EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG 1. Sifat Kimia Bunga Kecombrang

23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. EKSTRAK BUNGA KECOMBRANG 1. Sifat Kimia Bunga Kecombrang

Menurut Valianty 2002, potensi antibakteri yang paling tinggi terdapat pada kelopak bunga optimal sehingga bunga kecombrang yang dipakai dalam penelitian adalah bunga kecombrang optimal Gambar 4. Bagian bunga kecombrang yang dipakai dalam pembuatan ekstrak adalah daun pelindung dan daun gagang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air bunga kecombrang adalah 90,23. Hasil pengukuran kadar air dapat dilihat pada Lampiran 1. Keterangan : a : daun pelindung b : daun gagang Gambar 2. Bunga kecombrang yang dipakai dalam penelitian Ekstrak kecombrang yang dipakai dalam penenelitian ada dua jenis yaitu ekstrak segar dan ekstrak rebus. Bunga kecombrang diekstrak menggunakan air. Pemakaian air sebagai pelarut bertujuan untuk memudahkan pembuatan ekstrak. Air merupakan pelarut yang bersifat polar, sehingga diharapkan dapat mengekstrak komponen-komponen polar dengan baik. Komponen polar yang ada dalam bunga kecombrang adalah fenolik, terpenoid, alkaloid, saponin, dan glikosida Naufalin, 2005. a b a 24 Hasil rendemen pada ekstraksi bangle Zingiber cassumunar menunjukkan rendemen ekstrak tertinggi dihasilkan dengan air bebas ion, kemudian etanol, dan rendemen terendah dengan metanol. Komponen flavonoid yang terdapat dalam ekstrak air bebas ion dan ekstrak etanol menunjukkan adanya komponen flavonoid yang sama Darusman, 2001. Perhitungan rendemen bunga kecombrang juga dilakukan untuk menentukan harga jual mie basah. Hasil penelitian Lampiran 2 menunjukkan rata-rata berat bunga kecombrang adalah 71,40 g. Rendemen kelopak bunga terhadap kecombrang utuh tanpa batang adalah 57,16. Tabel 3. Sifat kimia ekstrak bunga kecombrang Jenis ekstrak w kelopak : w air Perlakuan Rendemen pH Total fenol mgml TPC cfug Dengan klorin Tanpa klorin 1:3 Segar 67,53 3,03 0.4671 1,5x10 4 1,5 x 10 4 Rebus 59,75 3,09 0.6099 - 1:5 Segar 79,10 3,69 0.3269 5,3x10 4 2,7 x 10 4 Rebus 73,43 3,71 0.5411 - Hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa rendemen ekstrak segar lebih besar daripada ekstrak rebus. Proses perebusan dapat menguapkan air sehingga mengurangi rendemen. Ekstrak dengan perbandingan 1:3 memiliki pH yang lebih rendah daripada ekstrak 1:5 karena komponen yang terekstrak lebih banyak. pH bunga kecombrang adalah 3,89, lebih tinggi daripada pH ekstrak karena perbandingan air yang digunakan lebih besar yaitu 1:10. Pengukuran total fenol bertujuan untuk mengetahui kadar total komponen fenolik pada ekstrak bunga kecombrang. Komponen bunga kecombrang telah diketahui terdiri atas alkaloid, flavonoid, polifenol, steroid, saponin, dan minyak atsiri Tampubolon et al., 1983. Menurut Rahayu, 1999, komponen bioaktif pada golongan zingiberaceae yang terbanyak adalah dari jenis flavonoid yang merupakan salah satu golongan fenolik alam terbesar dan terpenoid. Senyawa fenolik merupakan substansi dengan cincin aromatik yang memiliki satu atau lebih gugus hidroksil dan alkil. Senyawa fenolik tanaman 25 telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif seperti Staphylococcus spp., Bacillus sp. atau terhadap bakteri Gram negatif seperti Pseudomonas sp. dan koliform Haraguchi et al., 1998. Hasil penelitian Tabel 3 menunjukkan kadar komponen fenolik rata- rata pada ekstrak rebus 1:3 adalah 0,6099 mgml, ekstrak rebus 1:5 adalah 0,5411 mgml, ekstrak segar 1:3 adalah 0,4761 mgml, dan total fenol pada ekstrak segar 1:5 adalah 0,3269 mgml. Hasil perhitungan total fenol selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Total fenol dalam ekstrak rebus lebih tinggi daripada ekstrak segar karena pemanasan dapat melepaskan komponen fenolik dalam ekstrak. Menurut Pokorny, et al. 2001, beberapa komponen fenolik seperti antosianin dan betasianin pada saat dipanaskan akan mengalami transformasi menjadi senyawa yang lebih aktif yaitu dari glikosida menjadi aglikon. Dalam pembuatan ekstrak segar, kelopak bunga direndam selama 2 menit dalam natrium hipoklorit untuk mengurangi jumlah mikroba awal. Hipoklorit merupakan senyawa klorin yang paling aktif dan paling banyak digunakan sebagai sanitiser. Kalsium hipoklorit dan sodium hipoklorit merupakan komponen utama dari hipoklorit. Sanitiser ini sangat efektif dalam mendeaktivasi sel mikroba dalam aqueous suspension dan membutuhkan waktu kontak sekitar 1.5-100 detik. Konsentrasi klorin bebas yang dibutuhkan untuk inaktivasi spora bakteri sekitar 10-1000 kali lebih tinggi untuk sel vegetatif. Jadi, hipoklorit memiliki kemampuan yang terbatas untuk membunuh spora bakteri Marriott, 1985. Pada pembuatan ekstrak rebus, kelopak bunga tidak dicuci dulu dengan larutan klorin. Ekstrak rebus dibuat dengan cara mengiris-iris kelopak bunga kecombrang kemudian direbus sampai mendidih selama 5 menit. Kelopak bunga diiris tipis ± 1 cm untuk memperbesar luas permukaan bunga sehingga komponen di dalamnya dapat terekstrak dengan baik. Kedua jenis ekstrak tersebut kemudian dianalisis total mikrobanya. Total mikroba pada ekstrak rebus 1:3 dan 1: 5 adalah 0. Sedangkan total mikroba ekstrak segar 1:3 adalah 1,5x10 4 cfug dan total mikroba 26 ekstrak segar 1:5 adalah 5,3x10 4 cfug. Hasil TPC ekstrak segar yang direndam dengan klorin dan tidak direndam klorin tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena larutan klorin yang digunakan sudah tidak segar. Menurut Fardiaz 1992, larutan klorin yang digunakan sebagai disinfektan harus dalam kondisi segar karena akan terdissosiasi sehingga menurunkan daya kerjanya. Total bakteri dalam air juga mempengaruhi total bakteri ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total bakteri dalam air yang dipakai untuk membuat ekstrak adalah 1,9x10 3 cfug. Hasil perhitungan TPC ekstrak selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Total mikroba pada ekstrak rebus adalah 0. Hal ini dikarenakan adanya proses pemanasan yang dapat mematikan mikroba. Sedangkan total mikroba ekstrak segar 1:3 lebih sedikit daripada total mikroba ekstrak segar 1:5 karena ekstrak lebih pekat sehingga komponen bunga yang terekstrak lebih banyak. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis total fenol yang menunjukkan bahwa komponen fenolik yang terdapat dalam ekstrak segar 1:3 lebih besar daripada ekstrak segar 1:5.

B. APLIKASI EKSTRAK PADA MIE BASAH 1.