3
Kebaharuan
Kajian tentang aspek ekobiologi ikan lumo masih jarang dilakukan. Sejak dideskripsikan oleh Heckel pada tahun 1843, beberapa aspek biologi ikan lumo
belum pernah dikaji secara mendalam, termasuk aspek pertumbuhan dan repro- duksinya. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang mengkaji aspek per-
tumbuhan dan reproduksi ikan lumo. Selain itu, kebaharuan penelitian ini juga mencakup kajian mengenai ancaman terhadap kelestarian sumber daya ikan lumo
dan konsep pengelolaan sumber daya ikan tersebut.
Kerangka Pemikiran Penelitian
Fluktuasi curah hujan yang terjadi selama musim kemarau dan musim hujan sangat menentukan karakteristik habitat ikan lumo di Sungai Tulang Bawang.
Perbedaan curah hujan antara musim kemarau dan musim hujan menyebabkan terjadinya fluktuasi parameter fisika kimia perairan yang selanjutnya dapat me-
nyebabkan fluktuasi ketersediaan makanan, perbedaan luasan habitat, dan lain- lain. Beberapa parameter fisika kimia perairan dapat memengaruhi biologi ikan
lumo, seperti persebaran, pertumbuhan dan faktor kondisi, serta aspek reproduk- sinya, yang selanjutnya menentukan populasinya. Di sisi lain, aktivitas penang-
kapan ikan dapat menurunkan populasi ikan tersebut apabila terjadi tangkap lebih ataupun penangkapan ikan dengan alat tangkap yang merusak.
Minimnya data dan informasi beberapa aspek ekobiologi ikan lumo di Su- ngai Tulang Bawang menyebabkan upaya pengelolaan sumber daya ikan tersebut
belum dapat dilakukan secara optimum. Untuk itu diperlukan beberapa kajian ter- kait dengan ekobiologi ikan lumo, seperti persebaran, pertumbuhan dan faktor
kondisi, reproduksi, serta parameter fisika kimia perairan yang memengaruhi ke- limpahan ikan lumo. Selanjutnya berdasarkan hasil kajian tersebut dapat dirumus-
kan suatu kebijakan pengelolaan ikan lumo, sehingga pemanfaatannya dapat dila- kukan secara berkelanjutan dan pada akhirnya sumber daya ikan lumo tetap les-
tari.
Berdasarkan beberapa pemikiran tersebut maka disusun suatu kerangka pe- mikiran penelitian seperti yang tertera pada Gambar 2. Melalui kerangka pemi-
kiran penelitian ini dapat diketahui bahwa karakteristik habitat perairan dapat me- mengaruhi populasi ikan lumo melalui perubahan kondisi ekobiologi ikan lumo.
Di sisi lain, aktivitas penangkapan ikan juga dapat berdampak terhadap populasi ikan tersebut. Dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan lumo, perlu diperha-
tikan aspek ekobiologi dan beberapa permasalahan dalam pemanfaatannya, se- hingga sumber daya ikan tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
4
Pengaruh Musim Hujan-Kemarau
Fluktuasi Curah Hujan
Karakteristik Habitat Perairan: - Sungai Tulang Bawang
- Rawa Bawang Latak
Reproduksi Pertumbuhan
dan faktor kondisi
Persebaran Biologi ikan lumo
Populasi ikan lumo Aktivitas
penangkapan ikan
Kebijakan pengelolaan sumber daya ikan lumo
Pemanfaatan ikan lumo berkelanjutan
Sumber daya ikan lumo lestari Fluktuasi Fisika Kimia
Perairan
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
5
2. KARAKTERISTIK PERAIRAN
Pendahuluan
Sungai Tulang Bawang merupakan bagian dari DAS daerah aliran sungai Tulang Bawang yang terletak di Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Kabupaten
Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Berdasarkan pembagian orde sungai, Sungai Tulang Bawang merupakan sungai orde 8 pada DAS Tulang Bawang dan terma-
suk sub-DAS Tulang Bawang Bagian Tengah. Pola aliran Sungai Tulang Bawang mengikuti pola aliran sungai yang berkelok-kelok meander. Dengan kondisi alir-
an sungai yang demikian maka arus sungai mengalir lebih cepat pada sisi luar ke- lokan dibandingkan pada sisi dalam, sehingga sisi luar kelokan terus menerus ter-
gerus dan hasilnya terendapkan di sisi bagian dalam kelokan. Sungai Tulang Ba- wang mengalir ke Laut Jawa dan bermuara di Pantai Timur Lampung. Menurut
Wiryawan et al. 1999 pasang naik di Pantai Timur Lampung dapat mendesak air payau ke hulu sungai sejauh 40-50 km selama musim kemarau.
Dalam kajian ekobiologi ikan perlu dilakukan penelaahan yang mencakup parameter fisika kimia perairan, sehingga kajian yang dihasilkan dapat lebih kom-
prehensif. Keberadaan suatu jenis ikan di perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi fisika kimia perairan Beamish et al. 2006; Li Gelwick 2005; Sullivan Wat-
zin 2009; Rahardjo et al. 2011, terutama ikan-ikan yang hidup di sungai dataran banjir Welcomme 1985; Junk 1996; Mc Connell 1987. Beberapa parameter fisi-
ka kimia perairan memegang peranan penting dalam persebaran ikan Hoggarth et al. 1996; Li Gelwick 2005; Beamish et al. 2006, pertumbuhan ikan Le Cren
1951; Effendie 2002; Rahardjo et al. 2011, ataupun aspek reproduksi Rainboth 1996; Effendie 2002; Song 2007; Welcomme 2008; Rahardjo et al. 2011.
Karakteristik habitat perairan yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan keragaman jenis ikan. Vannote et al. 1980 menyatakan bahwa keragaman orga-
nisme perairan di zona hulu dan zona hilir sungai lebih rendah daripada di zona tengah sungai. Zona tengah sungai yang memiliki variasi yang tinggi dalam hal
suhu, pengaruh riparian dan arus, menyebabkan keragaman organisme perairan lebih besar dari zona hulu dan zona hilir sungai. Hasil kajian Adjie dan Utomo
2011 di Sugai Kapuas menunjukkan bahwa karakteristik perairan yang berbeda antara zona tengah sungai dan zona hilir sungai menyebabkan perbedaan kera-
gaman jenis ikan. Keragaman jenis ikan paling banyak berada di zona tengah su- ngai, yaitu 123 jenis ikan. Di zona tengah sungai tersebut terdapat beberapa rawa
banjiran yang produktif dan pengaruh air tawar masih dominan, sedangkan di zo- na hilir sungai dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur beberapa parameter fisika kimia perairan di Sungai Tulang Bawang dan Bawang Latak, dan selanjutnya menerang-
kan karakteristik kedua habitat perairan tersebut berdasarkan parameter fisika ki- mia perairan yang diukur.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2013 sampai dengan bulan Maret 2014 di Sungai Tulang Bawang dan Rawa Latak, Kabupaten Tulang Bawang, Pro-
vinsi Lampung Gambar 3. Pengukuran beberapa parameter fisika kimia perairan dilakukan in-situ setiap bulan di lima stasiun pengamatan yang tersebar di Sungai
6
Tulang Bawang, yaitu Cakat Nyinyik S1, Ujung Gunung S2, Rawa Bungur S3, dan Pagar Dewa S4, serta di Bawang Latak R. Deskripsi singkat masing-
masing stasiun pengamatan tertera pada Lampiran 1.
Penentuan stasiun penelitian tersebut berdasarkan pertimbangan berikut ini: • Stasiun A merupakan perairan paling hulu dari Sungai Tulang Bawang
yang berdekatan dengan pertemuan antara Sungai Way Kanan dan Way Kiri;
• Stasiun B mewakili perairan sungai yang terletak di bagian tengah dan berdekatan dengan lahan pertanian;
• Stasiun C mewakili perairan sungai yang terletak di bagian tengah sebe- lum memasuki permukiman penduduk;
• Stasiun D mewakili perairan sungai yang terletak di bagian hilir yang di- duga masih dipengaruhi oleh energi pasang surut;
• Stasiun E merupakan perairan yang terletak di Sungai Way Miring yang berarus lebih lambat dan lebih kecil dari Sungai Tulang Bawang, mewa-
kili perairan rawa banjiran. Parameter fisika kimia perairan yang tidak diukur in-situ dianalisis di Labo-
ratorium Kesehatan Lingkungan Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lam- pung. Pengukuran beberapa parameter fisika kimia perairan yang penting yang
meliputi kecerahan, pH, oksigen terlarut, suhu perairan, amonium NH
4 +
, orto- fosfat P-PO
4
Pengukuran parameter fisika kimia perairan yang meliputi kecerahan, pH, oksigen terlarut, suhu perairan, kedalaman, dan arus dilakukan in situ; sedangkan
kandungan amonium, P-PO , bahan organik total, padatan tersuspensi total, kedalaman, dan arus
dilakukan setiap bulan. Pengambilan contoh air dilakukan dengan menggunakan water sampler.
4
, dan bahan organik total dilakukan di laboratorium Tabel 1. Contoh air yang diukur kandungan amonium, P-PO
4
Parameter fisika kimia perairan yang menentukan karakteristik setiap stasi- un penelitian dianalisis secara multivariat dengan menggunakan analisis kompo-
nen utama. Menurut Mattjik Sumertajaya 2011 analisis komponen utama mampu mempertahankan sebagian besar informasi yang diukur dengan menggu-
nakan sedikit peubah yang menjadi komponen utamanya saja. Untuk memudah- kan analisis komponen utama digunakan perangkat lunak PAST. Uji Mann-Whit-
ney dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan masing-masing parame- ter fisika kimia perairan tersebut di setiap stasiun penelitian, sehingga dapat dike-
tahui perbedaan karakteristik perairan berdasarkan parameter fisika kimianya. Uji tersebut juga digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan masing-ma-
sing parameter fisika kimia perairan saat musim kemarau dan musim hujan. , dan bahan
organik total disimpan dalam wadah bersuhu 4 ºC dalam interval waktu 12 jam untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium yang mengacu pada Rice et al.
2005. Adapun data curah hujan diperoleh berdasarkan rekaman curah hujan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Badan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
UPTD BPTPH Provinsi Lampung.
Gambar 3. Lokasi penelitian