ASPEK REPRODUKSI IKAN LUMO

33 IKG = �� � x 100 Keterangan: IKG= indeks kematangan gonad Wg=bobot gonad W=bobot tubuh Musim pemijahan ikan lumo dianalisis berdasarkan data tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad, dikaitkan dengan bulan pengambilan contoh ikan selama satu tahun. Bulan-bulan ketika banyak ditemukan ikan contoh dalam kondisi TKG IV ataupun IKG yang tinggi merupakan puncak musim pemijahan. Pengaruh beberapa parameter fisika kimia perairan yang berperan terhadap proses pemijahan ikan lumo, dalam hal ini adalah jumlah ikan lumo dalam kondisi TKG IV dan V, dianalisis secara multivariat dengan menggunakan pendekatan analisis komponen utama. Tipe pemijahan ditentukan berdasarkan analisis indeks kematangan gonad dan sebaran diameter telur ikan lumo yang matang gonad. Tipe pemijahan dapat dibedakan atas pemijahan serentak dan pemijahan bertahap Rahardjo et al. 2011. Jika sebaran diameter telur membentuk satu kelompok maka tipe pemijahan ada- lah pemijahan serentak, sebaliknya jika membentuk lebih dari satu kelompok ma- ka termasuk pemijahan bertahap. Pemijahan serentak dapat dilihat berdasarkan seluruh himpunan dari oosit yang mengandung kuning telur mengalami ovulasi dengan segera dan telur-telur dilepaskan dalam suatu peristiwa yang khusus atau melewati suatu periode waktu yang pendek, satu atau dua minggu, sebagai bagian dari suatu episode tunggal; se- dangkan pemijahan bertahap merujuk pada spesies dimana pada saat pemijahan hanya sebagian dari oosit yang mengandung kuning telur dipijahkan pada masing- masing kumpulan dan biasanya melalui proses hidrasi Murua Rey 2003. Rata-rata panjang ikan lumo pertama kali matang gonad atau rata-rata pan- jang ikan lumo yang telah mencapai matang gonad 50 dihitung dengan formu- lasi Sperman Karber Udupa 1986 sebagai berikut: � = �� + � 2 − � � �� Keterangan: Xk = logaritma nilai tengah terakhir pada saat 100 ikan matang gonad x = Rata-rata selisih logaritma nilai tengah Pi = Proporsi dari ikan yang benar-benar matang gonad pada kelas ke-i Pi =r i n i , jika n i ≠n i+1 Pi = r untuk i=1,2,3,…,k-1 i n, jika n=n i =n i+1 ri = Jumlah ikan matang gonad pada kelas ke-i; untuk i=1,2,3,…,k-1 ni = Jumlah ikan pada kelas ke-i ; qi = 1-pi. Ragam m dapat ditentukan sebagai berikut: - Jika n i ≠n i+1 Ragam m = � 2 ∑ � � � × � � � � −1 � � �=1 ; dimana Q untuk i=1,2,3,…,k-1 i =1-P - Jika n=n i i =n i+1 Ragam m = � 2 � 2 �−1 ∑ [� � � − � � ] � �=1 untuk i=1,2,3,…,k-1 Pada selang kepercayaan 95, maka: � ± 1,96������ 34 Selanjutnya untuk mengetahui ukuran ikan saat pertama kali matang gonad L m Hasil dapat dihitung dengan menggunakan antilog m. Nisbah Kelamin Nisbah kelamin ikan lumo di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak pa- da periode Oktober-Desember dalam kondisi seimbang. Sebaliknya pada bulan Ja- nuari perbandingan ikan lumo jantan dan ikan lumo betina di Sungai Tulang Ba- wang tidak seimbang Tabel 8. Ikan lumo diindikasikan lebih banyak melakukan pemijahan di Bawang Latak dibandingkan dengan di Sungai Tulang Bawang. Tabel 8. Variasi temporal nisbah kelamin ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 dalam kondisi TKG IV dan TKG V. Bulan Sungai Tulang Bawang Bawang Latak J B R χ J 2 B R χ 2 Okt-2013 9 10 0,90 0,05 8 12 0,67 0,80 Nop-2013 14 5 2,80 4,26 17 23 0,74 0,90 Des-2013 23 20 1,15 0,21 13 14 0,93 0,04 Jan-2014 16 26 0,62 2,38 7 8 0,88 0,07 Ket.: J=jumlah ikan lumo jantan; B=jumlah ikan lumo betina; R=nisbah kelamin J:B Nilai χ 2 hitung yang lebih kecil dari χ 2 tabel 0,05; 1 nisbah kelamin tidak 1:1 = 3,841 menunjukkan bahwa nisbah kelamin adalah 1:1. Tingkat Kematangan Gonad Data persebaran jumlah ikan lumo jantan dan ikan lumo betina berdasarkan tingkat kematangan gonad di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak setiap bulan disajikan pada Lampiran 11. Perkembangan tingkat kematangan gonad ikan lumo jantan dan ikan lumo betina memiliki kemiripan pola, baik yang berada di Sungai Tulang Bawang maupun di Bawang Latak Gambar 17. Perkembangan tingkat kematangan gonad untuk proses pemijahan dimulai menjelang berakhirnya musim kemarau September. Proses pemijahan yang ditandai dengan banyaknya ikan lumo dalam kondisi TKG IV terjadi pada saat musim hujan, terutama pada bulan November-Desember, dan berakhir pada bulan Januari. Terlihat perbedaan yang jelas bahwa ikan lumo di Bawang Latak yang telah matang gonad TKG IV mencapai 90 jantan dan 88 betina pada bulan No- vember, sedangkan di Sungai Tulang Bawang baru mencapai 35 jantan dan 14 betina. Pada bulan Desember terdapat ikan lumo dalam kondisi TKG V dan jumlahnya meningkat saat bulan Januari. Pada bulan Januari persentase ikan lumo betina yang telah memijah TKG V hampir sama antara ikan lumo betina di Bawang Latak 33 maupun ikan lumo betina di Sungai Tulang Bawang 38. Demikian pula halnya dengan ikan lumo jantan dalam kondisi TKG V di kedua perairan tersebut, yaitu masing-masing 71 Bawang Latak dan 67 Sungai Tulang Bawang. Selanjutnya pada bulan Februari tidak ditemukan ikan lumo dalam kondisi TKG IV dan V baik di Bawang Latak maupun di Sungai Tulang Bawang. 35 Berdasarkan sebaran persentase ikan lumo jantan dan ikan lumo betina da- lam kondisi TKG IV dan TKG V yang diamati antara bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014, diketahui bahwa sebagian besar ikan-ikan tersebut ditemukan di perairan Bawang Latak dengan persentase 42,05 untuk ikan lumo jantan dan 48,31 untuk ikan lumo betina Gambar 18. Gambar 17. Persentase tingkat kematangan gonad ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 Gambar 18. Persentase ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 dalam kondisi TKG IV dan V di masing-masing stasiun pengamatan Keterangan: A=Pagar Dewa, B=Rawa Bungur, C=Ujung Gunung, D=Cakat Nyinyik, E= Bawang Latak 15,89 19,63 12,15 10,28 42,05 12,71 12,71 15,25 11,02 48,31 10 20 30 40 50 60 A B C D E P e rs e nt a se i k a n T KG I V -V Stasiun Penelitian Jantan Betina 36 Indeks Kematangan Gonad Indeks kematangan gonad ikan lumo di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak antara bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014 tertera pada Gam- bar 19. Terdapat pola peningkatan nilai IKG pada bulan November dan selanjut- nya menurun di bulan berikutnya. Pola tersebut terjadi baik pada ikan lumo beti- na maupun pada ikan lumo jantan di Sungai Tulang Bawang dan di perairan Ba- wang Latak, walaupun peningkatan IKG pada ikan lumo jantan tidak sebesar pada ikan lumo betina. Nilai IKG ikan lumo yang hidup di perairan Bawang Latak le- bih tinggi daripada IKG ikan lumo di Sungai Tulang Bawang. Gambar 19. Indeks kematangan gonad ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 Fekunditas Fekunditas rata-rata yang diamati dari 51 ekor ikan lumo betina yang bera- sal dari Sungai Tulang Bawang dan 51 ekor ikan lumo betina dari Bawang Latak dalam kondisi TKG IV berkisar antara 3.404-21.147 butir. Fekunditas rata-rata ikan lumo berdasarkan sebaran panjang total ikan tertera pada Tabel 9. Dari hasil analisis regresi didapatkan persamaan antara fekunditas dengan panjang total ikan betina dalam kondisi TKG IV. Ikan lumo betina yang berasal dari Sungai Tulang Bawang memiliki persamaan log F = 3,653 log L - 4,546; sedangkan ikan lumo betina yang berasal dari Bawang Latak memiliki persamaan log F = 3,982 log L - 5,287 Gambar 20. Berdasarkan uji t kedua persamaan tersebut memiliki nilai b yang tidak berbeda nyata. Tabel 9. Fekunditas ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 berdasarkan sebaran kelas panjang total selang kelas panjang Sungai Tulang Bawang Bawang Latak n ekor F rata-rata butir n ekor F rata-rata butir 160-169 20 3.645±353 14 3.404±608 170-179 21 4.122±798 9 4.309±841 180-189 6 5.372±591 8 5.734±1.426 190-199 4 7.015±1.268 4 6.777±1.083 200-209 --- 2 5.769±2.083 210-219 --- 1 9.700 220-229 --- 8 14.330±1.588 230-239 --- 4 12.224±1.693 240-249 --- 1 21.147 Jumlah 51 51 37 Gambar 20. Hubungan fekunditas dan panjang total ikan lumo, L. ocellatus Hec- kel, 1843 betina TKG IV di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak Keterangan : F= fekunditas; L=panjang total Diameter Telur dan Tipe Pemijahan Sebaran diameter telur ikan lumo yang berasal dari 102 ikan betina dalam kondisi TKG IV bervariasi antara nilai minimum 0,52 mm hingga nilai maksi- mum sebesar 0,90 mm. Ukuran diameter telur relatif sama antara telur-telur yang berasal dari bagian anterior, tengah, maupun posterior dari ovari. Sebaran diameter telur-telur ikan lumo hanya membentuk satu kelompok, baik pada ikan lumo yang berasal dari Sungai Tulang Bawang maupun ikan lumo yang tertangkap dari perairan Bawang Latak Gambar 21. Kondisi ini ini meng- indikasikan bahwa tipe pemijahan ikan lumo adalah pemijahan serentak. Gambar 21. Sebaran diameter telur ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 Ukuran Ikan Lumo Pertama Kali Matang Gonad Ukuran ikan lumo pertama kali matang gonad tidak berbeda antara ikan lu- mo yang tertangkap di Sungai Tulang Bawang dengan ikan lumo yang tertangkap di perairan Bawang Latak. Berdasarkan analisis Spearman-Karber Udupa 1986 seperti yang tertera pada Lampiran , secara teoritis ukuran pertama kali ikan lumo jantan matang gonad antara 157-159 mm. Adapun ukuran pertama kali matang gonad untuk ikan lumo betina adalah 160-162 mm Tabel 10. 38 Tabel 10. Ukuran ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 pertama kali matang gonad mm Jantan Betina Sungai Tulang Bawang 159±1 162 ±1 Bawang Latak 157±1 160 ±1 Pembahasan Ikan lumo melakukan pemijahan pada saat musim hujan yang berlangsung mulai bulan Oktober hingga Januari yang ditandai dengan adanya ikan lumo jan- tan dan ikan lumo betina yang sudah mencapai TKG IV dan TKG V Gambar 18. Kondisi ini bertepatan dengan bertambahnya kedalaman air. Sebagian besar spe- sies ikan air tawar yang hidup di sungai dataran banjir cenderung melakukan pe- mijahan pada saat musim hujan berkenaan dengan ketersediaan makanan yang melimpah serta bertambah dalam dan luasnya habitat perairan Rainboth 1996; Effendie 2002; Song 2007; Nurdawati Prasetyo 2007; Bakhris et al. 2007; Wel- comme 2008; Ernawati et al. 2009a. Hujan yang berlangsung di awal musim penghujan dapat memicu terjadinya ruaya reproduksi dan proses perkembangbi- akan ikan-ikan di daerah tropis dan hal tersebut terkait erat dengan kenaikan per- mukaan air McConnell 1987; Baran 2006. Ikan lumo yang melakukan pemijahan saat dimulainya musim hujan meru- pakan fenomena yang umum terjadi pada spesies ikan lainnya yang hidup di su- ngai dataran banjir, seperti ikan sepatung P. grooti di Sungai Musi Ernawati et al. 2009a, ikan betok A. testudineus di Sungai Mahakam Ernawati et al. 2009b, ikan motan Thynnichthyes polylepis di Sungai Kampar Kiri Bakhris et al. 2007, beberapa ikan di Danau Tonle Sap seperti Clarias batrachus, Colisa fasciatus, Helostoma temmincki, Heteropneustes tassilis, Henicorhynchus lobatus, Cirrhi- nus jullieni Song 2007, Labiobarbus leptocheilus, Labiobarbus lineatus, dan Labiobarbus siamensis Rainboth 1996, beberapa ikan Cyprinid di Sungai Me- kong, yaitu Barbonymus gonionotus, Cyclocheilichthys enoplos, Mekongina ery- throspila, dan Paralaubuca typus Baran 2006, serta ikan Capoeta capoeta um- bla di Sungai Karasu Turki Türkmen et al. 2002. Pada bulan November ikan lumo jantan dan ikan lumo betina di Bawang Latak yang telah matang gonad TKG IV mencapai 90, sedangkan di Sungai Tulang Bawang baru mencapai 30 jantan dan 10 betina. Kondisi ini men- unjukkan bahwa pemijahan yang berlangsung di Bawang Latak telah berlangsung lebih dahulu. Ikan lumo yang tertangkap di Sungai Tulang Bawang diduga tidak memijah di sungai tersebut, tetapi memijah di sekitar rawa banjiran yang ada di sekitar Sungai Tulang Bawang. Ikan lumo yang tertangkap jaring insang di Su- ngai Bawang Latak sebagian besar menghadap ke arah rawa banjiran yang ada di sekitar stasiun pengamatan dan hal ini mengindikasikan bahwa ikan-ikan tersebut akan menuju rawa banjiran untuk memijah. Ikan lumo diindikasikan lebih banyak melakukan proses pemijahan di per- airan Bawang Latak. Ikan lumo yang tertangkap selama periode pemijahan antara Oktober hingga Januari sebagian besar berasal dari Bawang Latak. Kondisi per- airan Bawang Latak yang relatif tenang dan bervariasi kedalamannya pada saat banjir dibandingkan dengan Sungai Tulang Bawang dapat menciptakan beragam- 39 nya habitat bagi organisme akuatik. Genangan air yang meluas, dangkal, berarus tenang, dan keberadaan berbagai jenis vegetasi air Lampiran 1, merupakan habi- tat yang sesuai bagi anak-anak ikan untuk berlindung dan mencari makan. Suzuki et al. 2004 menyatakan bahwa sebagian besar ikan-ikan berukuran kecil dan se- dang di Sungai Paraná melakukan pemijahan di perairan lentik ataupun semilotik di dataran banjir; sedangkan ikan-ikan peruaya memijah di perairan lotik dan menjadikan perairan lentik di dataran banjir sebagai tempat asuhan anak-anak ikan, tempat mencari makan, dan daerah pemulihan. Bagian perairan Bawang Latak yang jauh dari Sungai Way Miring memiliki arus yang relatif tenang serupa dengan habitat ikan lumo di Danau Teluk di Jambi Nurdawati 2010, Danau Cala di Sumatera Selatan Nurdawati Prasetyo 2007, serta Danau Sabuah dan Danau Tundai di Kalimatan Selatan Torang Buchar 2000, yang seluruhnya merupakan danau tapal kuda di sungai dataran banjir. Ka- rakteristik perairan Danau Teluk yang dangkal dengan populasi tumbuhan air yang tinggi merupakan habitat yang sesuai untuk ikan lumo, sehingga ikan ter- sebut merupakan salah satu spesies yang dominan pada saat musim hujan Nur- dawati 2010. Selanjutnya Nurdawati Prasetyo 2007 menjelaskan bahwa ikan lambak muncung atau lumo juga hidup di habitat perairan hutan rawa Danau Cala pada saat musim kemarau dan juvenil ikan ini memanfaatkan perairan tersebut se- bagai habitat pembesarannya pada saat musim hujan. Puncak pemijahan ikan lumo diperkirakan terjadi pada bulan November dan Desember. Pada saat itu nilai IKG tertinggi dan kemudian menurun di bulan beri- kutnya. Effendie 2002 menyatakan bahwa IKG akan semakin meningkat nilai- nya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Berda- sarkan sebaran nilai IKG yang memiliki satu puncak saja maka ikan lumo hanya memijah satu kali dalam setahun. Berdasarkan persamaan hubungan fekunditas dan panjang total ikan lumo betina yang tidak berbeda nyata antara ikan lumo betina yang tertangkap di Su- ngai Tulang Bawang dan di perairan Bawang Latak, maka diprediksi bahwa ikan lumo betina yang tertangkap di Sungai Tulang Bawang memiliki potensi rekrut- men yang sama dengan ikan lumo di perairan Bawang Latak. Terdapat korelasi antara fekunditas ikan lumo dengan panjang totalnya, sehingga panjang total ikan lumo betina dapat dijadikan penduga fekunditasnya. Ikan lumo betina saat perta- ma kali matang gonad 160±1 mm diprediksi memiliki fekunditas sebesar 3.089 butir telur. Kondisi ini mendekati fekunditas sebenarnya pada ikan lumo contoh yang berukuran 160 mm yang memiliki fekunditas 3.262 butir telur. Ukuran ikan lumo pertama kali matang gonad yang diestimasi berdasarkan Udupa 1986 mendekati kondisi sebenarnya di perairan untuk ikan lumo betina dan ikan lumo jantan. Ukuran terkecil ikan lumo betina yang tertangkap dalam kondisi TKG IV adalah 158 mm, sedangkan ukuran terkecil ikan lumo jantan ma- tang gonad TKG IV adalah 155 mm. Ukuran ikan lumo betina pertama kali ma- tang gonad yang lebih besar daripada ikan lumo jantan berhubungan dengan laju pertumbuhan ikan lumo betina yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan lumo jantan. Berdasarkan model pertumbuhan von Bertalanffy diduga umur ikan lumo betina saat pertama kali matang gonad adalah 3,1 bulan, sedangkan umur ikan lu- mo jantan sekitar 3,3 bulan. Menurut Suzuki et al. 2004 pada umumnya ukuran ikan betina saat pertama kali matang gonad memang lebih besar daripada ikan jantan. 40 Ukuran ikan lumo pertama kali matang gonad lebih kecil dibandingkan de- ngan ikan lelan Osteochilus vittatus, ikan sasau Hampala sp, dan lalawak Barbo- des balleroides. Menurut Uslichah Syandri 2003 ukuran ikan O. vittatus per- tama kali matang gonad di Danau Singkarak adalah 182,18-202,35 mm betina dan 145,00-165,25 mm jantan; sedangkan Hampala sp berukuran 310-330 mm betina dan 200,84-231,67 mm jantan pada saat pertama kali matang gonad. Adapun ikan lalawak jantan dan ikan lalawak betina dapat mencapai kematangan gonad pertama kali pada saat berukuran 193 mm Rahardjo Sjafei 2004. Data dan informasi ini dapat bermanfaat untuk kepentingan pengelolaan sumber daya ikan yang sifatnya multiple spesies, dimana prioritas pengelolaan tentunya dituju- kan pada spesies yang terancam. Tipe pemijahan ikan lumo yang berupa pemijahan serentak merupakan salah satu strategi pemijahan untuk memaksimumkan jumlah anak-anak ikan yang diha- silkan dengan memanfaatkan datangnya musim hujan. Dengan fekunditas yang tinggi, seluruh telur dikeluarkan saat ikan memijah untuk menghasilkan anak-anak ikan yang banyak dan memiliki peluang hidup yang lebih baik karena ketersedia- an makanan yang melimpah, daerah asuhan yang meluas saat banjir, ataupun ke- matian akibat predasi. Ikan air tawar yang memiliki tipe pemijahan serentak se- perti ikan lumo antara lain adalah Osteochilus vittatus Uslichah Syandri 2003, ikan motan Thynnichthys polylepis Bakhris et al. 2007, ikan sepatung Pristolepis grootii Ernawati et al. 2009a, Henicorhynchus lobatus dan Cirrhinus jullieni Song 2007. Simpulan Nisbah kelamin ikan lumo di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak pa- da saat menjelang pemijahan relatif seimbang. Tipe pemijahan ikan lumo adalah pemijahan serentak. Pemijahan berlangsung pada musim hujan dengan puncak pe- mijahan pada bulan November-Desember yang selaras dengan naiknya permuka- an air. Ikan lumo lebih banyak melakukan pemijahan di Bawang Latak. Ukuran ikan lumo jantan saat pertama kali matang gonad adalah 157±1 mm dan pada ikan betina 160 ±1 mm. Fekunditas rata-rata ikan lumo bervariasi antara 3.404-21.147 butir telur dan fekunditas tersebut berkorelasi dengan ukuran panjang total ikan. 41

6. PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN LUMO

Pendahuluan Perbedaan curah hujan antara musim kemarau dan musim hujan menyebab- kan terjadinya fluktuasi parameter fisika kimia perairan di Sungai Tulang Bawang dan rawa-rawa banjiran di sekitar sungai tersebut, termasuk di Bawang Latak. Pa- rameter fisika kimia perairan di Sungai Tulang Bawang yang berbeda antara mu- sim kemarau dan musim hujan, terutama dalam hal kedalaman, arus, pH, oksigen terlarut, padatan tersuspensi total, fosfat, bahan organik total, dan kecerahan, lebih signifikan dibandingkan dengan di perairan Bawang Latak. Kondisi ini menye- babkan persebaran ikan lumo lebih banyak terdapat di Bawang Latak. Faktor- faktor lingkungan yang penting, seperti pH, suhu perairan, dan oksigen terlarut masih dalam batas normal untuk mendukung kehidupan ikan lumo, sehingga me- mungkinkan ikan lumo hidup dalam kondisi yang optimum dan pertumbuhannya tidak terganggu. Keberadaan ikan lumo di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak dalam kondisi relatif yang tidak berbeda pada saat faktor-faktor lingkungan perairan berfluktuasi menunjukkan bahwa perairan tersebut merupakan habitat yang sesuai bagi ikan lumo. Ikan lumo termasuk jenis ikan yang bersifat oportunistik dalam hal habitat dengan mengambil manfaat ketika ketersediaan habitat meluas saat banjir dan ber- lindung dari arus yang kuat. Ikan lumo lebih menyukai habitat dengan arus yang tidak terlalu kuat, kecerahan yang lebih dalam, dan suhu yang relatif lebih hangat. Keberadaan ikan lumo di perairan Bawang Latak yang lebih banyak dibandingkan dengan di Sungai Tulang Bawang membuktikan hal tersebut. Perairan Bawang Latak yang memiliki kisaran kedalaman dan tingkat kecerahan yang bervariasi le- bih disukai oleh ikan lumo dibandingkan dengan sungai utamanya. Dengan kondisi fisik yang relatif baik, ikan lumo yang telah mencapai ukur- an dewasa seksual, gonadnya dapat berkembang ke tahap pematangan gonad. Hal ini dialami oleh ikan lumo yang hidup di Sungai Tulang Bawang yang berarus de- ras maupun di Bawang Latak yang relatif lebih tenang. Selanjutnya ikan lumo yang telah mencapai TKG IV melakukan pemijahan yang berlangsung saat musim hujan dan dipicu oleh naiknya permukaan air. Saat memijah ikan lumo juga lebih memilih perairan yang berarus tenang, seperti halnya di Bawang Latak, diban- dingkan dengan di Sungai Tulang Bawang yang berarus deras. Kondisi ini meru- pakan hal yang sering ditemukan pada beberapa spesies ikan yang hidup di sungai dataran banjir dan memijah di rawa banjiran saat musim hujan berkenaan dengan bertambah dalam dan luasnya perairan tersebut. Menjelang dan saat pemijahan berlangsung, nisbah kelamin ikan lumo da- lam kondisi seimbang. Hal ini dapat menjamin keberhasilan proses pemijahan, sehingga regenerasi dapat berlangsung dengan baik. Pemijahan ikan lumo yang dilakukan serentak juga merupakan strategi untuk mengoptimumkan masa naik- nya permukaan air, sehingga anak-anak ikan yang menetas memiliki peluang hi- dup yang lebih baik karena ketersediaan makanan yang melimpah dan daerah asuhan yang meluas di Bawang Latak. Beberapa hasil kajian ekobiologi ikan lumo yang sudah diuraikan sebelum- nya dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam pengelolaan sumber daya ikan 42 lumo di Sungai Tulang Bawang dan rawa-rawa banjiran di sekitarnya. Beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut: - Beberapa parameter fisika kimia perairan Sungai Tulang Bawang dan Ba- wang Latak yang penting untuk mendukung kehidupan organisme perairan masih dalam batas normal, kecuali padatan tersuspensi total. - Parameter pertumbuhan von Bertalanffy ikan lumo gabungan tanpa mem- bedakan jenis kelamin adalah sebagai berikut: K=5,4 per tahun, L ∞ = 203 mm, dan t - Ukuran ikan lumo saat pertama kali matang gonad adalah 157±1 mm jan- tan dan 160±1 mm betina. = -0,22 bulan. Parameter pertumbuhan tersebut dapat digunakan untuk menentukan status pemanfaatan sumber daya ikan lumo. - Ikan lumo memijah secara serentak pada saat dimulainya musim hujan; pe- mijahan berlangsung selama bulan Oktober hingga Januari dengan puncak pemijahan pada bulan November-Desember. - Pemijahan ikan lumo berlangsung di perairan rawa banjiran Bawang Latak. Ancaman Walaupun kisaran parameter fisika kimia perairan Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak masih mendukung ikan lumo untuk tumbuh dengan baik dan bereproduksi, namun terdapat beberapa potensi ancaman terhadap kelestarian ikan lumo di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak yang apabila tidak dikelola de- ngan baik dapat menyebabkan kerusakan sumber daya ikan tersebut. Kegiatan an- tropogenik di sekitar daerah aliran sungai DAS Tulang Bawang dapat menye- babkan gangguan terhadap populasi ikan, termasuk ikan lumo. Selain karena hu- tan sudah terdegradasi dan rawa-rawa mengalami penurunan Noor et al. 1994, kondisi sumber daya ikan di Sungai Tulang Bawang diperkirakan sudah menga- lami tekanan akibat berbagai kegiatan penangkapan ikan yang merusak Yudha 2011. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan, sehingga perlu dilakukan upaya- upaya pengelolaan agar sumber daya ikan di perairan umum daratan tidak menga- lami kepunahan. Sumber daya ikan lumo di perairan umum Tulang Bawang diindikasikan te- lah mengalami penurunan, baik jumlah maupun ukuran ikan yang semakin me- ngecil. Pengamatan yang dilakukan di Pasar Menggala selama periode penelitian menunjukkan bahwa ikan lumo yang dijual lebih banyak berukuran kecil kurang dari 150 mm dan jarang ditemukan ikan lumo yang berukuran besar lebih dari 180 mm. Ukuran ikan lumo yang tertangkap semakin mengecil dapat mengindi- kasikan terjadi tangkap lebih, dimana hasil tangkapan ikan tersebut telah melebihi hasil tangkapan maksimum lestari MSY. Berdasarkan hasil analisis mortalitas dengan menggunakan perangkat lunak FISAT II terhadap data frekuensi panjang ikan lumo dan parameter pertumbuhan ikan lumo gabungan K=5,4 per tahun; L ∞ = 203 mm; t = -0,22 bulan diperoleh gambaran bahwa tingkat pemanfaatan sumber daya ikan lumo telah mengalami tangkap lebih dengan nilai E=0,66 Gambar 22. Menurut Sparre et al. 1989 laju eksploitasi E merupakan indeks yang menggambarkan tingkat pemanfaatan stok di suatu perairan; nilai E=0,50 menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan stok maksimal dan E0,50 menunjukkan tingkat pemanfaatan stok sudah mengalami tangkap lebih. 43 Gambar 22. Kurva penangkapan ikan lumo, L. ocellatus Heckel, 1843 yang di- konversi dari panjang Tingkat pemanfaatan sumber daya ikan lumo yang sudah mengalami tang- kap lebih tidak terlepas dari adanya penggunaan alat tangkap yang tidak selektif dan merusak. Kegiatan penangkapan ikan di Sungai Tulang Bawang banyak dila- kukan oleh nelayan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, yaitu pancing, ja- ring insang, anco, bubu, jala lempar, dan jaring togok Gambar 23. Jaring togok merupakan alat tangkap yang berbahan waring berukuran mata jaring kecil seki- tar 2 mm 2 Jaring togok banyak dioperasikan di bagian pinggir Sungai Tulang Bawang oleh nelayan setempat justru pada saat anak-anak ikan beruaya ke Sungai Tulang Bawang yang puncaknya berlangsung antara bulan Mei-Juni. Pada saat itu perair- an pinggir Sungai Tulang Bawang merupakan alur ruaya anak-anak ikan bergerak menentang arus menuju ke arah hulu. Oleh karena jaring togok dioperasikan de- ngan cara menetap selama berhari-hari di perairan maka alat tangkap tersebut se- lalu memerangkap anak-anak ikan yang beruaya ke sungai utama tersebut dalam jumlah yang relatif besar. Seringkali anak-anak ikan yang terperangkap dibiarkan mati dan membusuk di dalam jaring tersebut Gambar 24. yang dipasang menetap di tepi sungai. Oleh karena bermata jaring ke- cil, jaring togok dapat memerangkap ikan-ikan kecil yang keluar dari anak-anak sungai menuju ke Sungai Tulang Bawang ketika rawa-rawa mulai mengering. Ikan-ikan berukuran kecil yang berharga mahal, seperti seluang, akan dijual; se- dangkan anak-anak ikan lainnya yang tertangkap akan dibiarkan mati di dalam ja- ring tersebut hingga membusuk untuk digunakan sebagai pakan ikan baung, to- man, dan gabus yang dipelihara dalam keramba apung. Penggunaan alat setrum ikan electro fishing dan racun ikan juga banyak dilakukan di Sungai Tulang Bawang oleh nelayan setempat. Ikan-ikan yang men- jadi target utama alat tangkap ini sebenarnya adalah ikan-ikan yang berukuran be- sar dan bernilai ekonomis. Pada saat dioperasikan justru lebih banyak membunuh anak-anak ikan dan ikan-ikan berukuran kecil yang bukan menjadi target penang- kapan.