Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Rancangan Percobaan Analisis Data

II. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli–September 2007, bertempat di Laboratorium Sistem dan Teknologi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah akuarium sebanyak 12 buah berukuran masing-masing 25 cm x 25 cm x 25 cm, hi-blow untuk aerasi dan peralatan untuk sampling seperti bak kecil, penggaris sorong, serokan, timbangan digital. Perlengkapan resirkulasi meliputi pipa paralon 0,5 inci untuk saluran inlet, talang air untuk saluran outlet, selang aerasi, selang air berdiameter 0,5 inci untuk menghubungkan pompa dengan pipa inlet, paralon berukuran 25 cm dengan diameter 6 cm untuk menampung sisa air sementara, selang berdiameter 0,25 inci untuk pintu outlet, serta 2 buah bak tandon bervolume 100 liter. Bahan-bahan yang diperlukan antara lain ikan uji yaitu benih ikan bawal air tawar Colossoma macropomum berumur 15 hari, cacing sutra Tubifex sp, pakan komersil sebagai pakan tambahan. Bahan membuat filter diperlukan kerikil kasar, pasir halus, zeolit dan potongan paralon kecil media hidup bakteri dengan perbandingan untuk kerikil kasar : pasir halus : zeolit adalah 35 kg : 28 kg : 14 kg.

3.3 Rancangan Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan acak lengkap RAL dengan empat perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Perlakuan yang dilakukan adalah padat penebaran 10, 20, 30 dan 40 ekorliter. Tabel 3. Pengacakan perlakuan padat penebaran benih ikan bawal Colosomma macropomum D2 A1 A3 C1 B1 B3 A2 Akuarium C3 C2 D1 D3 A3 B2 STOK Keterangan angka 1, 2, 3 menunjukkan ulangan 3.4 Perlakuan 3.4.1 Persiapan Wadah Sistem resirkulasi bekerja dengan cara, air yang berasal dari akuarium pemeliharaan ikan dialirkan ke bak tandon untuk memisahkan zat tersuspensi kotoran ikan dan sisa pakan. Air yang telah difilter kemudian ditampung dalam bak penampungan air dan selanjutnya air dialirkan kembali ke dalam akuarium pemeliharaan ikan dengan pompa. Proses ini terjadi secara terus menerus. Air dalam sistem resikulasi distabilkan selama 2 minggu bertujuan untuk menumbuhkan bakteri nitrifikasi. Pertumbuhan bakteri dirangsang dengan menaburkan pakan ikan pada tandon filter sebanyak 5 g. Kebutuhan oksigen disuplai dengan cara pemberian aerasi di tandon penampungan air dan masing- masing akuarium. Untuk mempertahankan suhu pada 30 o C maka dipasang pemanas air yang diletakkan di bak penampungan air bersih. Air yang telah stabil diuji kualitasnya seperti oksigen terlarut, pH, alkalinitas, amoniak, nitrit, kesadahan, suhu dan salinitas untuk menyesuaikan dengan kualitas air yang dibutuhkan untuk benih ikan bawal.

3.4.2 Penebaran Benih

Benih yang digunakan berasal dari daerah Parung, Bogor. Ukuran benih yang digunakan dalam penelitian berukuran kuku dengan bobot 0,17 ± 0,01 g dan panjang 1,78 ± 0,04 cm. Benih yang baru datang diadaptasikan dalam akuarium berukuran 60 cm x 30 cm x 25 cm dengan kepadatan ± 40 ekorliter selama 4 hari, adaptasi ini dilakukan untuk mengurangi stres akibat perubahan lingkungan dari wadah transportasi ke wadah akuarium. Penebaran benih dilakukan dengan mengaklimatisasi benih ikan bawal selama 15 menit atau sampai kantong mengembun. Setelah benih ditebar dilakukan penebaran garam krosok sedikit- demi sedikit sebanyak 500 g 2 ppt untuk mengurangi stres ikan dan membunuh patogen yang terbawa dalam pengangkutan. Selain itu adaptasi ini juga dilakukan untuk membiasakan benih bawal makan pakan buatan. Benih yang akan ditebarkan dalam sistem resirkulasi dilakukan perendaman dalam larutan PK kalium permanganat dengan dosis 20 mgliter selama 1 menit, bertujuan untuk membunuh patogen, kemudian diaklimatisasi selama 10 menit. Sebagai data awal dilakukan pengambilan contoh bobot dan panjang tubuh sebanyak 30 ekor dari populasi untuk mengetahui ukuran awal penebaran.

3.4.3 Pemberian Pakan

Benih ikan bawal diberi pakan udang berdiameter 1 mm dengan kadar protein 40. Pemberian pakan dilakukan secara at satiation sekenyangnya. Pakan diberikan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.00, 13.00 dan 17.00 WIB. Cara pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit sampai ikan kenyang. Pemberian pakan dilakukan dengan cara pakan ditebarkan pada 5 titik dalam akuarium agar ikan mendapat peluang makan yang sama. Pakan yang diberikan dari awal hingga akhir penelitian berkisar antara 0,220±0,102 hingga 0,382±0,209 gram.

3.4.4 Pengelolaan Air

Kualitas air media pemeliharaan benih bawal dalam sistem resikulasi dipertahankan dengan cara penyiponan feses setiap 2 hari sekali, dan dilakukan pergantian air sebanyak 5 setiap minggu untuk menganti air yang menguap atau hilang.

3.4.5 Pencegahan Hama dan Penyakit

Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan cara membersihkan saluran air dari lumut atau kotoran yang menempel setiap satu minggu sekali. Bila ikan bawal terserang penyakit seperti jamur maka dilakukan pemberian garam krosok sampai dosis maksimal 4 ppt, serta pemberian antibiotik elbadju dengan dosis 2 mgliter air.

3.5 Pengamatan

Pengambilan contoh ikan sampling dilakukan setiap 10 hari sekali sebanyak 30 ekor setiap perlakuan. Pengambilan ikan menggunakan saringan persegi empat, dan dilakukan pengambilan secara acak. Sampling dilakukan sebelum pemberian pakan atau ikan dipuasakan selama 20 jam. Benih ikan bawal contoh ditimbang dengan menggunakan timbangan digital secara basah dan diukur dengan menggunakan jangka sorong.

3.5.1 Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup SR adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup dengan ikan pada awal pemeliharaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung kelangsungan hidup SR adalah sebagai berikut : SR = No Nt x 100 Keterangan : SR = Survival rate kelangsungan hidup N t = Jumlah benih di akhir pemeliharaan ekor N = Jumlah benih di awal pemeliharaan ekor Effendie, 1979

3.5.2 Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan bobot ditentukan berdasarkan selisih bobot rata-rata akhir Wt dengan bobot rata-rata awal Wo pemeliharaan dan dibandingkan dengan lama waktu pemeliharaan. Dengan rumus sebagai berikut : Keterangan : SGR = Laju pertumbuhan spesifik W o = Bobot ikan uji rata-rata pada akhir percobaan g W t = Bobot ikan uji rata-rata pada awal percobaan g t o = Waktu awal penelitian hari t 1 = Waktu akhir penelitian hari Busacker, 1990

3.5.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak adalah selisih panjang total tubuh ikan pada akhir pemeliharaan dan awal pemeliharaan. Pertumbuhan mutlak cm ditentukan berdasarkan selisih panjang akhir P t dengan panjang awal P o pemeliharaan, dengan rumus sebagai berikut : SGR =[ ln W t – ln W o t 1 – t o ] x 100 P m = P t - P o Keterangan : P m = Pertumbuhan panjang mutlak cm P t = Panjang rata-rata akhir cm P o = Panjang rata-rata awal cm Effendi, 1979

3.5.4 Efisiensi Pemberian Pakan

Efisiensi pemberian pakan menunjukkan seberapa banyak pakan yang dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan, dihitung dengan persamaan : W t + W d – W o EPP = W pakan x 100 Keterangan : EPP = Efisiensi pemberian pakan W t = Biomassa total ikan pada akhir penelitian W d = Biomassa total ikan yang mati W o = Biomassa awal pemeliharaan ikan W pakan = Total jumlah pakan yang diberikan Zonneveld et al., 1991

3.5.5 Koefisien Keragaman Panjang

Koefisien keragaman panjang menunjukkan seberapa besar ukuran panjang tubuh ikan dalam satu populasi menyebar dari nilai rata-ratanya, dihitung dengan rumus : = kk 100 × γ S Keterangan : kk = Koefisien keragaman panjang S = Akar ragam contoh γ = Rata-rata contoh Steel and Torrie, 1991

3.5.6 Fisika Kimia Air

Untuk mengetahui kualitas air media pemeliharaan selama penelitian maka dilakukan pengukuran fisika kimia air. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap 10 hari sekali kecuali suhu dan salinitas yang dilakukan pengecekan setiap hari Tabel 4. Tabel 4. Prosedur pengukuran fisika dan kimia air pemeliharaan benih ikan bawal Colossoma macropomum pada kepadatan 10, 20, 30 dan 40 ekorliter selama 40 hari. Parameter Satuan Alatmetode Suhu o C Temperatur Salinitas ppt gkg Salinorefraktofotometer Oksigen terlarut mgliter DO-meter pH unit PH-meter NH4 + NH 3 mgliter Spektrofotometerphenet NO 2 mgliter Spektrofotometerulfanilamid Alkalinitas mg liter CaCO 3 Titimetri Kesadahan mg liter CaCO 3 Titimetri

3.5.7 Efisiensi Usaha

Analisis usaha merupakan salah satu parameter yang perlu dikaji untuk mengetahui seberapa besar efisiensi suatu unit produksi. Adapun aspek yang diperhitungkan dalam efisiensi usaha terdiri dari: Keuntungan = Total penerimaan – Total biaya produksi RC Ratio = Biaya produksi Total penerimaan HPP = Biaya produksi Jumlah produksi Keterangan: HPP = Harga Pokok Penjualan RC ratio = Perimbangan penerimaan RC ratio 1, maka dapat dikatakan produksi mengalami keuntungan.

3.6 Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan program SPSS 11.5 dan NSExel 2003yaitu meliputi : 1. Analisis ragam ANOVA dengan uji F pada selang kepercayaan 95, digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh kepada derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak, efisiensi pakan, dan koefisien keragaman panjang. Apabila perlakuan berbeda nyata maka, untuk melihat perbedaan antar perlakuan diuji lanjut dengan menggunakan uji Tukey. 2. Analisis deskriptif, digunakan untuk menjelaskan kondisi parameter produksi dan kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan benih ikan bawal selama penelitian, yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data yang diamati secara deskriptif meliputi analisis kualitas air dan analisis usaha.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil analisis penelitian didapat data berupa kelangsungan hidup , laju pertumbuhan spesifik , pertumbuhan panjang mutlak cm, efisiensi pemberian pakan , koefisien keragaman panjang , seperti yang tertera pada Tabel 5, serta hasil analisis fisika kimia air dan hasil analisis efisiensi usaha selama pemeliharaan. Tabel 5. Kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak, efisiensi pemberian pakan, dan koefisien keragaman panjang benih ikan bawal Colossoma macropomum yang dipelihara dengan kepadatan 10, 20, 30 dan 40 ekorliter Padat penebaran ekorliter Parameter 10 20 30 40 Kelangsungan hidup 99,07±0,00 a 96,56±1,51 ab 96,24±0,63 ab 95,41±0,17 b Laju pertumbuhan spesifik 7,53±0,17 a 6,21±0,51 b 5,49±0,18 bc 4,94±0,30 c Pertumbuhan panjang mutlak cm 2,71±0,05 a 2,20±0,08 b 1,64±0,04 c 1,48±0,12 c Efisiensi pemberian pakan 87,81±4,74 a 87,98±4,91 a 84,00±7,03 a 77,46±5,53 a Koefisien Keragaman panjang 16,48±0,83 a 16,23±1,72 a 19,71±1,43 a 17,70±2,35 a Keterangan : Huruf superscrip dibelakang nilai standar deviasi yang berbeda pada setiap baris menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata P0,05.

4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup benih ikan bawal selama pemeliharaan berkisar antara 95,41 sampai 99,07. Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan padat penebaran memberi pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup P0,05 Lampiran 2. Berdasarkan hasil uji lanjut menunjukkan bahwa perlakuan padat penebaran 10 ekorliter berbeda nyata dengan perlakuan padat penebaran 40 ekorliter P0,05, sedangkan perlakuan 20, 30 dan 40 ekorliter tidak berbeda nyata P0,05 ditunjukkan pada Tabel 5. Histogram kelangsungan hidup benih ikan bawal selama pemeliharaan ditunjukkan pada Gambar 1.