Alasan Pemilihan Nilai Kerja

tidak rasional karena kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan, seperti syarat sebuah rumah harus memiliki empat buah soko guru tiang penyangga yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang ke empatnya dipercaya akan memperkuat rumah baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut. Analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana nantinya faham simbolisme akan bergeser dari budaya jawa, tapi bahwa simbolisme tidak akan terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada simbolisme. Sampai kapanpun simbolisme akan terus berkembang mengikuti berputarnya sangkakala. Selanjutnya ada 2 nilai pegawai suku Jawa yang tidak masuk dalam tipologi nilai Meglino, yaitu nilai ekonomi dan ibadah, karena tipologi nilai Meglino hanya dalam setting lingkungan kerja sehingga kedua nilai tersebut tidak dapat masuk dalam tipologi nilai Meglino.

4.4.3 Alasan Pemilihan Nilai Kerja

Karyawan Jawa memilih nilai-nilai kerja tersebut dengan beberapa alasan, antara lain: 1 menghasilkan kinerja yang baikmaksimal, berarti tanpa nilai-nilai kerja tersebut, suatu pekerjaan tidak akan berjalan dengan baik, hasil yang diperoleh pun akan kurangtidak memuaskan; 2 kunci kesuksesan, bahwa dengan menerapkan nilai-nilai kerja tersebut akan mengantarkan dan mendekatkan pada keberhasilan serta kesuksesan; 3 memenuhi kebutuhan hidup, dengan bekerja dan menerapkan nilai kerja tersebut pekerjaan akan bertahan lama sehingga bisa menghasilkan upah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Menghasilkan kinerja yang baikmaksimal, berarti tanpa nilai-nilai kerja tersebut, suatu pekerjaan tidak akan berjalan dengan baik, hasil yang diperoleh pun akan kurangtidak memuaskan. Kinerja dapat diartikan sebagai hasil kerja atau karya yang dihasilkan oleh masing-masing karyawan untuk membantu badan usaha dalam mencapai dan mewujudkan tujuan badan usaha. Menurut Siswanto 2002: 235 kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Selanjutnya Rivai 2005: 309 mengatakan bahwa kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Selain itu kinerja juga dapat diartikan sebagai salah satu hasil dan usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Kinerja dari seseorang merupakan hal yang bersifat individu karena masing-masing dari karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya. Kinerja seseorang tergantung pada kombinasi dari nilai kerjanya, kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh sehingga nilai kerja seseorang nantinya akan mempengaruhi kinerjanya tersebut. Kunci kesuksesan, bahwa dengan menerapkan nilai-nilai kerja tersebut akan mengantarkan dan mendekatkan pada keberhasilan serta kesuksesan. Seseorang dikatakan telah sukses jika harta bendanya berlimpah, jabatannya tinggi, gelar akademiknya banyak, dan namanya popular di mata masyarakat luas. Konsep Barat mengenai sukses umumnya banyak menggunakan alat ukur seperti materialekonomi, kebahagiaan dan kepuasan hidup pribadi. Aspek ekonomi sering dijadikan patokan kesuksesan seseorang. Sebaliknya pada masyarakat Timur kesuksesan mungkin berbeda ukurannya. Orang Jawa mengenal bahwa seseorang akan diperhitungkan dan dinilai keberadaannya berdasar pada apa yang dimilikinya terutama terkait dengan pekerjaan. Menurut Koentjaraningrat 1985: 38, karya merupakan tujuan hidup. Hasil karya akan mewujudkan kebahagiaan-kebahagiaan dalam hidup ini. Menurut konsep orang priyayi, kebahagiaan-kebahagiaan itu, misalnya, adalah kedudukan, kekuasaan, dan lambang-lambang lahiriah dari kemakmuran. Ukuran kesuksesan pada seorang individu dalam budaya Jawa tentu berbeda dengan ukuran budaya Barat yang menekankan nilai material kebendaan dan hal-hal lain yan bersifat fisik semata. Pemikiran orang Jawa mengenai menjadi orang sukses merupakan konsep yang bersifat totalitas. Konsep tersebut tidak berharga mati, tetapi lentur dan adaptif menurut strata sosial atau tingkat ekonomi yang memperbincangkannya. Oran Jawa untuk mencapai kesuksesan tersebut, ada beberapa hal yang mempengaruhinya yaitu kemampuan, usaha, nilai kerja serta kesempatan yang diperoleh. Berdasarkan hal tersebut, maka nilai kerja yang tepat dapat mengantarkan pada keberhasilan dan kesuksesan. Alasan terendah karyawan Jawa dalam memilih nilai kerja tersebut adalah karena untuk memenuhi kebutuhan hidup, dengan bekerja dan menerapkan nilai kerja tersebut pekerjaan akan bertahan lama sehingga bisa menghasilkan upah dan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Menurut pandangan orang Jawa, upaya untuk mencapai kesejahteraan hidup dilakukan dengan bekerja. Ukuran kesejahteraan hidup diartikan dalam bentuk materi. Upaya yang dilakukan orang Jawa untuk mencapai kesejahteraan dalam struktur kesejahteraan orang Jawa lebih didorong oleh nilai-nilai kesejahteraan Jawa yang diyakini bersama.

4.4.4 Perubahan nilai kerja sebelum dan sesudah bekerja