2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Kerangka Teoritis
Logo merupakan elemen yang sangat penting untuk sebuah organisasi, lembaga, atau badan-badan lainnya. Didalam logo pun terdapat arti dan tujuan
dari yang memakainya, baik dari warnanya, gambarnya, tulisannya maupun pembuatannya..
Logo atau lambang Majelis Adat Budaya Melayu ini dibentuk atas dasar kecintaan terhadap suku melayu serta untuk melestarikan kebudayaannya. Selain
itu, didasarkan ketakutan akan pudarnya adat budaya di generasi yang akan datang apabila tidak ada suatu wadah organsasi yang mampu menjaga adat istiadat
Melayu. Berangkat dari hal-hal tersebut diatas, terbentuklah Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat MABM-KB yang diharapkan mampu untuk
meneruskan adat istiadat dari generasi ke generasi sekaligus menunjukan eksistensi akan budaya Melayu di Indonesia.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori segitiga makna triangle meaning Charles Sander Peirce yang terdiri atas sign tanda, object
objek, dan interpretant interpretan sebagai acuan. Menurut Peirce salah satu bentuk adalah kata. Sedangkan objek adalah tanda yang ada dalam benak
sesorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Sobur, 2002:115. Peirce juga mengatakan bahwa tanda itu sendiri
merupakan contoh dari kepertamaan, objeknya adalah kedua, dan penafsiran unsur pengantara adalah contoh dari ketigaan.
Ketigaan yang ada dalam konteks pembentukan tanda juga membangkitkan semiotika yang tidak terbatas, selama satu penafsiran gagasan yang membaca
tanda sebagai tanda bagi lain yaitu dari suatu makna penanda bisa ditangkap oleh penafsiran lainnya. Penafsiran ini adalah unsur yang harus ada untuk mengaitkan
tanda dengan objeknya induksi, deduksi, penangkap membentuk tiga jenis penafsiran yang penting.
Agar bisa ada sebagai suatu tanda, makna tersebut harus ditafsirkan yang dikupas teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari
sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan segitiga makna Peirce lazimnya ditampilkan seperti gambar berikut :
Gambar 2.1 Segitiga Semiotik C.S.Peirce
Sign
Interpretant Object
Sumber : Sumbo Tinarbuko, 2008, dalam buku semiotika komunikasi visual Menurut Peirce tanda ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain
dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu kepada suatu yang lain, oleh Peirce disebut objek. Mengacu berarti mewakili atau menggantikan, tanda
baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant, jadi interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri
penerima tanda, artinya tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground yaitu pengetahuan tentang sistem
tanda dalam suatu masyarakat. Hubungan ketiga unsur yang dikemukakan oleh Peirce terkenal dengan nama segitiga semiotik.
Untuk menjabarkan konsep relasi makna tanda, objek, dan interpretan C.S Peirce memberikan pembagian tanda dalam tiga bagian yaitu : ikon, indeks,
simbol. Ikon, adalah tanda yang dicirikan oleh persamaannya resembles dengan
objek yang digambarkan. Tanda visual seperti adalah ikon, karena tanda yang ditampilkan mengacu pada persamaannya dengan objek.
Indeks, adalah hubungan langsung antara sebuah tanda dan objek yang kedua-duanya dihubungkan. Indeks, merupakan tanda yang hubungan
eksistensialnya langsung dengan objeknya. Sebuah indeks dapat dikenali bukan hanya dengan melihat seperti halnya dalam ikon, tetapi juga perlu dipikirkan
hubungan antara dua objek tersebut. Simbol, adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan
konvensi, kesepakatan, atau aturan. Makna dari suatu simbol ditentukan oleh suatu persetujuan bersama, atau diterima oleh umum sebagai suatu kebenaran
tanda.
Bagi Peirce tanda merupakan sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda selalu terdapat
dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda menjadi qualisign, sinsign,
dan legisign. 1.
Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. 2.
Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda.
3. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda.
Sedangkan berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas tiga bagian yaitu, rheme, dicent sign atau decisign, dan argument.
1. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan
berdasarkan pilihan. 2.
Decisign adalah tanda sesuai kenyataan. 3.
Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.
Ikon, indeks, dan simbol merupakan perangkat hubungan antara dasar bentuk, objek referenti, dan konsep interpretant.
2.2.2 Kerangka Konseptual