Kurang Adanya Kepercayaan Satu Sama Lain

20 ”Oh, begitu? Dan Mama lebih memerhatikan Toni ketimbang anak-anak kita?” ”Cukup, Pa Mama nggak pilih kasih. Mama sayang dengan mereka semua. Dan satu hal, Toni sudah nggak punya siapa-siapa. Mama kasihan dengan anak itu. Mama nggak mau T oni menjadi anak terlantar” ”Itu memang pantas untuknya, Ma.” “Pa? Apa Papa pikir Papa sudah menjadi sosok ayah yang bertanggung jawab? Kenapa Papa nggak sedikit pun punya belas kasihan ke Toni?” ”Dia bukan anakku, Ma. Dia anak haram” ”Pa” bentak Hartati keras. ”Papa jangan berkata seperti itu. Toni anak Mama dan Papa tahu itu. Kenapa dulu Papa menikahi Mama? Bukankah Papa tahu Mama mengandung Toni? Kenapa, Pa? Jawab” Hartati terlihat berang. Nugroho, 2013:106-107. Pada cerita di atas tergambar keegoisan Dirjam kepada Hartati. Dirjam tidak mengizinkan Hartati untuk mengunjungi Toni, sedangkan Dirjam sudah mengetahui bahwa Hartati sudah mempunyai anak dari lelaki lain. Keegoisan Dirjam seperti pada kutipan di atas merupakan salah satu faktor terjadinya pertengkaran.

4.1.1.2 Kurang Adanya Kepercayaan Satu Sama Lain

Kepercayaan dalam keluarga sangat berpengaruh dalam membangun keutuhan keluarga. Adanya saling percaya antar anggota keluarga, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya akan menciptkan keluarga yang harmonis. Membangun kepercayaan di dalam keluarga hendaknya saling terbuka dan jujur terhadap segala sesuatu. Keluarga merupakan tempat berlindung dan tempat keluh kesah. Masalah-masalah yang terjadi hendaknya dibicarakan pada keluarga, sehingga tidak adanya rahasia di dalam keluaraga. Komunikasi yang baik di antara anggota keluarga juga sangat penting untuk membangun kepercayaan pada keluarga. Kurangnya komunikasi akan menyebabkan kesalahpahaman antaranggota keluarga. Universitas Sumatera Utara 21 Dalam keluarga Chacha tergambar kurangnya kepercayaan antara satu dengan yang lainnya dalam keluarga. Sehingga terjadinya kesalahpahaman dalam keluarga dan menimbulkan konflik. Seperti pada kutipan berikut : ”Ini nggak seperti yang kamu bayangkan. Mama nggak ada hubungan apa- apa dengan laki- laki itu.” ”Mama nggak usah berkelit. Chacha sudah melihatnya sendiri. Kalau bukan siapa- siapa lantas dia siapa?” ”Cha… percaya sama Mama.” ”Alaaah… Mama itu munfik Mama pikir Chacha nggak tahu apa yang Mama lakukan di luar sana? Mama pacaran sama cowok itu kan?” ”Cha Jaga bicaramu” Hartati marah. ”Kamu pikir Mama ini apa?” bentak Hartati emosi. ”Mama sama aja seperti perempuan malam Tante-tante girang yang haus kepuas an” sahut Chacha emosi. Nugroho, 2013:63-64. Dari dialog di atas terlihat bahwa Chacha menuduh Hartati memiliki hubungan dengan lelaki berondong karena ia melihat Hartati pergi bersama lelaki muda. Ia tidak mau mendengar penjelasan dari mamanya terlebih dahulu. Chacha terus menyebut ibunya perempuan jalang dan ia tidak sadar bahwa ia sudah kurang ajar sebagai seorang anak terhadap ibunya. Chacha tidak memercayai Hartati, sehingga terjadinya konflik antara ia dan Hartati. Hartati kesal karena tuduhan Chacha, dan emosinya meluap sehingga ia tidak sadar menampar Chacha. Chacha pun pergi dan masih bersikap kasar pada ibunya. Seperti pada kutipan berikut, Chacha melihat ibunya bersama lelaki lagi. ”Dengar dulu penjelasan Mama, Cha…ini… nggak seperti yang kamu bayangkan.” ”Penjelasan apalagi? Chacha malu, Ma, punya orang tua seperti Mama Mama itu seperti tante- tente girang” ”Cukup” bentak Toni seketika. Ia nggak terima Hartati diperlakukan begitu oleh Chacha. Chacha jadi berang karena merasa ada orang lain ikut campur masalah keluarganya. ”Eh, kamu nggak usah ikut campur Ini urusan aku dan mamaku” ”Dan kamu sudah menyakiti perasaan mamaku” sahut Toni emosi. Universitas Sumatera Utara 22 Chacha terdiam. Matanya terbelalak kaget. Syok mendengar pengakuan cowok itu. Sementara itu, suasana kafe jadi ramai karena suara mereka. ”Apa? Mamamu? Oh… jadi kamu anak selingkuhan mamaku? Begitu?” Chacha tertawa sinis. ”Pantas saja kamu seperti ayahmu” Nugroho, 2013:104. Dari cerita di atas, tergambar Hartati bersama anak dari kekasihnya dulu, yaitu Toni. Hartati sangat menyayangi Toni seperti menyayangi Chacha, Dewa, dan Dimas. Sesekali ia pergi keluar bersama Toni. Sebagai ibu, Hartati sangat mengkhawatirkan anaknya. Toni sama seperti Chacha, hobi balapan dan berteman dengan anak jalanan. Hartati menasihati Toni, juga memberitahukan agar mereka tidak bertemu lagi di tempat umum. Sebab, Hartati tidak mau orang berpikiran negatif padanya. Sudah tidak asing lagi di zaman saat ini, seorang wanita paruh baya memiliki hubungan spesial dengan lelaki yang lebih muda atau brondong. Namun, Chacha sudah berpikir negatif sebelum tahu kebenarannya. Ia melihat ibunya sedang berduaan di kafe dengan lelaki muda, dan ia langsung mengira bahwa ibunya memiliki simpanan. Chacha adalah anak pemberani dan tidak memperdulikan sekitar. Chacha emosi, ia datang dan menghardik ibunya juga Toni. Tetapi setelah ia tahu bahwa Toni adalah anak mamanya, ia kaget dan terdiam. Konflik seperti ini terjadi karena Hartati tidak pernah menceritakan tentang Toni pada Chacha, sehingga Chacha menjadi salah paham. Pada awalnya, Chacha pun sudah tidak memiliki kepercayaan terhadap ibunya sendiri. Universitas Sumatera Utara 23 4.1.2 Faktor Situasi Khusus dalam Keluarga 4.1.2.1 Suami Istri Sering Meninggalkan Rumah karena Kesibukan di Luar Kesibukan orang tua merupakan salah satu alasan kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga. Ayah berfungsi mencari nafkah, tetapi ia juga memiliki kewajiban untuk memberikan kasih sayang dan perhatiannya terhadap anak-anaknya. Begitu juga dengan ibu, tetapi ibu tidak berkewajiban untuk mencari nafkah. Namun, zaman modern seperti saat ini, wanita sudah mengalami kemajuan. Wanita tidak lagi hanya mengurusi rumah tangga saja, tetapi sebagian wanita juga sibuk membangun karirnya. Sehingga banyak ditemui keluarga yang kedua orang tuanya sama-sama sibuk bekerja. Tetapi, orang tua tidak berpikir bagaimana dampak dari kesibukan mereka. Mereka beralasan bahwa sibuk bekerja sangat penting untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka tidak sadar, bahwa kebutuhan keluarga tidak hanya kebutuhan untuk makan dan minum. Tetapi masih ada kebutuhan perhatian dan kasih sayang yang juga sangat penting untuk membangun keluarga yang hamonis. Orang tua Chacha sering sekali berada di luar rumah dan jarang meluangkan waktu untuk keluarga mereka. Dirjam adalah calon anggota legislatif dan memiliki usaha, sedangkan Hartati ibu arisan yang sering ke luar kota bersama ibu-ibu jetset Kelompok ibu-ibu yang senang berfoya-foya. Dewa juga jarang berada di rumah dan sibuk mengurusi pekerjaan. Ini mengakibatkan terjadinya disfungsi keluarga dalam keluarga Chacha. Contoh pada kutipan berikut ini : Universitas Sumatera Utara 24 ”… Di depan pintu terlihat Hartati juga baru pulang. Dirjam menatapnya dengan tajam. ”Mama dari mana aja? Anak sama ibu sama aja” ”Mama ada urusan” Hartati menjawab sekenanya. Ia langsung masuk ke kamar. Nggak peduli dengan teguran Dirjam. Dirjam pun tak ambil pusing. Tak berapa lama mobilnya melaju meninggalkan perumahan mewah. Nugroho, 2013:30. Dalam percakapan singkat antara Dirjam dan Hartati sebagai pasangan suami istri terlihat bahwa Hartati sebagai istri yang berperan sebagai ibu rumah tangga untuk mengurus rumah dan anak tidak menjalankan fungsi tersebut. Hartati pergi dan pulang pada pagi hari. Selain itu, percakapan antara Dirjam dan Hartati terlihat tidak adanya kepedulian satu sama lain. Hartati sebagai istri Dirjam seharusnya menghormati suaminya, tetapi dalam percakapan di atas sikap Hartati masa bodoh terhadap Dirjam. Hal ini merupakan penyebab disfungsi keluarga. ”… Chacha meraih handuk digantungan, lalu masuk ke kamar mandi. Ia menghidupkan shower dan membiarkan air membasahi wajah dan tubuhnya. Lalu ia duduk di lantai sambil tertunduk. Terpaku memikirkan keluarganya yang sudah amburadul. Ia sungguh nggak suka dengan kelakuan mamanya yang hobi foya-foya. Suka keluar kota bersama ibu-ibu jetset. Menghabiskan uang pergi berlibur ke luar negeri. ” Nugroho, 2013:45. Dari paragraf di atas tergambar bahwa Hartati suka berlibur ke luar negeri bersama ibu-ibu arisan. Ia lebih senang berfoya-foya di luar daripada mengurus rumah tangganya dan anak-anaknya. Dirjam menghela napas.”Maafkan papa, Cha. Ya kamu lihat sikap mamamu. Mamamu sibuk dengan dirinya sendiri.” ”Papa juga sama, papa sibuk ngurusi partai yang nggak jelas” ”Chaa… urusan papa banyak sekali. Bukan partai saja. Papa harus berpikit bagaimana usaha papa bisa berkembang.” ”Papa masih bisa ya berpikiran seperti itu sementara papa nggak memberi perhatia n ke Chacha dan Dimas?” Nugroho, 2013:46-47. Universitas Sumatera Utara 25 Percakapan antara Dirjam dan Chacha menggambarkan bahwa Chacha menginginkan papanya tidak hanya sibuk di luar, tetapi juga memberikan perhatian kepada Chacha dan adiknya. Tetapi dalam konteks di atas, Dirjam tidak menyadari penuh bahwa fungsi seorang ayah bukan hanya mencari nafkah tetapi juga membagi waktu kepada anak-anaknya. Dirjam juga terlihat menyalahkan Hartati sebagai seorang ibu yang seharusnya mengurusi anak-anak. Selain Dirjam dan Hartati sebagai orang tua yang sibuk dengan urusan masing-masing, Dewa sebagai abang Chacha juga sibuk dan jarang di rumah. Seperti pada kutipan berikut: ”Papa dan abangmu sudah pergi. Kelihatannya mereka sibuk sekali,” ucap Hartati seraya duduk di kursi. ”Mama nggak usah ngomongin Papa dan Bang Dewa. Biasanya juga mama udah kabur pagi-pagi buta. Tumben mama mau masak sarapan. Ada apa sebenarnya?” Halaman 2013:49. Tergambar pada dialog di atas bahwa Hartati tidak menyadari bahwa dirinya juga sering sibuk di luar rumah, sama seperti Dirjam dan Dewa. Chacha pun kesal karena Hartati tidak sadar akan prilakunya. Pada dialog di atas juga terlihat Chacha yang heran melihat ibunya membuat sarapan untuknya.

4.2 Dampak-Dampak Disfungsi Keluarga Chacha pada Novel Cinta