BAHAN DAN ALAT 1. Bahan TAHAPAN PENELITIAN

14 III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga kecombrang Nicolaia sp. Horan yang diperoleh dari daerah Kutoarjo, Jawa Tengah. Bunga yang dipakai adalah bunga mekar optimal dan bagian bunga yang dipakai adalah daun pelindung dan daun gagang. Bahan untuk membuat mie basah antara lain tepung terigu merk Segitiga Biru dan Cakra Kembar, garam dapur, soda abu, dan air. Bahan yang digunakan untuk analisis mikrobiologis, fisik, kimia, dan organoleptik meliputi Plate Count Agar PCA, Acidified Potato Dextrose Agar APDA, Eosin Methylene Blue Agar EMBA, Brilliant Green Lactose Bile Broth BGLBB, Tryptone Broth TB, Methyl Red Voges Proskauer MRVP, Koser Sitrat, pereaksi IMViC, NaCl, plastik Low Density Polyethylene LDPE, alkohol, etanol 95, air bebas ion, folin ciocalteau, Na 2 CO 3 , dan asam tanat.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian terdiri dari alat untuk membuat mie basah, yaitu timbangan, wadah, ayakan, pengaduk, alat pembuat mie noodle machine, panci, pisau, gelas ukur, dan mixer. Alat untuk ekstraksi bunga kecombrang adalah blender, panci, saringan dan kompor. Alat-alat yang digunakan untuk analisis mikrobiologi, fisik, dan kimia antara lain: cawan petri, inkubator, bunsen, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, desikator, pipet, otoklaf, oven, pH-meter, Aw meter, chromameter, dan spektrofotometer. 15

B. TAHAPAN PENELITIAN

1. Analisis Kimia Bunga Kecombrang

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui sifat kimia bunga kecombrang yaitu kadar air, pH, dan kandungan total fenol. Kadar air diukur mengunakan metode oven sedangkan pH diukur menggunakan pH meter. Kandungan fenol diukur menggunakan metode Chandler dan Dodds yang dimodifikasi Shetty et al., 1995.

2. Pembuatan Ekstrak Kecombrang

Ekstrak kecombrang yang akan digunakan adalah ekstrak segar dan ekstrak rebus. Ekstrak segar diperoleh dengan menghancurkan bunga kecombrang menggunakan blender selama 3 menit kemudian disaring menggunakan kain saring kain batis. Sedangkan ekstrak rebus diperoleh dengan merebus bunga kecombrang sampai mendidih selama 5 menit dan disaring. Perbandingan air yang digunakan dalam ekstrak ada dua macam yaitu 1:3 dan 1:5. Ekstrak 1:3 berarti perbandingan antara berat kelopak dan berat air adalah 1:3, sedangkan ekstrak 1:5 berarti perbandingan antara berat kelopak dan berat air adalah 1:5.

3. Aplikasi Ekstrak Kecombrang ke Dalam Mie Basah

Tahap ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak kecombrang terhadap mutu mie basah yang dihasilkan. Secara umum proses pembuatan mie basah meliputi formulasi bahan, pencampuran bahan, pembentukan lembaran, pemotongan, dan pembentukan mie. Bahan utama yang digunakan adalah tepung terigu Segitiga Biru dan Cakra Kembar dengan perbandingan 1:1. Bahan-bahan lain yang digunakan adalah garam dapur, natrium karbonat, dan air. Formulasi mie basah dibuat dengan komposisi tepung terigu Cakra kembar dan Segitiga Biru 1:1, 1 garam, 35 air, dan 0.6 natrium karbonat Na 2 CO 3 dari berat terigu yang digunakan. 16 Ekstrak bunga kecombrang yang diaplikasikan ditambahkan ke dalam campuran air. Persentase ekstrak yang digunakan bervariasi sehingga diperoleh beberapa formula. Kontrol yang digunakan adalah mie basah tanpa penambahan ekstrak kecombrang. Formulasi penggunaan ekstrak bunga kecombrang pada mie basah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Formula mie basah dengan penambahan ekstrak kecombrang Komposisi Persentase ekstrak kecombrang kontrol 10 20 30 40 50 Cakra Kembar g 300 300 300 300 300 300 Segitiga Biru g 300 300 300 300 300 300 Garam g 6 6 6 6 6 6 Na 2 CO 3 g 3.6 3.6 3.6 3.6 3.6 3.6 Air g 204 183.6 163.2 142.8 122.4 102 Ekstrak g 20.4 40.8 61.2 81.6 102 Mie basah yang sudah jadi kemudian dikemas menggunakan plastik LDPE dengan berat 50 g mie basah per plastik dan diseal. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan mie basah segar dan pengamatan umur simpan.

4. Pengamatan Mutu Mie Basah Segar

Pengamatan mutu mie basah segar bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak kecombrang terhadap warna, tekstur, dan aroma mie basah segar secara visual.

a. Warna

Pengamatan warna secara visual dilakukan dengan memberikan tanda + sesuai dengan intensitas warnanya. Warna Intensitas Cerah + Agak gelap + + Gelap + + + Sangat gelap + + + + 17

b. Tekstur

Pengamatan warna secara visual dilakukan dengan memberikan tanda + sesuai dengan kekenyalan mie basah. Kekenyalan Intensitas Lunak + Agak kenyal + + Kenyal + + + Sangat kenyal + + + +

c. Aroma

Pengamatan aroma secara visual dilakukan dengan memberikan tanda + sesuai dengan aroma mie basah Aroma kecombrang Intensitas Lemah + Agak kuat + + Kuat + + + Sangat kuat + + + +

5. Pengamatan Umur Simpan Mie Basah Mentah

Pengamatan umur simpan mie basah mentah dilakukan setiap 6 jam dengan deteksi bau asam. Pengamatan dilakukan dengan cara membuka satu plastik mie mentah dan mencium baunya. Mie yang telah terdeteksi bau asamnya berarti telah rusak. Mie basah yang mempunyai umur simpan paling lama kemudian dipilih untuk diamati perubahan nilai pH, warna, mutu mikrobiologi, dan mutu organoleptik. Pengukuran pH, warna, dan mikrobiologi dilakukan setiap 12 jam. Nilai pH mie basah diukur dengan menggunakan alat pH meter. Pengukuran warna dilakukan menggunakan alat chromameter, sedangkan mutu mikrobiologi dapat diketahui dengan menganalisis total mikroba TPC dan total kapang khamir. Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap mie basah yang telah ditambah dengan ekstrak kecombrang. 18 Kadar Air bb = a-ba x 100

C. PENGAMATAN