3
1.2     Tujuan Penelitian
1.  Mengetahui  kandungan  zat  fitokimia  daun  beluntas  yang  dapat mempengaruhi performa itik.
2.  Mengetahui efek daun beluntas terhadap performa itik. 3.  Mengetahui  perubahan-perubahan  kimiawi  dalam  daging  itik  akibat
pemberian tepung daun beluntas. 4.  Mengetahui  efektivitas  daun  beluntas  sebagai  antioksidan  dalam
mengurangi bau amis daging itik lokal.
1.3     Manfaat Penelitian
1.  Menemukan cara  yang praktis untuk mengurangi bau pada daging itik sehingga dapat membantu peternak menghasilkan  daging itik siap olah
yang bau amisnya lebih rendah. 2.  Memacu usaha produksi itik potong.
3.  Daging  itik  segar  yang  kurang  amis  dapat  meningkatkan  lebih  banyak variasi cara pengolahan.
1.4     Hipotesis
1.  Zat  fitokimia  yang  terdapat  dalam  beluntas  tidak  berpengaruh  negatif terhadap performa itik.
2.  Pemberian  daun  beluntas  dalam  pakan  dapat  menyebabkan  perubahan kimia  daging  yang  berkaitan  dengan  penurunan  bau  amis  off-odor
daging itik lokal. 3.  Pengurangan  bau  off-odor  pada  daging  itik  dengan  penambahan
beluntas  berkaitan  dengan  pengurangan  oksidasi  lemak  pada  daging itik.  Pengurangan  oksidasi  lemak  terjadi  karena  peredaman  radikal
bebas oleh antioksidan yang terdapat dalam daun beluntas.
1.5     Kerangka Pemikiran
Itik  merupakan  salah  satu  ternak  lokal  yang  banyak  dipelihara  oleh masyarakat  di  pedesaan  sebagai  salah  satu  sumber  pendapatan  bagi
masyarakat.  Saat ini, itik lokal yang ada di Indonesia dimanfaatkan sebagai penghasil  telur,  sedangkan  dagingnya  belum  banyak  dimanfaatkan.    Salah
4 satu  sebabnya  adalah  karena  daging  itik  mempunyai  bau  off-odor  khas
yang  kurang  disukai  konsumen.  Oleh  karena  itu,  perlu  diupayakan  agar daging itik mempunyai bau yang dapat diterima konsumen.  Sumber daging
itik dapat berasal dari itik jantan muda, itik dewasa jantan tetapi jumlahnya sedikit, dan itik betina afkir yang sudah tidak bertelur lagi yang jumlahnya
relatif  banyak.  Bau  off-odor  yang  tidak  menyenangkan,  menurut  Heath dan  Reineccius  1986  dapat  berasal  dari  protein,  karbohidrat  dan  lemak,
tetapi yang paling dominan adalah berasal dari lemak Wu dan Liou 1992.
Hasil  penelitian  Hustiany  dkk.  2001  menunjukkan  bahwa  bau  off-odor pada daging itik sebagian besar merupakan hasil proses oksidasi lipid, yaitu
senyawa-senyawa  turunan  asam  lemak.  Senyawa  volatil  daging  itik  betina tua  dada  dan  paha  dengan  perebusan  selama  40  menit  atau  tanpa
perebusan, yang teridentifikasi ialah heksanal, nonanal dan 1-heksadekanol. Selain  itu,  teridentifikasi  pula  senyawa  volatil  pentanal  pada  daging  dada
dan  paha  tanpa  perebusan,  1-heksanol  dan  E-okten-3-ol  pada  daging dada  tanpa  perebusan,  E-okten-3-ol  dan  E-E-2,4-dekadienal  pada
daging dada dan paha rebus, pentanal daging dada rebus, 3-metil butanal, E-E-2,4-heptadienal dan oktadekanal daging paha rebus.  Oksidasi lipid
dapat  dicegah  dengan  antioksidan Zieli ska  et  al. 2001; Hernandez  et al.
2004.  Beluntas  merupakan  salah  satu  tanaman  herba  yang  mempunyai kemampuan  sebagai  antioksidan  Widyawati  2004;  Andarwulan  et  al.
2008. Oleh karena itu, pada penelitian ini dicoba apakah antioksidan yang terdapat  pada  beluntas  dapat  mengurangi  bau  amis  off-odor  pada  daging
itik. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam menyediakan daging itik  sebagai  bahan  baku  olahan  tertentu  tanpa  terganggu  oleh  baunya.
Namun  demikian,  selain  berfungsi  sebagai  antioksidan,  beluntas  juga mengandung  zat  antinutrisi  seperti  tanin  Dalimartha    1999.  Tanin  akan
bereaksi  dengan  protein  dalam  pakan  membentuk  kompleks  yang  tidak dapat  dicerna,  mengikat    enzim  pencernaan  sehingga  menurunkan  daya
cerna  semua  nutrien  pakan  Marzo  et  al.  2002.  Oleh  karena  itu,  pada
penelitian  ini  diamati  pula  dampaknya  terhadap  performa  ternak, histopatologi organ dalam, dan usus halusnya.
2.  TINJAUAN PUSTAKA