Aktivitas Komponen Bioaktif Daun Beluntas

29 penuh menjadi asam amino Harbone 1987. Hasil penelitian Sinaga 2006 menunjukkan konsumsi pakan itik lokal fase produksi yang mendapat pakan dengan tepung daun kaliandra sebanyak 9 kandungan tanin sebesar 0,054 lebih rendah daripada yang mendapat pakan dengan tepung daun kaliandra 6 kandungan tanin sebesar 0,036. Hal ini berarti palatabilitas ransum yang mengadung tanin sebesar 0,054 sudah menurun. Minyak atsiri suatu tumbuhan digolongkan ke dalam terpenoid. Terpenoid terdiri atas monoterpena dan seskuiterpena yang mudah menguap C10 dan C15, diterpena yang lebih sukar menguap C20 sampai ke triterpenoid dan sterol yang tidak menguap C30 serta pigmen karetonoid Harbone 1987.

2.3.3 Aktivitas Komponen Bioaktif Daun Beluntas

Daun beluntas berbau khas aromatis dan rasanya getir. Daun tersebut, pada manusia, berkhasiat menghilangkan bau badan dan penyegar Dalimartha 1999. Flavonoid mempunyai banyak efek biokimia dan farmakologi termasuk antibakteri, antioksidan, juga dilaporkan mempunyai kemampuan sebagai antikanker Schewe dan Sies 2003. Penelitian Ardiansyah 2005 menunjukkan bahwa ekstrak polar daun beluntas dapat menghambat bakteri patogen penyebab keracunan makanan seperti Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus dan Baccilus cereus, bakteri penyebab kebusukan makanan Pseudomonas fluorescens dan bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan Escherichia coli sehingga diakui daun beluntas bermanfaat menyembuhkan berbagai penyakit yang diakibatkan infeksi bakteri. Adanya penghambatan bakteri diduga karena daun beluntas mengandung komponen aktif pluchine, asam kafeoilkunat, saponin, flavonoid Syamsuhidayat dan Hutapea 1991, fenol hidrokuinon Ardiansyah 2002. Beluntas Pluchea indica L. Less merupakan salah satu tanaman herba, mengandung fenol Andarwulan et al. 2008, flavonoid Van Valkenburg dan Bunyapraphatsara 2001; Widyawati 2004 dan vitamin C Traithip 2005 . Kandungan total fenol dan total flavonoid daun beluntas 30 masing-masing sebesar 1 030,03 mg100 g b.k dan 79,19 mg100 g b.k. Kandungan fenol dan flavonoid beluntas lebih rendah dari sayuran indigenous lain, yaitu kenikir dan lebih tinggi dari kemangi. Total fenol dan flavonoid kenikir berturut-turut sebesar 1 225,88 mg100 g b.k dan 420,85 mg100 g b.k., sedangkan total fenol dan flavonoid kemangi masing-masing sebesar 784,32 mg100 g b.k dan 69,78 mg100 g b.k. Ketiga jenis sayuran indigenous tersebut mempunyai kapasitas antioksidan yang diukur dengan metode TBA penghambatan pembentukan MDA masing-masing sebesar 95,15, 98,55 dan 97,04 Andarwulan et al. 2008. Senyawa fenol asal tanaman mempunyai kemampuan sebagai antioksidan Kruawan Kangsadalampai 2006; Apak et al. 2007; Huda-Faujan et al. 2007; Ribeiro et al. 2007; Huda-Faujan et al. 2009; Ahmed dan Beigh 2009, melindungi sel dari kerusakan oksidatif Moskaug et al. 2005 atau menetralkan oksidan reaktif dengan cara mendonorkan hidrogen, menghelat logam, interaksi dengan protein, menghambat kerja beberapa enzim lipoksigenase, siklooksigenase, xantin oksidase. Hidrogen akan bereaksi dengan reaktif oksigen spesies ROS atau reaktif nitrogen spesies RNS pada tahap reaksi terminasi yang akan memutus siklus generasi radikal baru Pereira et al. 2009. Flavonoid menunjukkan kemampuannya sebagai antioksidan Beecher 2003; Apak et al. 2007 dengan cara : 1 menangkap radikal bebas: ROS . OH, O 2- , 1 O 2 , dan RNS RO . , ROO . ; 2 menghelat ion logam, jadi menutupi aksi prooksidan; 3 menghambat kerja enzim prooksidan lipoxygenase. Lipoksigenase sebagai katalis enzim lipid peroksidasi yang mempunyai kemampuan mendioksigenasi tidak hanya asam arachidonat dan linoleat, tetapi juga fosfolipid, ester kolesterol dan bahkan struktur biologis kompleks seperti biomembran dan plasma lipoprotein. Daya kerja flavonoid sebagai antioksidan dengan cara menghelat logam dan menangkap oksigen radikal dan radikal bebas scavenger seperti pada Gambar 5 Cadenas 2004. Beluntas mengandung flavonoid jenis flavonol: kuersetin, mirisetin dan kaemperol Andarwulan et al. 2008. Kuersetin mempunyai aktivitas 31 antioksidan yang tinggi Kahkonen dan Heinonen 2003; Prior 2003; Cadenas 2004; Simić et al. 2007. Kuersetin dapat menurunkan kolesterol, sehingga flavonoid ini sangat menguntungkan dalam penanggulangan penyakit jantung koroneratherosclerosis Ricardo et al. 2001. Flavonoid kuersetin dan isorhamnetin 3-O-asilglukosida menekan ledakan oksidatif dan melindungi membran terhadap peroksidasi lipid Zieliñska et al. 2001. Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan Panovskai et al. 2005 atau antiradikal karena adanya orto hidroksilasi pada cincin B dari molekul flavonoid, sejumlah gugus hidroksil bebas, ikatan rangkap C-C pada cincin C, atau adanya kelompok 3-hidr oksil Burda dan Oleszek β001; Zieli ska et al. 2001, susunan katekol pada cincin B atau A, grup karbonil dengan ikatan rangkap 2,3 pada cincin C Schewe dan Sies 2003. Gambar 5 Penghambatan peroksidasi lemak oleh flavonoid Cadenas 2004 Vitamin C disebut sebagai antioksidan karena dengan mendonorkan elektronnya vitamin C dapat mencegah senyawa lain teroksidasi Padayatty et al. 2003. Vitamin C tidak hanya dapat menetralkan radikal hidroksil . OH, alkoksil . OL dan peroksil LOO . dengan mendonorkan hidrogen, vitamin C juga bisa menetralisir bentuk radikal antioksidan lain, seperti glutation . GS dan vitamin Etokoferol . Toc Best 2010. Vitamin C berfungsi sebagai scavenger, merusak singlet oksigen, aktif pada kondisi oksigen tinggi dan sebagai regenerator vitamin E Cadi Group Mengkelat logam Antioksidan pemutus rantai Menangkap radikal bebas Inisiasi Propagasi Alkil radikal Peroksil radikal Lipid peroksida Alkoksil radikal Alkohol 32 1997. Vitamin C berperan sebagai antioksidan hidrofilik, sedangkan vitamin E berperan sebagai antioksidan lifofilik Niki et al. 1995. Vitamin C melindungi membran terhadap peroksidasi melalui peningkatan aktivitas vitamin E. Vitamin C menurunkan pembentukan radikal tokoperoksil mempertahankan aktivitas penangkapan radikal oleh vitamin E. Beta-karoten berfungsi sebagai pemutus reaksi berantai, menangkap radikal bebas, menetralisir singlet oksigen dan aktif pada kondisi oksigen rendah. Beta-karoten adalah molekul yang panjang saling berikatan dengan 11 ikatan rangkap konjugasi. Satu molekul beta-karoten dapat menangkap lebih dari 1000 molekul singlet oksigen Gambar 6. Sifat ini membuat beta- karoten sebagai penangkap singlet oksigen yang sangat potensial Cadi Group 1997. Gambar 6 Aktivitas beta-karoten sebagai antioksidan Niki et al. 1995 mengemukakan bahwa beta-karoten mempunyai sifat sinergistik dengan vitamin E pada membran sel dan LDL. Vitamin E bekerja pada permukaan sel, sedang beta-karoten bekerja di bagian dalam sel. Mekanisme penghambatan oksidasi oleh vitamin C, beta-karoten, dan vitamin E disajikan pada Gambar 7. Polifenol merupakan antioksidan yang bersama-sama dengan antioksidan lainnya seperti vitamin C, vitamin E, dan karotenoid melindungi jaringan tubuh dari kerusakan akibat stress oksidatif Scalbert Williamson 2000. Polifenol merupakan antioksidan yang paling banyak dalam makanan, dan asupannya dapat mencapai 1 ghari atau 10 kali lebih tinggi dari asupan vitamin C, 100 kali lebih tinggi dari vitamin E dan Beta Karoten Radikal Beta Karoten Radikal Peroksil 33 karotenoid Scalbert et al. 2005. Fenolik dan kombinasi vitamin C dengan agen penghelat memberikan proteksi terhadap oksidasi lipid yang terbaik Caldironi dan Bazan 1982. Lutein kelompok carotenoid asal kaliandra mampu bertindak sebagai antioksidan dan mengurangi jumlah vakuola lemak hati. Lutein mampu berikatan dengan lemak sehingga tidak berdiri sendiri sebagai radikal bebas, karotenoid mempunyai sifat antioksidan yang sangat baik, dan perubahan pengaruh pakan baru terlihat paling sedikit setelah dua minggu pemberian Sinaga 2006. Gambar 7 Skema penghambatan oksidasi pada membran dan LDL oleh kombinasi - karoten B, vitamin C C, dan vitamin E E LH = Lipida; L = radikal lipida; LO 2 = radikal lipida peroksil; LOOH = lipida hidroperoksida; B = radikal derivasi - karoten; BO 2 = radikal - karoten ; BOOH = - karoten hidroperoksida’E= radikal vitamin E; C= radikal vitamin C Niki et al. 1995 Selain itu, flavonoid juga mempunyai kemampuan menonaktifkan enzim 5-lipoksigenase yang berperan menstimulir pembengkakan sel Schewe dan Sies 2003. Menurut Li dan Tian 2004 dari 15 flavonoid ada 9 yang mempunyai 2 gugus hidroksil pada cincin B dan 5,7 gugus hidroksil pada cincin A kombinasi dengan ikatan rangkap C-2,3 dapat menghambat aktivitas enzim FAS Fatty Acid Synthase. Fatty Acid Synthase mensintesis asam lemak terutama palmitat dari substrat asetil CoA Ac- CoA, malonil CoA Mal-CoA, dan NADPH melalui keenam sisi aktif enzim tersebut acetylmalonyl transferase; -ketoacyl synthase; -ketoacyl reductase; - hydroxyacyl dehydratase; enoyl reductase; dan thioesterase. Fatty Acid 34 Synthase merupakan enzim penting yang berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh dan berhubungan dengan berbagai penyakit pada manusia. Hasil penelitian Dragland et al. 2003 menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan salah satu tanaman herba Jepang Sho-Danau Sai yang biasa digunakan untuk mengobati hepatitis kronis, juga dapat menghambat perkembangan karsinoma hepatoseluler, dan mengurangi peroksidasi lipid dan fibrosis hati pada hewan percobaan. Asupan flavonoid dilaporkan dapat mengurangi risiko kanker, dengan cara menghambat kerja enzim prostaglandin sintase, lipoksigenase, dan siklooksigenase yang terkait dengan pembentukan tumor Zang dan Hamauzu 2003.

2.3.4 Metabolisme Lemak