Fungsi Pemeliharaan Fungsi Sosialisasi

28 seorang kepala rumah tangga? Mama nggak menyangka kalau Papa akan berbuat seperti ini ke Mama. Dimana tanggung jawab Papa sebagai seorang pemimpin? Mengumbar janji yang idealis Tapi Papa sendiri seorang pecundang” ”Ma… dengar dulu penjelasan Papa” ”Penjelasan apa lagi? Gadis itu sudah menjelaskan semuanya, Pa. Hati Mama sakit… Papa menghianati pernikahan kita” Nugroho, 2013:143. Di zaman seperti sekarang ini, sudah tidak heran lagi melihat pejabat di negri ini memiliki simpanan. Seperti cerita di atas, Dirjam sebagai calon anggota legislatif. Ia sibuk berkampanye dan mengurus bisnis, sehingga waktu ia di rumah sangat sedikit. Selain itu, Hartati juga jarang pulang ke rumah dan sering bertengkar dengan Dirjam. Inilah yang menyebabkan perselingkuhan Dirjam. Dirjam mencoba mengelak atas tuduhan Hartati, tapi bukti sudah mengatakan yang sebenarnya. Ia membujuk Hartati agar tidak gegabah dalam menyikapi masalah perselingkuhannya. Hartati marah dan kecewa terhadap Dirjam yang mau menjadi pemimpin idealis. Namun, nyatanya Dirjam sudah tega menghianatinya dan juga sudah menghamili gadis lain, sedangkan masalah keluarga dan anak-anak mereka yang belum ada solusinya.

4.2.2 Fungsi Pemeliharaan

Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggota yang sakit, menderita, dan tua. Fungsi pemeliharaan ini pada setiap masyarakat berbeda-beda, akan tetapi sebagian masyarakat membebani keluarga dengan pertanggungjawaban khusus terhadap anggotanya bila mereka tergantung pada masyarakat. Setiadi dan Kolip, 2011:311. Pada tokoh Chacha dalam novel Cinta Universitas Sumatera Utara 29 Masih Ada, terlihat bahwa ia tidak membutuhkan keluarganya saat ia sedang sakit. ”Cha… aku sama sekali nggak ada maksud apa-apa. Aku kasihan melihatmu. Keluargamu nggak bisa standby di sini.” ”Kamu nggak perlu mengasihani aku. Aku udah biasa nggak diperhatiin orang tu aku.” Nugroho, 2013:153. Pada kutipan di atas, Toni sebagai abang tirinya memperlihatkan kepeduliannya terhadap Chacha. Toni menjaga Chacha di rumah sakit, karena ia tahu bahwa keluarga Chacha tidak bisa menjaga Chacha. Chacha pun tidak ingin Toni menjaganya, karena ia sudah sering tidak diperhatikan keluarganya. Seperti pada kutipan berikut, menggambarkan Dirjam yang tidak menjaga Chacha saat sakit. ”Papa selalu begitu, selalu mau menang sendiri. Apa yang Papa lakukan saat Chacha berada di rumah sakit? Nggak jagain Chacha kan? Sedangkan, Toni, dia yang menjaga Chacha sampai sembuh” Chacha menahan air matanya. ”Udahlah, Pa. Urus saja perempuan simpanan Papa itu. Nggak pe rlu mengurusi Chacha” Nugroho, 2013:160. Tergambar pada dialog di atas Chacha sudah terbiasa tanpa orang tuanya. Ia kecelakaan dan masuk rumah sakit pun ia ditemani orang lain dan abang tirinya, Toni. Ayah dan abang kandungnya, Dewa tidak terlihat menjenguk dan menjaga Chacha. Dirjam juga masih terlihat membenci Toni. Padahal Toni sudah membantunya untuk menjaga Chacha dan mengkhawatirkan keadaan Chacha.

4.2.3 Fungsi Sosialisasi

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi. Hal ini dimungkinkan sebab berbagai kondisi keluarga. Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu bertatap muka di Universitas Sumatera Utara 30 antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota- anggotanya. Kedua, orang tua memiliki kondisi yang tinggi untuk mendidik anak- anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional yang hubungan ini sangat memerlukan proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki peranan yang penting terhadap proses sosialisasi kepada anak. Setiadi dan Kolip, 2011:177. Dalam keluarga khususnya orang tua sangat berperan dalam pembentukan pribadi anak. Dalam keluarga, seorang anak pertama kali bersosialisasi dan mendapatkan pendidikan dari orang tua seperti nilai-nilai norma sampai cara bergaul di lingkungan masyarakat. Contoh dampak dari kegagalan fungsi sosialisasi Dirjam dan Hartati terhadap anak-anaknya seperi berikut : ”Gimana Abang nggak marah? Kamu mulai berubah menjadi sosok perempuan tomboi, urakan dan nggak terkendali. Dimana Chacha yang dulu abang kenal? Cewek lembut yang femini n?” ”Udah mati” jawab Chacha ketus. Dewa geleng-geleng kepala. “Kemarin temen Abang telepon. Kamu ngebut di jalan raya dan ketangkap polisi.” ”Temen Abang aja yang sok pahlawan. Ngapain lagi dia harus melapor? Mau jadi mata- mata?” ”Chacha Kamu susah banget dikasih tahu. Nggak bisa dinasihatin. Kamu mau jadi apa kalau balapan terus? Abang nggak mau kamu mengalami nasib yang sam a seperti teman Abang.” Nugroho, 2013:21. Dari dialog di atas, terjadi percekcokan antara Dewa dan Chacha. Dewa memberi nasihat kepada Chacha agar tidak balapan motor dan ugal-ugalan lagi di jalan. Namun, Chacha tidak menuruti nasihat abangnya. Ia melawan dan keras kepala. Chacha berubah menjadi urakkan dan tidak terurus karena tidak adanya kepedulian dari keluarganya. Chacha pun berubah menjadi tomboi, padahal sebelumnya Chacha gadis feminin. Dewa sebagai abangnya memiliki peranan Universitas Sumatera Utara 31 menjaga adiknya juga memberikan perhatian dan kasih sayang, tetapi Dewa juga jarang di rumah dan sibuk mengurusi bisnis seperti Dirjam. Seorang anak memiliki kewajiban menjaga kehormatan ayah dan nama baik keluarga di masyarakat. Anak harus mampu menjaga keduanya. Jika seorang anak melakukan tindakan buruk yang dapat mencoreng nama baik ayah, maka dia juga mencoreng nama baik keluarga. Tetapi dalam tokoh Chacha, dia tidak peduli dengan jabatan ayahnya sebagai calon legislatif. Contohnya pada kutipan berikut : ”Kamu maunya apa sih, Cha? Ingat… Papa itu daftar jadi caleg. Support orang tua dikit kenapa? Papa udah kerja keras berjuang untuk ini. Jangan kamu nodai dengan kenakalnmu” ”Ah, nakal apa pula? Cuma balapan. Yang penting nggak kriminal” ”Heh, enak aja kamu ngomong Gimana kalau sampai pers tahu? Anaknya Dwi Dirjam yang mengumbar idealis dan nasionalis kemana-mana, tak lebih dari seorang pecundang?” Nugroho, 2013:22. Dewa juga sering memarahi dan menganggap Chacha selalu membuat masalah dalam keluarga mereka dan memberi dampak buruk pada pencalonan ayahnya sebagai anggota legislatif. Akibatnya Chacha sering berontak dan tidak menghormati Dewa sebagai abangnya. Contoh lain dampak kegagalan dalam fungsi sosialisasi yang membuat Chacha jarang berada di rumah: ”… Chacha keluar kamar sambil bersiul-siul. Seperti nggak ada kejadian apa-apa. Dewa menghadangnya. ”Kamu mau kemana lagi?” tanyanya ketus. ”Kampus Kenapa?” jawab Chacha juga ketus. ”Kamu dari mana aja semalaman nggak pulang? ”Siapa yang peduli?” ”Cha Kamu anggap aku apa? Patung?” ”Udahlah, Bang. Nggak usah sok peduli” Chacha terus melangkahkan kakiknya menuju garasi. Nugroho, 2013:30. Universitas Sumatera Utara 32 Dewa menegur dan memarahi Chacha karena Chacha tidak pulang ke rumah, tetapi Chacha tidak memedulikan perkataan abangnya. Dewa kesal karena tidak dihargai oleh Chacha. Proses sosialisasi bisa dianggap tidak berhasil jika individu tersebut tidak berhasil mendalami norma-norma masyarakat. Keluarga adalah lembaga yang paling bertanggung jawab atas penanaman norma-norma masyarakat dalam diri anggota keluarga. Ketika keluarga tidak berhasil mendidik para anggotanya, maka yang terjadi adalah penyimpangan prilaku. Prilaku seorang anak akan terbentuk dengan baik jika ia lahir dalam lingkungan keluarga yang baik. Sebaliknya, prilaku seorang anak cenderung negatif jika ia terlahir dalam lingkungan keluarga yang kacau yang dibebani dengan berbagai macam masalah dan kemiskinan yang mencekik, atau keluarga yang selalu diliputi oleh percekcokan, kehilangan peran orang tua untuk membimbing dan mendidik. Seperti contoh-contoh cerita berikut ini : ”... Suara motor terdengar bising. Chacha cuek. Ia menarik tuas gas kuat- kuat dan ngebut seperti pembalap motor kelas dunia. Menyusuri jalan Gatot Subroto kemudian melesat ke jalan Sei Kambing. ” Nugroho, 2013:10. ”... Chacha melesat. Seperti biasa ia blingsatan di jalan raya. Tak peduli dengan makian pedas yang hampir setiap hari diterimanya .” Nugroho, 2013:109. Pada kutipan-kutipan di atas menggambarkan tokoh Chacha yang berkepribadian tomboi dan suka balapan di jalanan. Ia ngebut sesuka hatinya dan Universitas Sumatera Utara 33 tidak peduli dengan ocehan orang-orang di sekitarnya. Seorang ibu harus mampu menjalankan peran sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dan sekaligus sebagai istri bagi suaminya. Tetapi tokoh Hartati sebagai ibu, dia tidak menjalankan perannya sebagai seorang ibu yang baik. Sehingga, anak-anaknya tidak terurus dan mengakibatkan anaknya melakukan prilaku menyimpang di lingkungan keluarga dan masyarakat. Seperti kutipan berikut : ”… Hartati nggak pernah perhatian ke Chacha dan Dimas, adik laki- lakinya. Dimas masih duduk di SMA. Dia kecanduan obat-obat terlarang hingga beberapa kali over dosis. Untung masih bisa diselamatkan. Kini Dimas dalam masa rehabilitasi.” Nugroho, 2013:45. Dalam paragraf di atas tergambar bagaimana kegagalan fungsi Hartati sebagai ibu untuk menjaga anaknya. Karena kurangnya perhatian dari Hartati, Dimas menjadi kecanduan obat-obatan. Ketidakharmonisan keluarga membuat anak-anak mencari pelampiasan lain seperti, menggunakan narkoba dan minuman keras seperti yang Dimas lakukan. ”Kenapa Mama baru hari ini perhatian ke Chacha? Bukannya selama ini Mama cuek-cuek aja? Dan Chacha juga baik-baik saja. Apa yang salah? Kalau mama ingin Chacha berubah, Mama juga harus mengubah sikap Mama. Chacha nggak suka ngelihat Mama nggak ada di rumah.” Nugroho, 2013:50. Chacha tergambar sangat kesal terhadap ibunya yang selalu menuntut ia untuk berubah. Padahal ia berubah, karena Hartati yang tidak pernah perhatian kepadanya. Chacha marah karena Hartati baru perhatian dengannya setelah keluarga mereka benar-benar hancur. Chacha pun meminta Hartati untuk berubah terlebih dahulu sebelum merubah dirinya. Pada kutipan berikut menggambarkan Dirjam meminta maaf pada Chacha, karena ia kurang memerhatikan Chacha. Universitas Sumatera Utara 34 ”Chaa... maafin Papa. Papa nggak bermaksud menelantarkan kamu dan adikmu. Semua yang Papa lakukan dem i masa depan kalian.” Chacha mematikan starter motornya. ”Masa depan apa, Pa? Masa depan Chacha sudah hancur. Papa dan Mama kerjanya berantem melulu. Pikiran Chacha kacau, Pa” ”Papa berusaha mengembalikan keluarga kita seperti dulu lagi. Tapi itu semua bu tuh waktu.” ”Sudahlah, Pa. Kubur semua impian Papa. Lihat Dimas, Pa… masih sekolah, tapi kecanduan. Nge-drugs sampai overdosis . Untung dia selamat. Kalau Chacha, hobi balap motor karena ngga k betah di rumah, Pa…” Nugroho, 2013:68. Dirjam mencoba berkomunikasi dengan Chacha. Ia mencoba mendekatkan diri dengan anak perempuan satu-satunya itu. Ia menyadari bahwa ia sudah menelantarkan Chacha sehingga Chacha menjadi urakkan dan tidak terurus. Dirjam pun berjanji untuk memperbaiki keluarga mereka yang sudah hancur. Chacha terlihat tidak peduli dengan ucapan Dirjam, ia merasa sudah tidak perlu lagi membenahi yang sudah rusak. Chacha mencoba mengingatkan kembali pada ayahnya dengan kondisi Dimas yang overdosis. Begitu pula dengannya yang hobi balapan karena ia tidak betah di rumah ”Hahaha… balapan? Kamu nggak sayang sama keluargamu?” ”Keluargaku nggak mau tahu tentangku. Masalah buatmu?” Nugroho, 2013:32. Chacha ikut balapan dan tidak peduli pada keluarganya lagi dan tidak takut jika ia mengikuti balap lagi. Karena ia tahu bahwa keluarganya tidak akan mengetahui apa yang ia lakukan di luar rumah. Dalam keluarga, khususnya di mana kedua orang tua sibuk, orang muda tidak lagi menemukan home sweet home, tempat setiap anggota keluarga saling berbagi kasih sayang, perhatian, dan kepedulian. Karena tidak menemukan Universitas Sumatera Utara 35 suasana itu, mereka tidak betah lalu mencari pelarian di luar rumah. Masalah juga sering muncul dari kesenjangan orang tua dengan anak, yang bersumber pada perbedaan pandangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial. Tangdilintin, 2008:72. Contoh tokoh Chacha tidak betah di rumah dan sering keluar rumah, seperti berikut : ”… Chacha ngebut. Pikirannya makin kacau. Rumahnya sudah seperti neraka. Nggak ada satu pun anggota keluarga yang sependapat dengannya. Mereka semua nggak suka dengan sikap Chacha yang seperti anak jalanan. Chacha melihat-lihat sudut jalan yang ingin disinggahi. Sebenarnya ia nggak punya tujuan. Akhirnya, ia duduk di halte Sisingamangaraja, memarkirkan motornya di pinggir jalan. Ia memerhatikan anak-anak jalanan yang bergerombol di lampu merah. Mereka bernyanyi, bergembira, seperti tak mempunyai beban pikiran, seolah mereka sudah satu keluarga. Apakah mereka nggak memikirkan masa depan? ” Nugroho, 2013:23. Chacha selalu disalahkan oleh keluarganya. Ia merasa tidak ada yang membela dan mendukungnya. Rumahnya seperti neraka dan tidak ada kedamaian. Chacha melampiaskan kemarahannya dengan ngebut di jalanan dan mencari tempat di pinggir jalan. Ia melihat anak-anak jalanan yang bahagia, bernyanyi bersama-sama seperti tidak ada beban pikiran sepertinya. ”... Chacha enggan pulang ke rumah. Keadaan di rumah membuat pikirannya semakin kacau. Sudah dua jam ia duduk sendiri di bangku itu. Nggak ada sesuatu yang mampu membuat pikirannya tenang. Meski cokelat hangat di cangkirnya telah diteguk sampai tinggal separuh, pikirannya t ak kunjung damai.” Nugroho, 213:35. Faktor Anak remaja seperti tokoh Chacha dalam novel Cinta Masih Ada tidak betah di rumah karena orang tua yang sering marah-marah. Lalu orang tua jarang berkomunikasi secara dekat dengan sang anak karena kesibukan di luar rumah. Hal ini membuat anak malas berada di rumah karena kurangnya teman Universitas Sumatera Utara 36 untuk berkomunikasi. Seperti pada kutipan berikut, Chacha tidak pulang ke rumah. ”... Sinar matahari menyilaukan mata Chacha. Rupanya semalaman ia tertidur di sebuah halte. Banyak anak sekolah yang memerhatikannya. Mereka mengira Chacha adalah orang gila yang tertidur di halte. Chacha bangkit sambil mengucek matanya. Chacha beranjak naik ke motornya. Setelah memakai helm, ia menstarter dan melaju kencang. Enggan pulang ke rumah, Chacha singgah ke rumah Kevin. Numpang mandi dan istirahat di rumah Kevin, pikirannya bisa lebih tenang. ” Nugroho, 2013:146. Chacha tidak pernah betah berada di rumah. Ia selalu pergi mencari tempat lain untuk tempat ia tidur, hingga orang lain mengira ia orang gila. Sampai pagi pun ia malas pulang ke rumah dan lebih memilih pergi ke rumah sahabatnya, Kevin. Keluarga merupakan media untuk menghubungkan kehidupan anak dengan kehidupan di masyarakat. Jika orang tua memberikan sosialisasi yang baik kepada anak-anaknya, maka baik pula kepribadian sang anak di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Tokoh Chacha yang kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya berubah menjadi liar dan urakkan. Sehingga di lingkungan masyarakat Chacha juga mendapat perhatian negatif. Masyarakat yang tidak benar-benar mengenali Chacha akan selalu berpikiran bahwa Chacha bukan gadis baik-baik, anak jalanan, urakkan, dan berbahaya. Seperti contoh berikut ini : ”Kamu jangan bergaul dengan perempuan sialan itu, Bell” bentak Raka keras. Bellinda terkesiap, menatap pendar bola mata Raka yang memerah. ”Memangnya kenapa? Chacha itu cewek baik-baik, Kak. Apa aku salah berteman dengan dia?” ucap Bellinda membela Chacha. ”Jelas salah, Bellinda Kamu tahu siapa dia?” alis mata Raka naik beberapa mili. Matanya memerah dengan amarah yang meledak-ledak. ”Dia itu perempuan nggak bener Dia pecandu narkoba” ”Kak...,” sela Bellinda nggak menerima perkataan Raka. Chacha yang mendengar tudingan Raka berusaha memendam emosinya. Ia menggigit bibirnya. Universitas Sumatera Utara 37 ”Mama juga nggak suka kamu bergaul dengan dia, Bel Mama khawatir” Farida ikut menimpali. ”Mama khawatir kamu terjerumus ke dunianya” Nugroho, 2013:40. Kutipan dialog di atas menggambarkan bahwa prilaku Chacha yang urak- urakkan mengakibatkan lingkungan di masyarakat juga memandang Chacha sebagai perempuan yang tidak benar. Akibatnya, keluarga Bellinda tidak menyukai Chacha dan melarang Bellinda untuk berteman dengannya. Keluarga Bellinda menuduh Chacha memakai narkoba dan sangat membenci Chacha karena penampilan urakkannya itu. Pada kutipan berikut menggambarkan Raka sangat membenci Chacha. ”Aku nggak suka kamu dekat-dekat dengan Bellinda. Dia masih begitu polos.” Chacha mengerutkan dahinya. ”Terus?” ”Kamu lesbian” Deg Jantung Chacha bergemuruh kencang. Emosinya meledak-ledak. Raka terang-terangan menuduh Chacha lesbian. ”Apa buktinya kalau aku lesbian? Kamu jangan asal ngomong” ”Bukannya kamu selalu mengantar adikku pulang?” ”Apa itu salah?” ”Jelas salah Kamu menyukai nya kan? Gayamu aja seperti laki-laki Urakkan, tomboi” Nugroho, 2013:54. Raka tidak puas menghujat Chacha. Setelah ia mengusir Chacha dari rumahnya, Raka kembali mencari dan mengejar Chacha di kampus. Ia terus menuduh Chacha memiliki niat jahat pada adiknya, Bellinda. Bellinda adalah sahabat Chacha, namun Raka khawatir jika Bellinda berteman dengan Chacha akan ikut terjerumus seperti Chacha. ”Ka… aku ini sahabatnya. Apa aku salah menanyakan kabarnya?” ”Aku tahu akal busukmu Kamu menginginkan sesuatu dari adikku kan?” ”Menginginkan apa?” ”Alaah… nggak usah munafik.” Universitas Sumatera Utara 38 ”Aku benar-benar nggak tahu apa yang kamu pikirkan, Ka. Aku nggak seburuk apa yang kamu bayangkan.” ”Oh ya? Ugal-ugalan seperti itu sama sekali nggak buruk? Aku nggak mau melihatmu ada di rumahku lagi. Jadi mulai hari ini kamu jangan datang- datang lagi dengan alasan apapun” Nugroho, 2013:112. Chacha ingin mengetahui kabar Bellinda. Namun, Raka masih saja menuduh Chacha punya niat buruk pada adiknya. Raka masih membenci Chacha dan bahkan anti dengan Chacha. Raka menganggap Chacha perempuan munafik. Raka selalu berpikiran negatif terhadap Chacha karena ia tahu Chacha sering ugal- ugalan di jalan. Dari kutipan di atas tergambar bahwa kegagalan fungsi sosialisasi orang tua terhadap anak sangat berdampak pada lingkungan masyarakat. Seperti Chacha, yang dituduh melakukan hal yang tidak ia lakukan, karena pada umumnya masyarakat hanya melihat dari penampilan luarnya saja. Chacha sering ugal- ugalan, balap liar, dan berpenampilan tomboi, tetapi ia tidak memakai narkoba, dan lesbian seperti yang dituduhkan keluarga Bellinda padanya. Kepatuhan anak dapat dipengaruhi oleh seberapa dekat hubungan antara orang tua dengan anak. Orang tua yang kurang memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak, tentu dapat menimbulkan masalah. Karena kesibukan atau ketidakpedulian orang tua terhadap anak, anak menjadi merasa asing terhadap orang tuanya. Surya, 2005:9. Begitu juga dalam cerita novel Cinta Masih Ada , Chacha sebagai anak perempuan satu-satunya. Ia tidak pernah mendengar nasihat orang tua dan abangnya. Jika keluarganya melarang untuk tidak balapan lagi dan tidur di jalanan, ia tidak akan mendengarkannya. Di sini terlihat bahwa ia tidak patuh pada orang tuanya. Contoh kutipan berikut yang menggambarkan hilangnya Universitas Sumatera Utara 39 rasa patuh Chacha terhadap orang tua, akibat kegagalan fungsi sosialisasi dari orang tua. ”Pulang malam lagi?” tegur Hartati saat Chacha tiba di ruang tamu. Chacha nggak menjawab. Dia hanya menatap Hartati dengan lekat. ”Cha… tolong dengerin Mama. Jangan bikin Mama khawatir? Kamu anak perempuan Mama satu-sa tunya” tegas Hartati. Nugroho, 2013:43. ”Mama hanya mau menasihati kamu aja. Jangan suka ugal-ugalan terus di jalanan. Tolong, Cha... Mama nggak tahu lagi gimana menasihatimu. Mama malu” Nugroho, 2013:44. Dari dialog-dialog di atas tergambar tokoh Chacha yang sering pulang malam dan sering ugal-ugalan. Walaupun sering ditegur orang tuanya, ia tidak peduli dan masa bodoh. Pada kutipan-kutipan berikut juga menggambarkan Chacha sering pulang malam. ”Kamu pulang malam lagi?” Chacha tertunduk. ”Chacha bosan di rumah, Pa. Rumah kayak neraka aja.” ”Cha… kamu jangan begitu dong. Kamu ribut lagi dengan mamamu?” Nugroho, 2013:46. ”Kamu dari mana aja, Cha? Jam segini baru pulang? Kamu pikir ini jam berapa?” Dirjam masuk ke kamar Chacha tanpa mengetuk pintu. ”Sudahlah, Pa. Marahnya besok aja, ditunda dulu. Chacha capek, mau istirahat…” ”Cha… tolong dong dengarkan Papa. Kamu jangan ugal-ugalan lagi. Jangan balapan motor. Kamu pikir dong, Cha. Kamu itu cewek. Nggak pantas ngtrail di jalanan. Nugroho, 2013:79. Chacha tidak mau lagi mendengar nasihat ayahnya. Ia sudah lelah mendengar ayahnya melarang ia agar tidak ngetrail balapan motor lagi di jalanan. Dirjam melarang Chacha balapan karena ia seorang perempuan yang tidak pantas berada dijalanan. Universitas Sumatera Utara 40 ”Cha… tolong dengerin aku. Ini demi Mama,” tegas Toni. ”Heh? Mama?” Chacha mencibir. Ia melangkahkan kakinya menjauhi kursi beton. Toni mengikutinya dari belakang. ”Aku mohon sama kamu. Tinggalkan balapan itu…” ”Nggak Aku nggak akan pernah meninggalkan balapan itu” ”Kamu emang keras kepala. Aku heran mengapa Mama bisa melahirkan anak sepertimu.” Nugroho, 2013:119. Semua orang melarang Chacha balapan. Namun, Chacha masih saja tidak mau mendengarkan keluarganya. Ia keras kepala dan tidak peduli. . Universitas Sumatera Utara 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai disfungsi keluarga pada novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1. Penyebab Disfungsi keluarga ialah: a. Sifat egoisme. Jika anggota keluarga bersikap egois dan lebih mementingkan urusan pribadi dari pada kepentingan keluarga, maka akan sering terjadinya pertengkaran dan percekcokan karena tidak ada yang mau mengalah. b. Kurang adanya kepercayaan satu sama lain. Di dalam hubungan keluarga saling percaya adalah hal penting. Komunikasi yang kurang baik akan menimbulkan kecurigaan dan kesalahpahaman. Sehingga, sulit member kepercayaan terhadap anggota keluarga. c. Suami istri sering meninggalkan rumah karena kesibukan di luar. Seorang suami berkewajiban bekerja untuk menafkahi keluarganya. Namun, suami juga harus bisa memberikan waktu untuk keluarga. Seorang istri berkewajiban mengurus rumah tangga, suami dan anak-anaknya. Maka dari itu seorang istri yang berperan sebagai ibu tidak baik jika berada di luar rumah terlalu sering, karena akan mengakibatkan kelalaian dalam tugasnya sebagai seorang istri dan seorang ibu. Universitas Sumatera Utara