1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelengaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003. Pelaksanaan pendidikan sebagai bentuk kegiatan yang sadar akan tujuan berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam
setiap jenjangnya, mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi. Esensi tujuan pendidikan secara tersirat dicantumkan dalam setiap
pelajaranmateri yang wajib diberikan kepada peserta didik sesuai dengan kurikulum pada setiap jenjangnya.
Pembelajaran sejarah yang termuat dalam ilmu pengetahuan sosial menjadi salah satu komponen wajib dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah. Pengajaran sejarah di sekolah mempunyai tujuan agar siswa memperoleh kemampuan berfikir historis dan pemahaman sejarah. Tujuan
yang lain yaitu: 1 mendorong siswa berfikir kritis-analitis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan
masa kini dan yang akan datang; 2 memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari; serta 3 mengembangkan kemampuan
intelektual dan keterampilan untuk memahami proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat. Pembelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam
pembentukan watak dan beradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air. Internalisasi nilai-nilai masa lalu dalam mengembangkan sikap siswa yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air berbanding lurus dengan
hasil belajar sejarah. Hasil belajar sejarah yang baik menunjukkan adanya pemahaman dan kesadaran terhadap masa lalu secara baik pula.
Pembelajaran sejarah pada jenjang Sekolah Menengah Pertama SMP diberikan secara etis, yaitu untuk memberikan pemahaman tentang konsep
hidup bersama, sehingga selain memiliki rasa cinta perjuangan, pahlawan, tanah air, dan bangsa, mereka tidak canggung dalam pergaulan masyarakat
yang semakin majemuk Kuntowijoyo, 2013:4. Mengingat pentingnya pembelajaran sejarah, maka sistem pendidikan Indonesia pada jenjang SMP
atau sederajat memasukan kajian ilmu sejarah ke dalam satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS, berintegrasi dengan kajian ilmu geografi,
ekonomi serta sosiologi. Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik baik secara individu
maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip
secara holistik
dan autentik
Depdikbud, 1996:3.
Pengembangan pembelajaran terpadu dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam
dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Keterpaduan dalam pembelajaran IPS dimaksudkan agar pembelajaran lebih bermakna, efektif, dan efisien.
Ketercapaian tujuan tersebut tentu dipengaruhi oleh komponen-komponen yang berperan dalam pembelajaran, salah satunya adalah guru.
Guru menjadi pemegang kunci utama dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru harus menguasai landasan pendidikan, menguasai bahan ajar, menyusun
bahan ajar, melaksanakan program pengajaran, dan menilai hasil serta proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru yang kompeten akan lebih mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif serta mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal Usman, 2009:9.
Pelaksanaan pembelajaran IPS dapat dilaksanakan secara team teaching maupun guru tunggal. Pembelajaran IPS secara team teaching diharapkan lebih
efektif dalam pencapaian kompetensi dasar pada setiap topik karena dalam tim terdiri dari beberapa ahli. Sedangkan jika pembelajaran IPS dilaksanakan oleh
guru tunggal, maka guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang dikembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan
guru yang lain. Namun, kelemahannya yaitu guru tersebut harus menguasai semua materi termasuk yang bukan disiplin ilmunya. Sehingga guru harus
belajar lebih ekstra untuk mendalami dan menguasai materi yang bukan disiplin ilmunya tersebut.
Hal tersebut juga ditemukan di SMP Negeri 2 Muntilan, sekolah dimana peneliti melakukan Praktik Pengalaman Lapangan PPL pada bulan
Agustus sampai Oktober 2014. Pelaksanaan pembelajaran IPS kelas VII dan VIII dilaksanakan secara guru tunggal, sedangkan untuk kelas IX dilaksanakan
secara team teaching oleh dua guru. Terdapat empat guru yang mengampu mata pelajaran IPS Ibu Sugiwarni berlatar belakang pendidikan ekonomi, Ibu
Sri Kismindari, Ibu Tri Widiyati serta Ibu Huda Herawati berlatar belakang
pendidikan geografi. Seperti yang telah dikemukakan, bahwa pelajaran IPS terintegrasi dari beberapa disiplin ilmu sehingga mengharuskan para guru
untuk mengajarkan semua materi kepada siswa walaupun bukan pada bidang ilmunya. Seperti materi sejarah yang diajarkan oleh guru dengan disiplin ilmu
ekonomi atau geografi. Hal ini tentu akan berpengaruh pada pemahaman dan pengetahuan siswa atas materi yang disampaikan. Selain berdampak pada diri
siswa, hal tersebut tentu juga berimbas pada kompetensi guru dalam merancang dan mengajarkan materi sejarah. Bertolak dari permasalahan
tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Pembelajaran IPS Materi Sejarah Oleh Guru Berlatar Belakang Pendidikan Bukan Sarjana
Sejarah di SMP Negeri 2 Muntilan. B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah persepsi guru IPS SMP Negeri 2 Muntilan yang berlatar
belakang pendidikan bukan sarjana sejarah mengenai materi sejarah? 2.
Bagaimanakah pendapat guru IPS SMP Negeri 2 Muntilan mengenai tingkat kesukaran materi sejarah bila dibandingkan dengan materi IPS yang
lain? 3.
Bagaimanakah guru IPS SMP Negeri 2 Muntilan yang berlatar belakang pendidikan bukan sarjana sejarah merancang dan mengajarkan materi
sejarah?
4. Bagaimanakah persepsi siswa pada mata pelajaran IPS materi sejarah oleh
guru berlatar belakang pendidikan bukan sarjana sejarah di SMP Negeri 2 Muntilan?
C. Tujuan Penelitian