KARAKTERISTIK PERAIRAN Pengelolaan Sumber Daya Ikan Lumo, Labiobarbus Ocellatus (Heckel, 1843) Berdasarkan Pertumbuhan Dan Reproduksinya Di Sungai Tulang Bawang, Lampung
Gambar 3. Lokasi penelitian
8
Tabel 1. Metode dan alat yang digunakan dalam pengukuran beberapa parameter fisika kimia perairan.
Parameter Satuan
Metode Pengukuran Alat Lokasi
Fisika : Kecerahan
cm Visual
Piring Secchi in situ
Suhu perairan ºC
Pemuaianpenyusutan Thermometer
raksa in situ
Kedalaman m
Pantulan gelombang suara
Depht sounder in situ
Kecepatan arus mdet
--- Current meter
in situ Padatan tersuspensi
total mgl
Gravimetri laboratorium
Kimia : pH
--- Potensiometri
elektroda hidrogen pH meter
in situ Oksigen terlarut
mgl Potensiometri
DO meter in situ
Ammonium NH
4 +
mgl Metode fenate
Spektrofotometer laboratorium Ortofosfat P-PO
4
mgl Metode stanus klorida Spektrofotometer laboratorium
Bahan organik total mgl
Permanganometri Buret
laboratorium
Hasil
Hasil pengukuran beberapa parameter fisika kimia perairan disajikan secara lengkap pada Lampiran 2 dan rekapitulasinya tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Kisaran parameter fisika kimia perairan di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak.
Parameter Sungai Tulang Bawang
Bawang Latak kemarau
hujan kemarau
hujan
Fisika:
Kecerahan cm 10-35
6,0-9,5 20,0-35,0
10,0-25,0 Suhu perairan
⁰C 28,0-30,2
28,6-30,1 29,0-31,0
28,9-31,2 Kedalaman m
2,43-6,24 2,97-6,74
2,25-3,75 2,70-4,91
Kecepatan arus mdet 0,10-0,80
0,30-0,80 0,05-0,20
0,10-0,40 Padatan tersuspensi total
mgl 36-220
120-222 98-230
49-220
Kimia: pH
6,05-7,79 6,75-7,45
6,02-6,78 6,67-7,05
Oksigen terlarut mgl 4,52-6,73
5,22-6,15 4,50-6,50
4,26-6,00 Amonium mgl
0,018-0,822 0,120-0,360
0,320-0,845 0,120-2,025
Ortofosfat mgl 0,025-0,600
0,054-0,120 0,098-0,160
0,06-0,11 Bahan organik total mgl
14,54-114,39 25,55-49,93
34,52-120,24 11,38-54,20
Data curah hujan bulanan tahun 2013-2014 yang diperoleh dari UPTD BPT- PH Provinsi Lampung yang mencakup 16 pos pengamat hujan di hulu Sungai Tu-
lang Bawang menunjukkan adanya fluktuasi curah hujan rata-rata bulanan Gam- bar 4. Curah hujan rata-rata bulanan terendah terjadi pada bulan Juni 118 mm,
sedangkan yang tertinggi terjadi pada bulan Desember 485 mm.
9
Gambar 4. Curah hujan rata-rata bulanan
Sumber data: UPTD BPTPH Provinsi Lampung
Gambar 5. Kedalaman perairan di stasiun pengamatan Fluktuasi kedalaman perairan yang diukur setiap bulan memiliki kemiripan
pola dengan fluktuasi curah hujan rata-rata bulanan Gambar 5. Kedalaman per- airan tertinggi di Sungai Tulang Bawang terjadi pada bulan Januari yang menca-
pai 6,74 m, sedangkan kedalaman tertinggi di perairan Bawang Latak 2,66 m.
Hasil analisis komponen utama menunjukkan bahwa komponen 1 dan kom- ponen 2 menjelaskan keragaman sebesar 51,10. Komponen 1 menjelaskan ke-
ragaman sebesar 31,23 dan komponen 2 menjelaskan keragaman 19,87 Lam- piran 3. Berdasarkan kurva biplot antara komponen 1 dan komponen 2 Gambar
6 diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komponen 1 adalah pH, suhu, oksigen terlarut, amonium, kecepatan arus, kecerahan, dan kedalaman.
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap komponen 2 adalah kandungan fosfat, TSS, dan bahan organik total.
221 201
118 222
122 211
155 283
485 393
238 201
100 200
300 400
500 600
C ur
a h huj
a n
bul a
na n
ra ta
-r a
ta
mm
1 2
3 4
5 6
7 8
A p
r- 13
M ei
-13 Ju
n -13
Ju l-
13 A
g u
st -13
S ep
-13 Ok
t- 13
N op
-13 D
es -13
Ja n
-14 F
eb -14
Ma r-
14
Kemarau Hujan
K e
d a
la ma
n m
Cakat Nyinyik Ujung Gunung
Rawa Bungur Pagar Dewa
Bawang Latak
10
Gambar 6. Kurva biplot antara komponen 1 dan komponen 2 parameter fisika kimia perairan.
Keterangan: A= Pagar Dewa; B= Rawa Bungur, C= Ujung Gunung; D=Cakat Nyinyik; E=Bawang Latak.
Pada Gambar 6 terlihat bahwa di stasiun Bawang Latak E parameter kimia perairan yang berpengaruh adalah amonium dan bahan organik total; sedangkan di
perairan Sungai Tulang Bawang A, B, C, D lebih dipengaruhi oleh kedalaman, kecepatan arus, Bahan organik total, fosfat, TSS, dan kecerahan. Kecerahan di Su-
ngai Tulang Bawang berkorelasi negatif dengan kedalaman dan kecepatan arus.
Berdasarkan uji Mann-Whitney diketahui bahwa suhu, amonium, kecepatan arus, dan kecerahan berbeda nyata antara perairan Bawang Latak dengan perairan
di 4 stasiun pengamatan lainnya di Sungai Tulang Bawang. Adapun pH, oksigen terlarut, fosfat, bahan organik total, padatan tersuspensi total, dan kedalaman ti-
dak berbeda nyata Lampiran 4. Secara ringkas, matrik pembeda parameter fisi- ka kimia perairan berdasarkan uji Mann-Whitney disajikan pada Tabel 3.
Pengaruh perbedaan musim hujan dan musim kemarau terhadap beberapa parameter fisika kimia perairan di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak ber-
dasarkan uji Mann-Whitney tertera pada Lampiran 4. Di Sungai Tulang Bawang, nilai pH, oksigen terlarut, fosfat, bahan organik total, kecepatan arus, dan keda-
laman berbeda antara musim kemarau dan musim hujan; sedangkan suhu perairan, TSS, dan konsentrasi amonium tidak berbeda nyata. Adapun di perairan Bawang
Latak parameter fisika kimia perairan yang berbeda antara musim kemarau dan musim hujan adalah pH, fosfat, bahan organik total, dan arus; sedangkan suhu,
konsentrasi oksigen terlarut, amonium, kecerahan, padatan tersuspensi total, dan kedalaman tidak berbeda nyata.
11
Tabel 3. Matrik perbandingan parameter fisika kimia perairan berdasarkan uji Mann-Whitney
Perbandingan
pH Suhu
DO NH
PO
4
BOT
4
Arus Kece-
rahan TSS
Kedalaman air m
Antar Stasiun: Di sungai :
A-B
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
A-C
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
A-D
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
B-C
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
B-D
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
C-D
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
Sungai-rawa: A-E
√ X
√ X
√ √
X X
√ √
B-E
√ X
√ X
√ √
X X
√ √
C-E
√ X
√ X
√ √
X X
√ √
D-E
√ X
√ X
√ √
X X
√ X
Antar musim kemarau-hujan: K
S
-H
X
S
√ X
√ X
X X
X X
X
K
R
-H
X
R
√ √
√ X
X X
√ √
√
Keterangan: √ = tidak berbeda nyata; X=berbeda nyata
A = Pagar Dewa; B= Rawa Bungur; C= Ujung Gunung; D= Cakat Nyinyik; E= Bawang Latak
DO = oksigen terlarut; BOT= bahan organik total; TSS=padatan tersuspensi total
K
S
-H
S
K = perbandingan antara musim hujan dan musim kemarau di
stasiun sungai A, B, C, D;
R
-H
R
Pembahasan
= perbandingan antara musim hujan dan musim kemarau di stasiun Bawang Latak E
Daerah aliran sungai Tulang Bawang diprediksi telah mengalami kerusakan. Kerusakan yang terjadi sebagian besar berupa hilangnya tutupan vegetasi akibat
kerusakan hutan dan pertanian lahan kering tanpa tindakan konservasi tanah dan air. Indikator utama kerusakan daerah aliran sungai dapat ditunjukkan oleh rasio
debit air maksimum dan debit air minimum Q
maks
Q
min
yang lebih besar dari 30 Asdak 2007. Alviya et al. 2012 menyatakan bahwa pada saat musim hujan de-
bit air Sungai Tulang Bawang maksimum sebesar 1.757,3 m
3
det dan pada saat musim kemarau debit minimum sebesar 28,15 m
3
det, sehingga rasio Q
maks
Q
min
Kondisi Sungai Tulang Bawang yang selalu menunjukkan warna air keco- klatan mengindikasikan bahwa konsentrasi material tersuspensi cukup tinggi yang
disebabkan oleh erosi yang terjadi di bagian hulu. Erosi tersebut sangat dipenga- ruhi oleh faktor topografi dan aliran permukaan. Menurut Alviya et al. 2012,
adalah 62,42.
12
DAS Tulang Bawang memiliki koefisien aliran permukaan berkisar 21-28; ar- tinya sekitar 21-28 curah hujan akan menjadi aliran permukaan yang berpotensi
menggerus tanah permukaan dan membawanya ke dalam perairan. Hal ini menye- babkan kecerahan di Sungai Tulang Bawang relatif rendah dan air sungai tersebut
berwarna kecoklatan yang sejalan dengan tingginya nilai padatan tersuspensi total di perairan tersebut hingga mencapai lebih dari 200 mgl. Selain itu, aliran permu-
kaan yang tinggi juga berpeluang menyebabkan terjadinya banjir di daerah aliran sungai tersebut.
Beberapa parameter fisika kimia perairan, yaitu pH, oksigen terlarut, fosfat, bahan organik total, padatan tersuspensi total, dan kedalaman air relatif sama anta-
ra Sungai Tulang Bawang dan Rawa Bawang Latak. Hal ini disebabkan perairan rawa Bawang Latak bukan merupakan perairan yang tertutup melainkan masih
terhubung dengan Sungai Miring yang menyatu dengan Sungai Tulang Bawang.
Stasiun Bawang Latak E dicirikan oleh parameter fisika kimia yang beru- pa amonium, suhu, kecerahan, dan bahan organik total; sedangkan stasiun penga-
matan di Sungai Tulang Bawang, yaitu di Pagar Dewa A, Rawa Bungur B, Ujung Gunung C, dan Cakat Nyinyik D dan lebih dicirikan oleh konsentrasi
oksigen terlarut yang tinggi, TSS, arus, kenaikan muka air, fosfat, dan pH Gam- bar 6. Faktor utama yang menyebabkan fluktuasi parameter fisika kimia perairan
adalah kenaikan permukaan air yang disebabkan oleh kenaikan curah hujan, teru- tama saat musim hujan. Kenaikan permukaan air yang sejalan dengan peningkatan
kecepatan arus di Sungai Tulang Bawang berimplikasi pada peningkatan TSS, pH, dan oksigen terlarut, tetapi berdampak terhadap penurunan kecerahan, dan kon-
sentrasi amonium.
Semua stasiun pengamatan di Sungai Tulang Bawang dicirikan dengan ting- ginya nilai fosfat Gambar 6, terutama saat musim kemarau. Ortofosfat yang di-
ukur di lokasi penelitian berkisar antara 0,025-0,600 mgl. Menurut Boyd 1990 kadar fosfor dalam ortofosfat jarang melebihi 0,1 mgl meskipun pada perairan
eutrof. Ortofosfat yang tinggi di stasiun 3 0,600 mgl dan stasiun 4 0,410 mgl dapat berasal dari lahan pertanian, limbah domestik, ataupun deterjen dari daerah
hulu Sungai Tulang Bawang.
Arus di perairan Bawang Latak relatif lebih lambat dibandingkan dengan arus di Sungai Tulang Bawang, bahkan di beberapa tempat yang jauh dari Sungai
Miring perairan bersifat stagnan. Kondisi ini memungkinkan berbagai jenis vege- tasi air dapat tumbuh dengan baik dan jumlahnya melimpah. Arus yang lambat ju-
ga dapat menyebabkan terjadinya sedimentasi di perairan Bawang Latak, sehingga kecerahan air di perairan tersebut dapat mencapai perairan yang lebih dalam di-
bandingkan dengan di stasiun-stasiun pengukuran lainnya di Sungai Tulang Ba- wang. Keadaan ini juga menyebabkan suhu perairan di Bawang Latak relatif lebih
hangat dibandingkan dengan di Sungai Tulang Bawang yang terus menerus me- ngalami pergantian air lebih cepat. Demikian pula halnya dengan kandungan
amonium yang lebih tinggi di perairan di Bawang Latak yang dapat disebabkan oleh penguraian bahan organik, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan,
yang terendapkan di bagian perairan di sekitarnya. Sisa-sisa tumbuhan yang mati dapat menjadi serasah ataupun detritus yang merupakan sumber makanan bagi
ikan.
Kenaikan muka air di Bawang Latak yang lebih kecil dibandingkan di Su- ngai Tulang Bawang merupakan akibat dari meningkatnya perluasan genangan air
13
saat musim hujan dan terjadi banjir, sedangkan di Sungai Tulang Bawang tidak demikian. Semakin luas areal genangan maka kenaikan permukaan air rawa ber-
tambah, namun tidak signifikan bila dibandingkan dengan kenaikan muka air di Sungai Tulang Bawang. Oleh karena itu, pengaruh musim tidak berbeda nyata
terhadap kedalaman di perairan Bawang Latak, namun kedalaman perairan Sungai Tulang Bawang berbeda nyata antara musim kemarau dan musim hujan.
Beberapa parameter fisika kimia perairan yang penting, yaitu pH, suhu per- airan dan oksigen terlarut, masih dalam batas normal untuk mendukung kehidup-
an organisme akuatik. Nilai pH yang diukur berkisar antara 6,02-7,79. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar
7-8,5 Novotny Olem, 1994. Suhu perairan di lokasi penelitian berkisar antara 28,0-31,2
⁰C masih dalam batas optimum untuk pertumbuhan ikan. Boyd 1990 menyatakan bahwa spesies-spesies akuatik di daerah tropis dan subtropis tidak
akan tumbuh dengan baik ketika suhu perairan turun di bawah 26 ⁰C dan ketika
suhu perairan di bawah 10 ⁰C akan mengakibatkan kematian. Oksigen terlarut
yang diukur di lokasi penelitian berkisar antara 4,26-6,73 mgl. Rahardjo et al. 2011 menyatakan bahwa kebutuhan minimal ikan terhadap oksigen terlarut un-
tuk dapat tumbuh dan berkembang adalah 3 mgl dan akan lebih baik bila di atas 5 mgl.
Amomium NH
4 +
yang diukur dari lokasi penelitian berkisar antara 0,018- 2,025 mgl. Pada dasarnya amonium di perairan merupakan bentuk amonia terion-
isasi yang dipengaruhi oleh pH; sebagian besar amonia akan terionisasi menjadi amonium pada saat pH kurang dari atau sama dengan 7. Amonium tidak bersifat
toksik terhadap biota akuatik, sedangkan amonia bebas tak terionsisasi NH
3
Keberadaan ikan lumo di Sungai Tulang Bawang dan di Bawang Latak Bab 1 karena didukung oleh kondisi habitat perairan yang sesuai untuk menunjang
kehidupan ikan lumo. Kondisi fisika kimia perairan yang merupakan habitat ikan lumo di Sungai Tulang Bawang dan Rawa Bawang Latak relatif tidak berbeda de-
ngan beberapa kajian lainnya. Di Danau Teluk Jambi ikan tersebut terdapat da- lam jumlah yang dominan pada kondisi oksigen terlarut 5,58 mgl, pH 7, total al-
kalinitas 18 mgl CaCO ber-sifat toksik terhadap organisme akuatik Rahardjo et al. 2011. Padatan
tersus-pensi total TSS di lokasi penelitian berkisar antara 36-230 mgl. Padatan tarsus-pensi dapat meningkatkan kekeruhan. Menurut Alabaster Lloyd 1982
nilai TSS yang lebih dari 80 mgl kurang baik bagi kehidupan ikan air tawar.
3
, kekeruhan 11,40 NTU, dan padatan terlarut total sebesar 30 ppm Nurdawati 2010. Namun demikian, di perairan rawa banjiran di Kali-
mantan ikan lumo dapat hidup dalam kondisi pH dan oksigen terlarut yang lebih rendah. Sulistiyarto et al. 2007 menyebutkan bahwa ikan L. ocellatus banyak
ditemukan di rawa banjiran Sungai Rungan Kalimantan Tengah yang memiliki kedalaman perairan antara 14,8-40,2 m, pH antara 5,64-5,88, oksigen terlarut ber-
kisar 3,50-4,95 mgl, kecerahan perairan 36,3-62,0 cm, dan suhu air permukaan antara 30,2-30,7°C. Adapun di Danau Sabuah Kalimantan Tengah ikan tersebut
hidup pada kondisi perairan dengan kecerahan 37,5-42,5 cm, suhu antara 27,5- 30,3°C, kisaran pH 5,76-6,99 dan oksigen terlarut antara 3,86-4,79 mgl Torang
Buchar 2000. Di zona tengah Sungai Kapuas, ikan lumo hidup pada kisaran suhu air antara 29-32°C, kecerahan 30-100 cm, pH 5-7, oksigen terlarut 4,9-12,64
mgl, alkalinitas 10-19 mgl CaCO
3
, BOD
5
antara 0,9-6,07 mgl, dan COD 8,3- 40,6 mgl Adjie Utomo 2011.
14
Simpulan
Perairan Bawang Latak lebih dicirikan oleh amonium dan bahan organik to- tal; sedangkan perairan Sungai Tulang Bawang lebih dicirikan oleh kedalaman,
kecepatan arus, bahan organik total, fosfat, TSS, dan kecerahan yang rendah. Pa- rameter fisika kimia perairan di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak yang
penting untuk mendukung kehidupan organisme perairan, seperti suhu perairan, pH, dan oksigen terlarut, masih dalam batas normal, kecuali padatan tersuspensi
total. Ikan lumo dapat hidup dengan baik di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak
15