organoleptis sediaan dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 4.1 Data pemeriksaan organoleptis sediaan gel ekstrak etanol daun

kembang bulan

Formula Penampilan

Warna Bau Konsistensi

F1 Bening Tidak spesifik Semi padat

F2 Hijau kecoklatan Spesifik daun kembang bulan Semi padat F3 Hijau kecoklatan Spesifik daun kembang bulan Semi padat F4 Hijau kecoklatan Spesifik daun kembang bulan Semi padat F5 Hijau kecoklatan Spesifik daun kembang bulan Semi padat Keterangan: F1 = Formula gel tanpa EEDKB

F2 = Formula gel EEDKB konsentrasi 1% F3 = Formula gel EEDKB konsentrasi 3% F4 = Formula gel EEDKB konsentrasi 5% F5 = Formula gel EEDKB konsentrasi 7%

Sediaan formula 2 dan 3 memiliki penampilan yang sama yaitu memiliki warna hijau yang sedikit lebih muda dan konsistensi lebih padat dibandingkan formula 4 dan 5 yang memiliki warna lebih tua dengan konsistensi yang lebih cair.

Data hasil uji stabilitas gel ekstrak etanol daun kembang bulan mempunyai bentuk, warna, bau yang stabil.

4.4.2 Hasil pengamatan homogenitas sediaan

Pengamatan homogenitas sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan terhadap 5 sediaan, dilakukan dengan cara mengolesi sejumlah tertentu


(48)

sediaan pada sekeping kaca objek. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.2. Foto hasil pemeriksaan homogenitas dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 4.2 Data pengamatan homogenitas sediaan

Pengamatan Sediaan Lama pengamatan (minggu)

0 2 4 6 8 10 12

Homogenitas

F1 - - - -

F2 - - - -

F3 - - - -

F4 - - - -

F5 - - - -

F6 - - - -

Keterangan : (+) = terjadi perubahan (-) = tidak terjadi perubahan F1 = Formula gel tanpa EEDKB

F2 = Formula gel EEDKB konsentrasi 1% F3 = Formula gel EEDKB konsentrasi 3% F4 = Formula gel EEDKB konsentrasi 5% F5 = Formula gel EEDKB konsentrasi 7%

Hasil pemeriksaan homogenitas menunjukkan bahwa seluruh sediaan gel tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar yang tersebar tidak merata pada saat sediaan dioleskan pada kaca objek. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan homogen selama waktu penyimpanan.

4.4.3 Hasil penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan dilakukan terhadap 5 sediaan, dilakukan dengan menggunakan pH meter dan dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Berdasarkan pengukuran pH sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan selama 12 minggu pengamatan menunjukkan bahwa pH dari sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan mengalami perubahan yang tidak


(49)

signifikan dan cenderung stabil. Penurunan nilai pH pada suatu sediaan dapat dipengaruhi lingkungan seperti gas-gas di udara yang bersifat asam yang masuk dalam sediaan gel (Ida dan Noer, 2012). Kenaikan nilai pH dapat dipengaruhi oleh adanya mikroba di dalam sediaan. Menurut Syaifuddin (2006) pH untuk kulit adalah 5-6,5. Sediaan memenuhi syarat sehingga aman digunakan dan tidak menyebabkan iritasi.

Tabel 4.3 Data pengukuran pH

Sediaan Nilai pH Rata-rata Pada Hari Ke

0 2 4 6 8 10 12

F1 6,0 6,0 5,9 6,0 6,0 6,0 6,0

F2 6,0 6,0 5,9 5,8 5,8 5,9 5,9

F3 5,9 5,9 5,9 5,8 5,8 5,8 5,9

F4 5,8 5,9 6,0 5,9 5,9 5,9 5,9

F5 5,9 5,9 5,9 5,9 5,8 5,9 5,9

Keterangan: F1 = Formula gel tanpa EEDKB

F2 = Formula gel EEDKB konsentrasi 1% F3 = Formula gel EEDKB konsentrasi 3% F4 = Formula gel EEDKB konsentrasi 5% F5 = Formula gel EEDKB konsentrasi 7%

4.4.4 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan

Penentuan viskositas sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan dilakukan terhadap 5 sediaan, dilakukan dengan menggunakan viskometer Brookfield. Hasil dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Menurut Sugihartini (2010), viskositas berpengaruh pada kemampuan sediaan menyebar dan melekat pada permukaan kulit. Semakin tinggi viskositas (semakin kental) sediaan, maka kemampuannya untuk menyebar pada permukaan kulit akan menurun sedangkan kemampuan melekat pada kulit meningkat, begitu pula sebaliknya.


(50)

Tabel 4.4 Data pengukuran viskositas sediaan

Sediaan Viskositas (p)

F1 700

F2 250

F3 140

F4 70

F5 50

Keterangan: F1 = Formula gel tanpa EEDKB

F2 = Formula gel EEDKB konsentrasi 1% F3 = Formula gel EEDKB konsentrasi 3% F4 = Formula gel EEDKB konsentrasi 5% F5 = Formula gel EEDKB konsentrasi 7%

Viskositas menunjukkan kekentalan produk. Dari data di atas dapat dilihat bahwa sediaan semakin encer pada setiap peningkatan konsentrasi ekstrak. Menurut Sari (2006), dengan penggunaan jumlah trietanolamin (TEA) yang sama untuk semua formula dan meningkatnya jumlah ekstrak yang bersifat asam, maka sediaan akan bersifat lebih asam yang mengakibatkan tolak menolak antar gugus karboksil sehingga menyebabkan putusnya rantai polimer karbopol. Hal tersebut yang menyebabkan penurunan viskositas gel dengan meningkatnya jumlah ekstrak.

4.5 Pengujian Sediaan Gel Terhadap Penyembuhan Luka 4.5.1 Diameter luka

Berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu: stadium I (luka superficial), stadium II (partial thickness), stadium III (luka full thickness), stadium IV (full thickness). Dalam penelitian ini jenis luka yang digunakan adalah luka eksisi stadium III atau full thickness, yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan


(51)

yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan hipodermis tetapi tidak mengenai otot (Baroroh, 2011).

Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian gel ekstrak etanol daun kembang bulan dapat mempercepat penyembuhan luka dibandingkan kelompok kontrol dan kelompok yang diberi gel tanpa ekstrak etanol daun kembang bulan. Luka pada hewan uji dinyatakan sembuh jika diameter luka sama dengan nol. Hasil pengukuran diameter luka dapat dilihat pada Gambar 4.1, data pengukuran diameter luka dapat dilihat pada Lampiran 9 dan foto pengukuran diameter luka mencit dapat dilihat pada Lampiran 10 sampai 16.

Gambar 4.1 Grafik perubahan diameter luka yang diamati pada hari

pengamatan

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

D

iam

et

er

l

uka

(

cm)

Hari

Kontrol

Formula gel tanpa ekstrak etanol daun kembang bulan Bioplacenton®

Formula gel ekstrak etanol daun kembang bulan 1% Formula gel ekstrak etanol daun kembang bulan 3% Formula gel ekstrak etanol daun kembang bulan 5% Formula gel ekstrak etanol daun kembang bulan 7%


(52)

Pada grafik perubahan diameter luka pengamatan dibuat setiap tiga hari. Sehingga kelompok 3 dan 4 yang seharusnya menunjukkan diameter 0 pada hari ke-17 pada grafik baru terlihat pada hari ke-18. Kelompok 5, 6 dan 7 yang seharusnya menunjukkan diameter 0 pada hari ke-19, 20 dan 19 pada grafik baru terlihat pada hari ke-21. Kelompok 2 yang seharusnya menunjukkan diameter 0 pada hari 22 pada grafik baru terlihat pada hari ke-24. Sedangkan kelompok 1 tidak mengalami perubahan, kelompok 1 tetap menunjukkan diameter 0 pada hari ke-27.

Data perubahan diameter (cm) pada masing-masing mencit pada tiap kelompok perlakuan dianalisis secara stratistik dengan metode ANOVA lalu dilanjutkan uji Post Hoc HSD untuk melihat perbedaan yang nyata dari setiap perlakuan pada tiap kelompok. Hasil analisis variansi menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari setiap kelompok yang diuji dengan nilai signifikansi p < 0,05.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kelompok yang diberi gel dengan penambahan ekstrak etanol daun kembang bulan memberikan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (tanpa pengobatan) yang mulai terlihat pada hari ke-2 (p < 0,05). Kelompok yang diberi gel dengan penambahan ekstrak etanol daun kembang bulan juga memberikan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok yang diberi gel tanpa ekstrak etanol daun kembang bulan yang mulai terlihat pada hari ke-4 (p < 0,05).


(53)

Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok Bioplacenton® dengan kelompok kontrol (tanpa pengobatan) dan juga kelompok yang diberi gel tanpa ekstrak etanol daun kembang bulan yang mulai terlihat pada hari ke-2 (p < 0,05). Tetapi kelompok Bioplacenton® dengan kelompok yang diberi gel ekstrak etanol daun kembang bulan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan yang mulai terlihat pada hari ke-14 (p > 0,05).

4.5.2 Persentase penyusutan diameter luka

Hasil pengamatan untuk persentase penyusutan diameter luka pada masing-masing hewan uji pada tiap kelompok pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian gel ekstrak etanol daun kembang bulan dapat mempercepat penyembuhan luka dibandingkan kelompok kontrol dan kelompok yang diberi gel tanpa ekstrak etanol daun kembang bulan. Luka pada hewan uji dinyatakan sembuh jika persentase penyusutan diameter luka 100%. Hasil persentase penyusutan diameter luka dapat dilihat pada Gambar 4.2., dan data pengukuran penyusutan diameter luka dapat dilihat pada lampiran 17.

Persentase penyusutan diameter luka pada grafik dilakukan dengan pengamatan setiap tiga hari. Sehingga kelompok 3 dan 4 yang seharusnya menunjukkan persentase 100% pada hari ke-17 pada grafik baru terlihat pada hari ke-18. Kelompok 5, 6 dan 7 yang seharusnya menunjukkan persentase 100% pada hari ke-19, 20 dan 19 pada grafik baru terlihat pada hari ke-21. Kelompok 2 yang seharusnya menunjukkan persentase 100% pada hari ke-22 pada grafik baru terlihat pada hari ke-24. Sedangkan kelompok 1 tidak


(54)

0 20 40 60 80 100 120

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021222324252627

P en y u su tan d iam et er l u k a ( % ) Hari pengamatan Kontrol

Formula gel tanpa ekstrak etanol daun kembang bulan Bioplacenton®

Formula gel ekstrak etanol daun kembang bulan 1% Formula gel ekstrak etanol daun kembang bulan 3% Formula gel ekstrak etanol daun kembang bulan 5% Formula gel ekstrak etanol daun kembang bulan 7%

mengalami perubahan, kelompok 1 tetap menunjukkan persentase 100% pada hari ke-27.

Gambar 4.2 Grafik persentase penyusutan diameter luka yang diamati pada

hari pengamatan

Data persentase penyusutan diameter luka pada masing-masing hewan uji pada tiap kelompok perlakuan dianalisis secara statitik dengan metode ANOVA lalu dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan dari tiap kelompok.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kelompok yang diberi gel ekstrak etanol daun kembang bulan memberikan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (tanpa pengobatan) yang mulai terlihat pada hari ke-2 (p < 0,05). Kelompok yang diberi gel ekstrak etanol daun kembang bulan juga memberikan perbedaan yang signifikan dibandingkan


(55)

dengan kelompok yang diberi gel tanpa ekstrak etanol daun kembang bulan yang mulai terlihat pada hari ke-4 (p < 0,05).

Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kelompok Bioplacenton® dengan kelompok kontrol (tanpa pengobatan) dan kelompok yang diberi gel tanpa ekstrak etanol daun kembang bulan yang mulai terlihat pada hari ke-2 (p < 0,05). Tetapi kelompok Bioplacenton® dengan kelompok yang diberi gel ekstrak etanol daun kembang bulan tidak mempunyai perbedaan yang signifikan yang mulai terlihat pada hari ke-14 (p > 0,05).

Penggunaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 1%, 3% dan 7% memiliki efek penyembuhan lebih besar daripada gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 5%. Hal ini disebabkan karena bentuk dari sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 1% dan 3% memiliki bentuk gel yang baik dengan nilai viskositas yang tinggi sehingga kontak dengan luka lebih lama dan lebih memberikan efek penyembuhan yang baik terhadap luka. Sedangkan untuk gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 7% memiliki bentuk yang lebih cair daripada gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 1% dan 3% terlihat dari nilai viskositasnya yang rendah, tetapi konsentrasi zat aktifnya lebih tinggi sehingga tetap memberikan efek penyembuhan yang hampir sama dengan ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi gel 3%. Tetapi gel ekstrak etanol daun kembang bulan dengan konsentrasi 5% memiliki efek penyembuhan lebih kecil daripada gel ekstrak etanol daun kembang bulan konsentrasi 1%, 3% dan 7%. Ini disebabkan oleh rendahnya viskositas sediaan gel ekstrak etanol daun kembang


(56)

bulan pada konsentrasi 5% sehingga sediaan sulit diaplikasikan pada luka dan tidak mempunyai konsentrasi zat aktif yang cukup tinggi untuk memberikan efek penyembuhan pada luka.

Pemberian sediaan gel ekstrak etanol daun kembang bulan mempunyai efektivitas penyembuhan luka. Dapat dilihat dari perubahan persentase penyusutan diameter luka yang semakin besar. Aktivitas penyembuhan luka dari kembang bulan diduga berasal dari kandungan senyawa kimia yang ada di dalamnya seperti flavonoid, glikosida, tannin, saponin, terpenoid/steroid. Tanin berkhasiat sebagai astringen yang mampu menciutkan luka, menghentikan pendarahan dan mengurangi peradangan (Mun’im, dkk., 2010). Saponin yang terdapat dalam tumbuhan dapat memacu pembentukan kolagen yang berperan dalam proses penyembuhan luka (Mappa, dkk., 2013). Sedangkan menurut Yenti, dkk., (2011), saponin juga memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang berfungsi membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami infeksi yang berat. Flavonoid juga dikenal untuk mempercepat proses penyembuhan luka terutama karena memiliki aktivitas antimikroba dan astringen, yang memiliki peran dalam penyusutan luka dan peningkatan laju epitelisasi (Barku, et al., 2013).

4.5.3 Hari kesembuhan

Penyembuhan luka adalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak (Boyle, 2006). Proses penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase penyembuhan luka, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase


(57)

remodeling (Arisanty, 2013). Fase inflamasi ditandai dengan adanya

pembengkakan dan kemerahan, fase proliferasi ditandai dengan adanya pembentukan eksudat dan fibroblast yang terlihat seperti kerak pada bagian permukaan luka, dan fase remodeling yang ditandai dengan terbentuknya jaringan baru yang berarti luka mengecil ataupun sembuh (Sjamsuhidajat dan Wim, 1997). Perbedaan hari kesembuhan dari masing-masing mencit dari tiap kelompok dapat dilihat dari Tabel 4.5, Lampiran 18.

Tabel 4.5 Data rata-rata waktu fase penyembuhan luka pada setiap kelompok

Kelompok

Hari Kesembuhan (Hari) Fase

Inflamasi ± SD

Fase Proliferasi ±

SD

Fase Remodeling ±

SD

Total Hari Kesembuhan

1 4 ± 0,00 16 ± 4,58 5 ± 2,08 25 ± 2,89

2 5 ± 0,58 13 ± 0,00 4 ± 0,58 22 ± 0,00

3 4 ± 0,58 10 ± 0,58 3 ± 0,58 17 ± 0,58

4 4 ± 0,58 8 ± 1,53 4 ± 1,00 17 ± 0,58

5 3 ± 0,00 12 ± 0,58 4 ± 0,00 19 ± 0,58

6 4 ± 1,00 10 ± 2,08 4 ± 1,00 18 ± 2,89

7 4 ± 0,00 10 ± 2,65 5 ± 1,35 19 ± 0,00

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang nyata dari tiap kelompok pada fase inflamasi dengan fase proliferasi dengan nilai signifikansi pada fase inflamasi (0,048) dan pada fase proliferasi (0,017) p < 0,05. Sedangkan pada fase remodeling tidak terdapat perbedaan yang nyata dengan nilai signifikansi pada fase maturasi (0,661) p > 0,05.

Proses penyembuhan luka paling lama terjadi pada kelompok 1. Kelompok 3 dan 4 mengalami proses penyembuhan luka lebih cepat dari kelompok 1, 2, 5, 6 dan 7, luka lebih cepat kering dan jaringan baru lebih cepat


(1)

Lampiran 15 Gambar perubahan diameter luka pada hari ke-15

Keterangan :

a.

Kelompok 1, mencit tanpa pegobatan

b.

Kelompok 2, mencit yang diberi formula gel tanpa esktrak etanol daun

kembang bulan

c.

Kelompok 3, mencit yang diberi Bioplacenton

®

d.

Kelompok 4, mencit yang diberi formula gel ekstrak etanol daun kembang

bulan konsentrasi 1%

e.

Kelompok 5, mencit yang diberi formula gel ekstrak etanol daun kembang

bulan konsentrasi 3%

f.

Kelompok 6, mencit yang diberi formula gel ekstrak etanol daun kembang

bulan konsentrasi 5%

g.

Kelompok 7, mencit yang diberi formula gel ekstrak etanol daun kembang

bulan konsentrasi 7%

a

b

c

d

e

f


(2)

Lampiran 16 Gambar perubahan diameter luka pada hari ke-17

Keterangan :

a.

Kelompok 1, mencit tanpa pengobatan

b.

Kelompok 2, mencit yang diberi formula gel tanpa esktrak etanol daun

kembang bulan

c.

Kelompok 3, mencit yang diberi Bioplacenton

®

d.

Kelompok 4, mencit yang diberi formula gel ekstrak etanol daun kembang

bulan konsentrasi 1%

e.

Kelompok 5, mencit yang diberi formula gel ekstrak etanol daun kembang

bulan konsentrasi 3%

f.

Kelompok 6, mencit yang diberi formula gel ekstrak etanol daun kembang

bulan konsentrasi 5%

g.

Kelompok 7, mencit yang diberi formula gel ekstrak etanol daun kembang

bulan konsentrasi 7%

a

b

c

d

e

f


(3)

67

Lampiran 17 Data hasil persentase penyusutan diameter luka pada masing-masing kelompok

Hari Ke

Penyusutan diameter luka (%) ± SD

Kelompok 1 P Kelompok 2 P Kelompok 3 P Kelompok 4 P Kelompok 5 P Kelompok 6 p Kelompok 7 p

0 0 0 0 0 0 0 0

1 0,00 ± 0,00 0,376

0,001* 5,00 ± 0,00

-

0,069 12,50 ± 2,50

0,069

- 5,00 ± 0,00

1,000

0,069 5,63 ± 0,63

1,000

0,110 12,50 ± 5,00

0,069

1,000 5,00 ± 5,00

1,000 0,069

2 2,50 ± 0,00 0,097

0,000* 6,25 ± 1,25

-

0,000* 16,25 ± 1,25

0,000*

- 8,75 ± 1,25

0,442

0,000* 12,50 ± 2,50

0,003*

0,097 18,75 ± 1,25

0,000*

0,442 19,38 ± 1,88

0,000*

0,220

3 5,00 ± 0,00 0,000

*

0,000*

11,88 ± 1,877

-

0,000* 27,50 ± 0,00

0,000*

- 15,00 ± 2,50

0,149

0,000* 18,75 ± 1,25

0,000*

0,000* 19,38 ± 0,63

0,000*

0,000* 23,75 ± 1,25

0,000*

0,058

4 6,88 ± 0,63 0,063

0,000* 13,75 ± 3,75

-

0,000* 32,50 ± 2,50

0,000*

- 23,13 ± 1,88

0,007*

0,007* 23,75 ± 3,75

0,004*

0,013* 27,50 ± 2,50

0,000*

0,273 31,25 ± 1,25

0,000*

0,996

5 8,75 ± 1,25 0,009

*

0,000* 15,63 ± 1,88

-

0,000* 33,75 ± 3,75

0,000*

- 27,50 ± 0,00

0,000*

0,018* 36,25 ± 1,25

0,000*

0,687 29,38 ± 1,88

0,000*

0,146 38,75 ± 1,25

0,000*

0,074

6 10,63 ± 3,13 0,006

*

0,000* 21,25 ± 6,25

-

0,000* 38,75 ± 1,25

0,000*

- 32,50 ± 0,00

0,004*

0,171 37,50 ± 0,00

0,000*

0,998 35,00 ± 2,50

0,001*

0,676 40,00 ± 0,00

0,000*

0,998

7 15,63 ± 1,88 0,051

0,000* 23,75 ± 3,75

-

0,000* 45,00 ± 0,00

0,000*

- 46,25 ± 1,25

0,000*

0,998 41,25 ± 3,75

0,000*

0,701 42,50 ± 5,00

0,000*

0,933 43,75 ± 1,25

0,000*

0,998

8 26,25 ± 3,75 0,866

0,000* 28,75 ± 1,25

-

0,000* 50,00 ± 0,00

0,000*

- 54,38 ± 0,63

0,000*

0,366 50,00 ± 2,50

0,000*

1,000 43,75 ± 3,75

0,000*

0,086 52,50 ± 2,50

0,000*

0,866

9 35,00 ± 2,50 0,906

0,000* 37,50 ± 0,00

-

0,000* 56,25 ± 1,25

0,000*

- 61,88 ± 1,88

0,000*

0,211 50,00 ± 2,50

0,001*

0,134 48,75 ± 1,25

0,002*

0,050 56,88 ± 5,63

0,000*

1,000

10 40,00 ± 2,50 0,978

0,000* 41,25 ± 1,25

-

0,000* 65,00 ± 0,00

0,000*

- 67,5 ± 0,00

0,000*

0,658 50,00 ± 2,50

0,001*

0,000* 51,88 ± 3,13

0,000*

0,000* 63,13 ± 0,63

0,000*

0,870

11 41,25 ± 1,25 0,998

0,000* 42,5 ± 0,00

-

0,000* 69,38 ± 4,38

0,000*

- 69,38 ± 0,63

0,000*

1,000 54,38 ± 1,88

0,003*

0,000* 60,63 ± 4,38

0,000*

0,028* 66,25 ± 3,75

0,000*

0,826

12 46,25 ± 1,25 0,986

0,000* 48,75 ± 1,25

-

0,000* 73,13 ± 1,88

0,000*

- 75,00 ± 0,00

0,000*

0,997 61,25 ± 6,25

0,027*

0,038* 72,50 ± 7,50

0,000*

1,000 73,75 ± 3,75

0,000*

1,000

13 47,50 ± 2,50 0,976

0,000* 50,00 ± 2,50

-

0,000* 81,25 ± 1,25

0,000*

- 81,25 ± 1,25

0,000*

1,000 64,38 ± 4,38

0,004*

0,001* 73,75 ± 6,25

0,000*

0,223 74,38 ± 4,38

0,000*

0,304

14 55,00 ± 7,50 1,000

0,001* 53,75 ± 3,75

-

0,000* 81,25 ± 1,25

0,000*

- 83,75 ± 3,75

0,000*

0,997 73,13 ± 3,13

0,009*

0,558

80,00 ± 10,00

0,001*

1,000 76,25 ± 3,75

0,003*

0,912

15 62,50 ±

10,00

1,000

0,001* 61,25 ± 1,25

-

0,000* 90,00 ± 0,00

0,000*

- 90,00 ± 0,00

0,000*

1,000 80,00 ± 0,00

0,017*

0,380

88,75 ± 11,25

0,001*

1,000 80,00 ± 0,00

0,017*


(4)

Lampiran 17 (lanjutan)

hari Ke

Penyusutan diameter luka (%) ± SD

Kelompok 1 P Kelompok 2 P Kelompok 3 P Kelompok 4 p Kelompok 5 P Kelompok 6 p Kelompok 7 P

16 66,25 ± 8,75 0,998

0,000* 63,75 ± 1,25

-

0,000* 97,50 ± 2,50

0,000*

- 97,50 ± 2,50

0,000*

1,000 85,00 ± 5,00

0,006*

0,164

90,00 ± 10,00

0,001*

0,667 82,50 ± 2,50

0,015*

0,065

17 68,75 ±

11,25

1,000

0,000* 67,50 ± 2,50

-

0,000* 100

0,000*

- 100

0,000*

1,000 88,75 ± 6,25

0,014*

0,360

90,00 ± 10,00

0,009*

0,487 87,50 ± 2,50

0,021*

0,256

18 70,00 ±

10,00

0,873

0,000* 75,00 ± 5,00

-

0,000* 100

0,000*

- 100

0,000*

1,000 95,00 ± 5,00

0,003*

0,873 95,00 ± 5,00

0,003*

0,873 90,00 ± 0,00

0,031*

0,249

19 71,25 ± 8,75 0,568

0,000* 77,50 ± 5,00

-

0,000* 100

0,000*

- 100

0,000*

1,000 100

0,000*

1,000 95,00 ± 5,00

0,003*

0,773 100

0,000*

1,000

20 78,75 ±

11,25

0,245

0,001* 87,50 ± 2,50

-

0,042* 100

0,042*

- 100

0,042*

1,000 100

0,042*

1,000 100

0,042*

1,000 100

0,042*

1,000

21 82,50 ±

12,50

0,216

0,008* 92,50 ± 2,50

-

0,507 100

0,507

- 100

0,507

1,000 100

0,507

1,000 100

0,507

1,000 100

0,507 1,000

22 88,75 ±

11,25

0,068

0,068 100

-

1,000 100

1,000

- 100

1,000

1,000 100

1,000

1,000 100

1,000

1,000 100

1,000 1,000

23 90,00 ±

10,00

0,068

0,068 100

-

1,000 100

1,000

- 100

1,000

1,000 100

1,000

1,000 100

1,000

1,000 100

1,000 1,000

24 90,63 ± 9,38 0,068

0,068 100

-

1,000 100

1,000

- 100

1,000

1,000 100

1,000

1,000 100

1,000

1,000 100

1,000 1,000

25 93,75 ± 6,25 0,068

0,068 100

-

1,000 100

1,000

- 100

1,000

1,000 100

1,000

1,000 100

1,000

1,000 100

1,000 1,000

26 95,00 ± 5,00 0,068

0,068 100

-

1,000 100

1,000

- 100

1,000

1,000 100

1,000

1,000 100

1,000

1,000 100

1,000 1,000

27 100 100 100 100 100 100 100

Keterangan:

Baris pertama, nilai p terhadap F1

Baris kedua, nilai p terhadap Bioplacenton

®

* terdapat perbedaan signifikan dengan p < 0,05

Kelompok 1: mencit tanpa pengobatan

Kelompok 2: mencit yang diberi formula gel tanpa EEDKB

Kelompok 3: mencit yang diberi Bioplacenton

®

Kelompok 4: mencit yang diberi formula gel EEDKB konsentrasi 1%

Kelompok 5: mencit yang diberi formula gel EEDKB konsentrasi 3%

Kelompok 6: mencit yang diberi formula gel EEDKB konsentrasi 5%

Kelompok 7: mencit yang diberi formula gel EEDKB konsentrasi 7%


(5)

69

Lampiran 18 Data waktu fase-fase penyembuhan luka dari setiap kelompok

Kelompok

Mencit

Fase

Inflamasi

Fase

Proliferasi

Fase

Remode

ling

Total

Penyem

buhan

Kontrol

1

4

11

7

22

2

4

17

6

27

3

4

20

3

27

Rata-rata

4

16

5

25

SD

0,00

4,58

2,08

2,89

Basis Gel

1

5

13

4

22

2

5

13

4

22

3

4

13

5

22

Rata-rata

5

13

4

22

SD

0,58

0,00

0,58

0,00

Bioplacenton

®

1

3

9

4

16

2

4

10

3

17

3

4

10

3

17

Rata-rata

4

10

3

17

SD

0,58

0,58

0,58

0,58

Gel EEDKB

1%

1

4

8

5

17

2

5

7

4

16

3

4

10

3

17

Rata-rata

4

8

4

17

SD

0,58

1,53

1,00

0,58

Gel EEDKB

3%

1

3

11

4

18

2

3

12

4

19

3

3

12

4

19

Rata-rata

3

12

4

19

SD

0,00

0,58

0,00

0,58

Gel EEDKB

5%

1

5

12

3

20

2

3

8

4

15

3

4

11

5

20

Rata-rata

4

10

4

18


(6)

Lampiran 18 (lanjutan)

Gel EEDKB

7%

1

4

12

3

19

2

4

7

8

19

3

4

11

4

19

Rata-rata

4

10

5

19