Pengaruh Padat Tebar terhadap Kualitas Air

fase tersebut larva tidak boleh kekurangan makanan karena sifat kanibalnya akan muncul Arie, 2000 . Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan secara konvensional dan intensif. Pada mulanya pemeliharaan ikan bawal di Indonesia dilakukan secara intensif, alternatif ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan sekaligus menekan resiko kegagalan. Benih ikan bawal sangat resisten terhadap perubahan lingkungan atau serangan musuh alami berupa hama dan penyakit. Pemeliharaan secara intensif lebih menekan pengelolaan pakan. Nilai FCR untuk pembesaran ikan bawal yang dianggap menguntungkan adalah 1 – 1,2 Arie, 2000. Pakan alami ikan bawal air tawar adalah plankton, rumput-rumputan, biji- bijian, buah-buahan dan padi-padian liar . Ikan bawal yang dipelihara dalam kolam cenderung ganas dan buas, suka menyerang ikan-ikan lain yang lemah dan berukuran kecil. Oleh karena itu pembesaran ikan bawal sebaiknya dilakukan secara monokultur di kolam air tenang tanpa pergantian air, kolam air mengalir kolam air deras dan jala apung yang dipasang di pinggir waduk atau danau Djarijah, 2001.

2.2 Pengaruh Padat Tebar terhadap Kualitas Air

Ikan bawal termasuk ikan yang tidak banyak menuntut lingkungan bagus sebagai media hidupnya. Ikan bawal mampu bertahan pada perairan yang kondisinya jelek sekalipun, namun akan tumbuh dengan normal dan optimal pada perairan yang sesuai dengan persyaratan habitatnya. Tabel 1 menunjukkan kisaran kualitas air yang baik untuk ikan bawal air tawar : Tabel 1. Kualitas air yang optimal untuk ikan bawal air tawar Colossoma macropomum Parameter Nilai Suhu 27 – 29 o C Oksigen terlarut 2,4 – 6 mgliter Karbondioksida Maksimal 5,6 mgliter pH 7 – 8 Amoniak Maksimal 0,1 mgliter Alkalinitas 50 – 300 mgliter CaCO 3 Sumber : Djarijah, 2001. Parameter fisika kimia air yang memiliki peranan yang cukup penting dalam budidaya ikan adalah kadar oksigen terlarut dan amoniak. Pada Tabel 2 di bawah ini menunjukkan pengaruh padat penebaran terhadap beberapa jenis ikan terhadap fisika-kimia air. Tabel 2. Fisika kimia air pemeliharaan benih ikan bawal dan gurame yang dipelihara dalam wadah akuarium dengan padat penebaran yang berbeda. Parameter fisiks-kimia air Jenis ikan Padat tebar ekorl Ukuran pH O 2 mgl NH 3 mgl Suhu o C Sumber 7.23-7.68 6.08-6.77 0.09-0.26 26 7.29-7.75 5.91-6.34 0.09-0.24 29 10 5.05±0.25mm 7.32-7.78 5.61-6.09 0.14-0.30 32 Bramantya 2006 Bawal air tawar 1 3.04±0.18 cm 5.64-7.22 2.81-7.34 0.009-0.024 25.5-26 Wulandari 2006 2.5 6.52-7.08 3.14-7.78 TD-0.005 30-34.3 5 6.61-6.93 2.19-6.73 TD-0.005 30.2-33.5 7.5 13 mg 6.53-6.94 2.10-6.60 TD-0.005 30-33 Sarah 2002 6 7.22-7.60 3.02-5.04 0.01-0.16 28-29 8 7.19-7.57 2.15-4.67 0.02-0.19 28-29 Gurame 10 0.10 g 7.12-7.51 1.21-5.19 0.01-0.17 28-29 Bugri 2006 Keterangan : TD tidak terhitung Suplai oksigen di perairan harus seimbang antara kepadatan ikan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi ikan Stickney, 1979. Menurut Arie 2000 kebutuhan oksigen yang normal untuk ikan bawal hanya sampai 4 mgliter. Berdasarkan Tabel 2, ikan bawal air tawar dapat bertahan hidup dengan kadar oksigen di bawah 4 mgliter. Hal ini menunjukkan bahwa benih ikan bawal air tawar masih dapat mentolerir kandungan oksigen terlarut lebih kecil dari 4 mgliter Wulandari, 2006. Menurut Djarijah 2001 bahwa di perairan alami ikan bawal air tawar mampu bertahan hidup dengan kadar oksigen sampai 2,4 mgliter. Adanya peningkatan padat penebaran dalam suatu wadah yang terbatas dan pada kondisi padat penebaran ikan semakin tinggi maka konsumsi oksigen dan akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan semakin tinggi Stickney, 1979. Hal ini juga dapat dibuktikan dalam Tabel 2, kepadatan ikan gurame yang semakin tinggi akan menyebabkan konsumsi oksigen semakin banyak. Padat penebaran yang tinggi menyebabkan kebutuhan oksigen dan pakan semakin besar, begitu pula untuk buangan metabolisme sepeti feses, amaniak, dan karbondioksida juga bertambah banyak. Kondisi ini dibutuhkan suplai air yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi dan membuang hasil metabolisme tersebut. Kebutuhan oksigen yang meningkat dapat dipenuhi dengan pemberian aerasi Effendi, 2004. Nitrogen dalam perairan dibedakan menjadi dua macam yaitu berupa nitrogen anorganik dan nitrogen organik. Nitrogen anorganik terdiri atas amonium NH 4 + , nitrit NO 2 - , dan nitrat NO 3 - . Nitrogen organik berupa protein, asam amino, dan urea. Amoniak dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Sumber amoniak di perairan adalah pemecahan nitrogen organik protein dan urea dan nitrogen anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air berasal dari dekomposisi bahan organik tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati oleh mikroba dan jamur Effendi, 2003. Amoniak adalah suatu produk hasil dari metabolisme protein dan disisi lain amoniak merupakan racun bagi ikan sekalipun konsentrasinya sangat rendah Zonneveld, 1991. Amoniak dan nitrit yang tinggi dalam perairan bersifat berbahaya bagi ikan. Persentase amoniak bebas meningkat dengan meningkatnya nilai pH dan suhu perairan Boyd, 1991. Reaksi berikut ini merupakan kesetimbangan yang terjadi dalam suatu larutan : NH 3 + H 2 O ↔ NH 4 + + OH - Dari persamaan ini ternyata bentuk yang tidak terionisasi dari konsentrasi total amoniak NH 3 dan NH 4 + bergantung pada pH. Daya racun NH 3 tak terionisasi yang sangat tinggi pada nilai pH di atas 10 atau di bawah 7 sesuai bagi budidaya ikan dalam sistem resirkulasi karena intensitas proses produksi dalam sistem tersebut Zonneveld, 1991. Prosesnya adalah, apabila terjadi penurunan terhadap nilai pH air, maka akan terjadi peningkatan konsentrasi H + didalam air sehingga NH 3 -N dapat berubah menjadi NH 4 + . Apabila nilai pH air meningkat maka konsentrasi OH - dominan di dalam air dan NH 3 -N dapat masuk ke dalam jaringan Trussel dalam Boyd, 1991. Amoniak meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan, menghancurkan insang, dan mengurangi kemampuan darah untuk mentransportasikan oksigen Boyd, 1991. Selain amoniak, nitrogen yang dihasilkan ikan dapat berupa NO 2 dan NO 3 - . Apabila konsentrasinya tinggi dapat mempengaruhi kehidupan ikan. NO 2 biasanya disebut dengan nitrit. Jika nitrit terabsorpsi secara terus menerus oleh ikan, maka nitrit akan bereaksi dengan haemoglobin sehingga membentuk methemoglobin Hb + NO 2 - = Met-Hb. Adapun reaksi yang terjadi adalah unsur besi yang terdapat dalam haemoglobin akan dioksidasi dari ferro menjadi ferri dan akan membentuk Met-Hb. Methemoglobin ini bersifat menurunkan kemampuan haemoglobin dalam mengikat oksigen, sehingga dapat mengakibatkan stres dan kematian pada ikan. Darah yang mengandung methemoglobin berwarna coklat biasa disebut dengan “brown blood disease” Boyd, 1991.

2.3 Pengaruh Padat Tebar terhadap Kelangsungan Hidup