PERSEBARAN IKAN LUMO Pengelolaan Sumber Daya Ikan Lumo, Labiobarbus Ocellatus (Heckel, 1843) Berdasarkan Pertumbuhan Dan Reproduksinya Di Sungai Tulang Bawang, Lampung

17 Ikan lumo yang tertangkap berfluktuasi setiap bulan selama masa penelitian. Di awal musim hujan Oktober ikan lumo paling banyak tertangkap, namun de- mikian saat puncak musim hujan dan terjadi banjir di bulan Januari jumlah ikan lumo yang tertangkap menurun drastis. Data jumlah ikan lumo yang berhasil di- tangkap setiap bulan pada masing-masing stasiun penelitian disajikan pada Tabel 4. Jumlah ikan lumo yang tertangkap di Bawang Latak lebih banyak dibanding- kan dengan stasun pengamatan lainnya di Sungai Tulang Bawang Gambar 8. Adapun ikan lumo yang tertangkap di stasiun pengamatan Ujung Gunung C yang dekat dengan permukiman jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan stasiun pengamatan lainnya. Tabel 4. Persebaran ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 Musim\Bulan Stasiun pengamatan A B C D E J B J B J B J B J B Kemarau: 15 8 15 10 8 5 14 9 26 21 Apr-2013 Mei-2013 11 10 12 9 8 4 10 9 21 17 Jun-2013 11 11 12 8 7 5 10 6 21 14 Jul-2013 10 9 7 8 6 4 7 9 14 22 Agust-2013 6 4 8 8 11 10 12 5 18 16 Sep-2013 15 13 5 3 7 4 11 8 20 19 Sub jumlah 68 55 59 46 47 32 64 46 120 109 Hujan: 14 15 18 13 10 14 18 13 19 38 Okt-2013 Nop-2013 13 12 13 8 8 9 6 7 19 26 Des-2013 6 10 14 11 4 7 5 9 17 17 Jan-2014 6 7 4 4 3 7 5 8 7 12 Feb-2014 15 12 11 8 5 11 8 19 12 22 Mar-2014 14 11 9 6 15 8 15 5 19 14 Sub jumlah 68 67 69 50 45 56 57 61 93 129 Jumlah 136 122 128 96 92 88 121 107 213 238 Keterangan: A= Pagar Dewa, B=Rawa Bungur, C=Ujung Gunung, D=Cakat Nyinyik, E= Bawang Latak; J=Jantan; B=Betina Gambar 8. Fluktuasi ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 per bulan di setiap stasiun pengamatan 10 20 30 40 50 60 A p r- 2013 M ei -2013 Ju n -2013 Ju l- 2013 A g u st -2013 S ep -2013 Ok t- 2013 N o v 2013 D es -2013 Ja n -2014 F eb -2014 Ma r- 2014 Ju ml a h i k a n e k o r Ck Nyinyik Uj Gunung Rw Bungur Pg Dewa Bw Latak 18 Ikan lumo menyebar dalam jumlah yang bervariasi di masing-masing stasi- un penelitian berdasarkan selang kelas panjang total. Pola penyebaran ikan lumo berdasarkan selang kelas panjang total hampir sama di setiap stasiun penelitian Gambar 10. Di setiap stasiun penelitian panjang total ikan lumo yang tertang- kap didominasi ukuran antara 131-147 mm. Gambar 9. Jumlah ikan lumo, L. ocellatus Heckel,1843 per stasiun pengamatan Keterangan: A= Pagar Dewa, B=Rawa Bungur, C=Ujung Gunung, D=Cakat Nyinyik, E= Bawang Latak Gambar 10. Sebaran jumlah ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 berdasarkan selang kelas panjang total pada tiap stasiun penelitian Sebaran panjang total ikan lumo di Bawang Latak lebih bervariasi diban- dingkan dengan stasiun penelitian lainnya. Bahkan ikan lumo yang berukuran panjang total lebih dari 216 mm lebih banyak terdapat di Bawang Latak, sedang- kan di stasiun penelitian lainnya sedikit atau bahkan tidak ada. Persebaran temporal ikan lumo di Sungai Tulang Bawang berdasarkan se- lang kelas panjang pada bulan April dan Juni didominasi oleh ikan-ikan dengan 136 128 92 121 213 122 96 88 107 238 50 100 150 200 250 A B C D E Ju mlah I kan e ko r Stasiun pengamatan Jantan Betina 19 ukuran panjang total 131-147 mm, sementara pada bulan Mei dan Juli didominasi pada selang kelas 114-130 mm Gambar 11. Pada bulan Agustus hingga Novem- ber ukuran ikan lumo yang banyak tertangkap berada pada selang kelas panjang 148-164 mm. Persebaran ikan lumo pada bulan Desember lebih didominasi oleh ikan-ikan lumo yang berukuran lebih besar berada pada selang kelas panjang 165-181 mm dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Kondisi yang ham- pir sama dijumpai pada bulan Januari, tetapi didominasi oleh ikan lumo dengan selang kelas panjang 182-198 mm. Antara bulan Februari dan Maret ukuran ikan lumo lebih banyak ditemukan pada selang kelas panjang 114-130 mm. Kondisi ini hampir menyerupai pola persebaran ikan lumo pada bulan April dan Mei. Gambar 11. Sebaran kelimpahan bulanan ikan lumo, L. ocellatus Heckel,1843 di Sungai Tulang Bawang berdasarkan kelas panjang 20 Gambar 12. Sebaran kelimpahan bulanan ikan lumo L. ocellatus Heckel, 1843 di Bawang Latak berdasarkan kelas panjang Persebaran temporal ikan lumo di Bawang Latak berdasarkan selang kelas panjang memiliki pola yang sedikit berbeda dengan pola persebaran ikan lumo di Sungai Bawang Latak. Selang kelas panjang ikan lumo di Bawang Latak lebih besar dibandingkan dengan di Sungai Tulang Bawang pada bulan Agustus, Sep- tember, dan November. Antara bulan Agustus hingga September ikan lumo di Ba- wang Latak lebih didominasi oleh selang kelas 165-181 mm, dan bulan November yang didominasi oleh selang kelas 216-232 mm Gambar 12. Pembahasan Fluktuasi kedalaman di Sungai Tulang Bawang yang sangat berbeda antara musim hujan dan musim kemarau tidak menyebabkan jumlah ikan lumo yang ter- tangkap berbeda. Berdasarkan Uji Mann-Whitney tidak terlihat adanya perbedaan 21 antara jumlah ikan lumo yang tertangkap saat musim kemarau dengan ikan lumo yang tertangkap saat musim hujan Lampiran 4. Kondisi ini juga dijumpai pada ikan lumo yang tertangkap di perairan Bawang Latak. Secara spasial jumlah ikan lumo yang tertangkap di stasiun Bawang Latak lebih banyak bila dibandingkan dengan empat stasiun lainnya di Sungai Tulang Bawang. Karakteristik perairan Bawang Latak dengan arus yang relatif lambat, kecerahan yang lebih dalam, dan suhu yang lebih hangat menyebabkan ikan lumo lebih banyak berada di habitat tersebut bila dibandingkan dengan di Sungai Tu- lang Bawang. Faktor arus yang relatif lambat di Bawang Latak dibandingkan de- ngan di Sungai Tulang Bawang menyebabkan perairan Bawang Latak menjadi tempat berlindung yang baik untuk ikan lumo. Sullivan Watzin 2009 menya- takan bahwa perairan dataran banjir yang memiliki kisaran kedalaman dan tingkat kekeruhan yang bervariasi cenderung memiliki keanekaragaman ikan yang tinggi dibandingkan dengan sungai utamanya. Keberadaan berbagai spesies ikan di per- airan dataran banjir menunjukkan bahwa ikan-ikan tersebut termasuk oportunistik dalam hal habitat, yaitu mengambil manfaat saat ketersediaan habitat meluas, mencari makan, serta berlindung dari arus yang kuat Sullivan Watzin 2009. Ikan lumo yang lebih banyak tertangkap di rawa banjiran Bawang Latak di- bandingkan dengan di sungai utama serupa dengan kajian peneliti lainnya. Ikan tersebut merupakan salah satu jenis ikan yang melimpah di rawa banjiran yang be- rupa danau tapal kuda di Sungai Kampar Kiri Simanjuntak et al. 2006, juga do- minan di perairan rawa banjiran Danau Teluk Nurdawati 2010, ataupun di Su- ngai Kapuas bagian tengah yang banyak terdapat rawa banjiran Adjie Utomo 2011. Bahkan Adjie Utomo 2011 menyatakan walaupun kualitas air di ba- gian tengah dan hilir Sungai Kapuas relatif sama, tetapi ikan bauk tadung atau ikan lumo lebih banyak terdapat di Sungai Kapuas bagian tengah dimana banyak terdapat rawa banjiran. Keberadaan berbagai jenis vegetasi air yang lebih banyak di Bawang Latak, seperti Ceratophyllum spp dan Hydrilla verticillata Lampiran 1, merupakan sa- lah satu faktor yang menyebabkan kelimpahan ikan lumo tinggi. Dengan kondisi arus yang relatif lambat dan kecerahan yang lebih dalam, vegetasi air dapat tum- buh dengan baik di perairan Bawang Latak dibandingkan dengan di Sungai Tu- lang Bawang yang berarus lebih kuat. Menurut Hoggarth et al. 1999, vegetasi air di dataran banjir dapat meningkatkan kelimpahan ikan dengan menciptakan struktur habitat yang komplek dan menyediakan lebih banyak makanan serta per- lindungan bagi anak-anak ikan. Vegetasi air yang terendam di dataran banjir dapat terurai menjadi detritus dan menjadi media penempelan perifiton dan berfungsi sebagai sumber makanan alami bagi ikan Nurdawati Prasetyo 2007. Menurut Adjie Utomo 2011, daerah rawa banjiran di zona tengah Sungai Kapuas yang banyak terdapat vegetasi air merupakan daerah produktif karena ketersediaan pa- kan alami yang melimpah, seperti perifiton dan serangga air, serta merupakan tempat pemijahan dan perlindungan bagi ikan. Hal yang sama dikemukakan oleh Nurdawati 2010 bahwa di perairan rawa banjiran Danau Teluk, terutama di bagi- an perairan yang banyak ditumbuhi vegetasi air yang terendam, kelimpahan ikan lambak muncung atau ikan lumo sangat dominan. Secara temporal ikan lumo melimpah jumlahnya saat memasuki musim hu- jan. Pada saat awal musim hujan Oktober ikan-ikan banyak yang memasuki perairan rawa-rawa ataupun berada di pinggiran sungai untuk menghindari arus 22 yang kuat, sehingga banyak yang tertangkap oleh jaring insang yang dioperasikan di pinggir sungai ataupun perairan rawa. Masuknya ikan lumo menuju ke rawa banjiran juga diduga kuat berkaitan dengan proses pemijahan karena banyak dite- mukan ikan lumo dalam kondisi matang gonad Bab 5. Seiring dengan semakin bertambah luas habitat perairan di Bawang Latak akibat banjir dan arus yang kuat di Sungai Tulang Bawang menyulitkan upaya penangkapan ikan tersebut, sehing- ga hasil tangkapan ikan lumo pada bulan Januari lebih sedikit dibandingkan de- ngan bulan lainnya. Jumlah ikan lumo yang melimpah saat awal musim hujan merupakan feno- mena yang umum terjadi di perairan rawa banjiran. Keragaman habitat perairan yang terjadi akibat pertambahan luas wilayah perairan di rawa banjiran pada saat musim hujan menyebabkan ikan-ikan melakukan ruaya dari sungai utama ke per- airan tersebut. Agostinho et al. 2000 menyatakan bahwa tingginya keragaman fauna ikan yang ditemukan di daerah rawa banjiran Sungai Paraná, Amerika Se- latan, merupakan ciri dinamika ekologi sebagai respon ikan terhadap habitat yang heterogen dan fluktuasi tinggi muka air. Parameter lingkungan yang bervariasi se- cara temporal adalah kedalaman, kecepatan arus, suhu, substrat dan oksigen terla- rut yang berperan dalam menunjang keragaman kelompok ikan di daerah rawa banjiran Li Gelwick 2005. Seperti halnya ikan-ikan air tawar lainnya yang hidup di sungai rawa banjir- an, ikan lumo memasuki dataran banjir pada saat air mulai menggenangi areal ter- sebut untuk mencari makan, melakukan pemijahan, dan mencari tempat perlin- dungan ataupun daerah asuhan. Kondisi yang sama dijumpai pada spesies Labio- barbus lainnya, seperti L. leptocheilus, L. lineatus, dan L siamensis yang hidup di Sungai Mekong Kamboja yang melakukan ruaya dan memasuki perairan dataran banjir pada saat air mulai banjir untuk mencari makan dan memijah Rainboth 1996. Faktor-faktor yang memicu ruaya tersebut antara lain pergantian air, naik- nya muka air, arus, dan hujan Baran 2006. Menurut Mc Connell 1979 banjir yang terjadi di sungai dataran banjir dapat meningkatkan habitat perairan hingga 50 per tahun serta membawa nutrisi yang dapat merangsang pertumbuhan mi- kroorganisme, invertebrata, dan tanaman, serta menyediakan makanan yang ber- limpah untuk ikan. Selain itu, meningkatnya keragaman habitat yang tersedia di rawa banjiran pada saat musim hujan menyebabkan banyak spesies ikan meman- faatkan perairan tersebut melalui berbagai cara untuk menunjang proses kehidup- annya, seperti pemijahan Lim et al. 1999, daerah asuhan anak-anak ikan Ribei- ro et al. 2004, mencari makan, dan habitat hidup bagi ikan-ikan dewasa Boer- cherding et al. 2002. Simpulan Ikan lumo lebih banyak terdapat di perairan Bawang Latak daripada di Su- ngai Tulang Bawang; dan jumlah ikan tersebut meningkat pada saat awal musim hujan Oktober. 23

4. PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN LUMO

Pendahuluan Hubungan panjang bobot dan faktor kondisi relatif merupakan parameter pertumbuhan ikan yang penting diketahui untuk kajian dinamika populasi ataupun biologi perikanan. Hubungan panjang bobot dapat digunakan untuk menilai kese- hatan ikan secara umum, tingkat kemontokan, perkembangan gonad, dan menen- tukan berat ikan berdasarkan panjangnya ataupun sebaliknya Le Cren 1951. Hu- bungan panjang bobot juga merupakan faktor yang penting dalam kajian biologi ikan Odat 2003, pendugaan stok ikan Sparre et al. 1989; Frota et al. 2004; Ab- durahiman et al. 2004, penentuan kondisi ikan Soler et al. 2005; Froese 2006, serta dapat digunakan untuk kajian perbandingan pertumbuhan spesies ikan, baik antar jenis kelamin, musim, maupun wilayah Froese 2006. Model pertumbuhan von Bertalanffy merupakan salah satu dasar model pertumbuhan dalam biologi perikanan karena seringkali digunakan sebagai sub- model dalam sejumlah model pertumbuhan yang lebih rumit dalam menjelaskan berbagai dinamika populasi ikan Sparre et al. 1989. Ikan-ikan yang berukuran cukup tua biasanya mengikuti model pertumbuhan von Bertalanffy, sehingga mo- del ini dapat mendeskripsikan laju pertumbuhan ikan-ikan besar yang dapat di- eksploitasi Sparre et al. 1989. Model pertumbuhan von Bertalanffy juga dapat digunakan untuk menduga umur ikan pada ukuran tertentu dan hal ini sangat ber- guna untuk menentukan komposisi umur ikan-ikan yang tertangkap berdasarkan panjangnya. Nilai faktor kondisi merupakan suatu instrumen yang efisien dan dapat me- nunjukkan perubahan kondisi ikan sepanjang tahun dan perubahan faktor kondisi tersebut secara tak langsung bisa menjadi penanda adanya perubahan lingkungan Rahardjo et al. 2011. Parameter pertumbuhan ini juga dapat menggambarkan ke- ragaan biologi ikan, seperti kegemukan ikan, perkembangan gonad, kesesuaian terhadap lingkungan Le Cren 1951, Muchlisin et al. 2010, kapasitas fisika untuk survival dan reproduksi Effendie 2002, siklus hidup ikan dan keseimbangan ekosistem Lizama Ambròsio 2002, serta memberikan informasi kapan ikan memijah Hossain et al., 2006. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung beberapa parameter pertumbuhan ikan lumo, yaitu b, K, L ∞ , t Metode Penelitian , dan faktor kondisi relatif. Selanjutnya menyusun persamaan hubungan panjang bobot dan model pertumbuhan von Bertalanffy un- tuk menerangkan pola pertumbuhan ikan lumo tersebut. Penelitian ini dilakukan pada pada bulan April 2013 sampai dengan Maret 2014 di Sungai Tulang Bawang dan Rawa Latak, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung Gambar 3. Lokasi ini berjarak sekitar 120 km dari Kota Ban- dar Lampung. Lokasi pengambilan ikan contoh terdapat di empat stasiun penga- matan yang tersebar di sepanjang Sungai Tulang Bawang, yaitu Pagar Dewa A, Rawa Bungur B, Ujung Gunung C, dan Cakat Nyinyik D, serta satu stasiun pengamatan di rawa Bawang Latak E. Pengambilan ikan contoh dilakukan setiap bulan menggunakan jaring in- sang berukuran panjang 20 m tinggi 2 m dengan mata jaring 1”,1½”, 1¾”, dan 24 2”. Jaring insang dipasang sejajar dengan tepi sungai selama 24 jam. Ikan lumo yang tertangkap diawetkan dengan formalin 10, diukur panjang totalnya TL dengan penggaris dalam satuan mm, serta ditimbang bobotnya menggunakan tim- bangan digital dengan ketelitian 0,01 g. Penentuan jenis kelamin ikan contoh dilakukan dengan mengamati secara langsung bentuk genitalnya Gambar 13. Ikan lumo jantan memiliki lubang geni- tal yang menyerupai tonjolan memanjang, sedangkan ikan lumo betina memiliki lubang genital berupa lubang kecil dan tidak terdapat tonjolan seperti halnya ikan lumo jantan. Gambar 13. Penentuan jenis kelamin ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 ber- dasarkan bentuk lubang genital Analisis hubungan panjang bobot dilakukan untuk mengetahui pola partum- buhan ikan lumo, apakah pertambahan panjang ikan tersebut seimbang dengan pertambahan bobotnya isometrik atau pertumbuhannya bersifat allometrik. Hu- bungan panjang bobot diperoleh dengan menggunakan persamaan empiris Le Cren 1951: W= aL Keterangan: b W=bobot ikan L=panjang ikan a dan b = konstanta Selanjutnya dilakukan uji t pada nilai b dengan selang kepercayaan 95. Bila nilai b sama dengan 3 maka pertumbuhan ikan isometrik; jika nilai b lebih besar dari 3 disebut allometrik positif, sedangkan nilai b yang lebih kecil dari 3 di- sebut allometrik negatif. Persamaan hubungan panjang bobot dibedakan antara ikan lumo jantan dengan ikan lumo betina. Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy menurut Pauly 1980 adalah seba- gai berikut: L t = L ∞ {1-exp[-Kt-t Keterangan: ]} L t L = panjang ikan saat umur t satuan waktu ∞ = panjang ikan infiniti 25 K= koefisien pertumbuhan t Parameter pertumbuhan von Bertalanffy K dan L ∞ dapat dihitung dengan menganalisis serangkaian data frekuensi panjang menggunakan metode ELEFAN I yang terakomodasi pada perangkat lunak FISAT II Gayanilo et al. 2005. Selan- jutnya untuk menghitung nilai t =umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol log -to = -0,3922-0,2752 log L ∞-1,038 log K dapat dilakukan dengan memasukkan nilai K dan L ∞ yang sudah diperoleh dari program ELEFAN I menggunakan persamaan me- nurut Pauly 1979, sebagai berikut: Faktor kondisi relatif atau indeks ponderal ikan lumo dapat diketahui de- ngan persamaan sebagai berikut Le Cren 1951: Kn=WW Keterangan: W = bobot ikan lumo berdasarkan pengamatan W = bobot yang dihitung berdasarkan persamaan hubungan panjang bobot aL Faktor kondisi relatif dihitung setiap bulan secara terpisah antara ikan lumo jantan dan ikan lumo betina. Selanjutnya data tersebut ditabulasikan berdasarkan dua musim, yaitu musim kemarau April-September dan musim hujan Oktober- Maret, serta dibedakan antara habitat di sungai dan di rawa-rawa. Selain itu, fak- tor kondisi relatif juga dihitung pada sebaran selang kelas panjang sehingga dapat ditentukan ada tidaknya perbedaan faktor kondisi relatif antara ikan lumo berukur- an kecil dengan ikan lumo berukuran lebih besar. b Hasil Hubungan Panjang Bobot Berdasarkan analisis hubungan panjang bobot ikan lumo jantan diperoleh persamaan sebagai berikut: W = 2,227 x 10 -6 L 3,284 Adapun ikan betina memiliki persamaan hubungan panjang bobot sebagai berikut: r = 0,98 W= 2,473 x 10 -6 L 3,272 Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa panjang dan bobot ikan lumo, baik jantan dan betina, memiliki korelasi yang kuat yang ditunjukkan dari nilai r yang mendekati 1 Gambar 14. Dengan demikian, setiap pertambahan ukuran panjang ikan diikuti dengan pertambahan bobotnya. r = 0,98 Pola pertumbuhan ikan lumo jantan dan ikan lumo betina yang diekspresi- kan dari nilai b adalah allometrik positif. Dari hasil uji t diketahui bahwa nilai b berbeda nyata dengan 3, baik untuk ikan lumo jantan maupun ikan lumo betina Nilai b ikan lumo jantan tidak berbeda nyata dengan nilai b ikan lumo betina Lampiran 7.