methemoglobin Hb + NO
2 -
= Met-Hb. Adapun reaksi yang terjadi adalah unsur besi yang terdapat dalam haemoglobin akan dioksidasi dari ferro menjadi ferri dan
akan membentuk Met-Hb. Methemoglobin ini bersifat menurunkan kemampuan haemoglobin
dalam mengikat oksigen, sehingga dapat mengakibatkan stres dan kematian pada ikan. Darah yang mengandung methemoglobin berwarna coklat
biasa disebut dengan “brown blood disease” Boyd, 1991.
2.3 Pengaruh Padat Tebar terhadap Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup sebagai salah satu parameter uji kualitas benih adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah
kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang dapat menyebabkan turunnya populasi Royce, 1973.
Peningkatan kepadatan mempengaruhi proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak. Hal ini pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan
dan fisiologis ikan sehingga pemanfaatan makanan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup mengalami penurunan Handajani dan Hastuti, 2002. Respon
stres terjadi dalam 3 tahap yaitu adanya stres, bertahan, dan kelelahan. Ketika ada stres dari luar ikan mulai mengeluarkan energinya untuk bertahan dari stres.
Selama proses bertahan ini pertumbuhan dapat menurun dan selanjutnya terjadi kematian Wedemeyer, 1996.
2.4 Pengaruh Padat Tebar terhadap Pertumbuhan
Padat penebaran adalah jumlah biomassa benih yang ditebarkan per satuan luas atau volume. Padat penebaran benih akan menentukan tingkat intensitas
pemeliharaan. Semakin tinggi tingkat padat penebaran benih yang berarti semakin banyak jumlah biomassa benih per satuan luas atau volum maka semakin intens
tingkat pemeliharannya. Pertumbuhan ikan bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat genetik dan kemampuan memanfaatkan makanan, ketahanan
terhadap penyakit serta didukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak Hepher dan Pruginin, 1981.
Hepher dan Pruginin 1981 menyatakan bahwa peningkatan kepadatan ikan tanpa disertai dengan peningkatan jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air
yang terkontrol akan menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan critical standing crop
dan jika telah sampai pada batas tertentu pertumbuhan akan berhenti sama sekali carrying capacity.
Faktor-faktor yang mempengaruhi carrying capacity antara lain adalah kandungan oksigen terlarut dalam air, aliran atau arus air dan jenis pakan. Pada
lingkungan yang baik dan pakan yang mencukupi, maka peningkatan kepadatan akan disertai dengan peningkatan hasil Handajani dan Hastuti, 2002.
Berdasarkan penelitian Bramantya 2005 pada perlakuan suhu 26
o
C, 29
o
C, dan 32
o
C yang dilakukan pada larva bawal berumur 5-20 hari, masing masing memiliki kelangsungan hidup sebesar 80,00, 93,21 dan 85, sedangkan
pertumbuhan panjang mutlak adalah 3,83, 4,48 dan 4,69, dan untuk laju pertumbuhan harian adalah 9,5, 10,88 dan 12,06. Menurut Supriatna 1998
ikan bawal air tawar memiliki laju pertumbuhan harian yang tinggi yaitu sebesar 5,7 pada bobot awal 5,5 gram.
Ikan bawal air tawar yang dipelihara dalam jaring apung 5 m x 5 m x 2 m selama 4-6 bulan dari ukuran benih dengan berat 25 gekor dapat mencapai
ukuran panen 0,5 – 1 kgekor. Padat penebaran yang digunakan adalah 40 ekorm
2
. Selama pemeliharaan benih diberi pakan 3 dari bobot tubuhnya Djarijah, 2001.
2.5 Sistem Resirkulasi