Pengertian Pencurian ANALISIS PERBANDINGAN DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN (Studi Putusan No.:400/Pid.B/2013/PN.KB dan Studi Putusan No.:05/Pid./2014/PT.TK)

1. indien het feit wordt gepleegd hetszij bij nacht in eene wooning of op een besloten erf waarop een wooning staat; hetzij op den openbaren weg hetzij in een spoortrien of tram die in beweging is 2. indien het feit wordt gepleegd door twee verenigde personen; 3. indien de schuldige zich de toegang tot de plaats des misdrijfs heeft verschaft door middle van vraak of inklimming, van valse sleutels, van een valse order of een vals kostuum 3 gevengenisstraf van ten hoogste vijftien jaren wordt opgelegd, indien het feit den dood ten gevolge heeft 4 de doodstraf of levenslange gevengenisstraf of tijdelijke van ten hoogste twentig jaren wordt opgelegd, indien het feit zwaar lichamelijk letsel of den dood ten gevolge heeft, door twee of meer verenigde personen wordt gepleegd en daarenboven van een der in no. 1 en no. 3 vermeide omstandigheden vergezeld gaat. Artinya : 1 Diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri 2 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun : 1. Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnyam, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan 2. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu 3. Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu 4. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat 3 Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun 4 Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yag diterangkan no. 1 dan no. 3 Tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP juga merupakan gequalificeerde diefstal atau suatu pencurian dengan kualifikasi ataupun merupakan suatu pencurian dengan unsur-unsur yang memberatkan. Dengan demikian maka yang diatur dalam Pasal 365 KUHP sesungguhnya hanyalah satu kejahatan dan bukan dua kejahatan yang terdiri atas kejahatan pencurian dan kejahatan pemakaian kekerasan terhadap orang , ataupun bukan merupakan suatu samenloop dari kejahatan pencurian dengan kejahatan pemakaian kekerasan terhadap orang. Pendapat yang sama dengan pendapat seperti yang telah dikatakan di atas juga pernah dikemukakan oleh Mr. Ort dalam kesimpulan yang beliau tuliskan di bawah arrest Hoge Raad tanggal 28 Juli 1911, yang berbunyi sebagai berikut : “Pasal 363 dan Pasal 365 KUHP itu mengatur masalah pencurian yang dilakukan dalam keadaan-keadaan yang memberatkan. Yang dinyatakan dapat dipidana dalam Pasal 365 KUHP itu ialah satu kejahatan yang berdiri sendiri, yakni pencurian yang dilakukan dalam suatu keadaan yang memberatkan karena dalam pelaksanaannya telah dipakai kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang-orang dengan maksud seperti yang dikatakan dalam rumusannya.” 47 Menurut Prof. Simons, kekerasan itu tidak perlu merupakan sarana atau cara untuk melakukan pencurian, melainkan cukup jika kekerasan tersebut terjadi sebelum, selama, dan sesudah pencurian itu dilakukan dengan maksud seperti yang dikatakan di dalam rumusan Pasal 365 ayat 1 KUHP yakni : a. Untuk mempersiapkan atau untuk memudahkan pencurian yang akan dilakukan; b. Jika kejahatan yang mereka lakukan itu op heterdaad betrapt atau diketahui pada waktu sedang dilakukan, untuk memungkinkan dirinya sendiri atau lain- lain peserta kejahatan dapat melarikan diri; c. Untuk menjamin tetap mereka kuasai benda yang telah mereka curi. 48 47 Ibid., Hlm. 57 48 Ibid., Hlm. 59 Sehingga dapat diketahui bahwa tidak setiap pencurian disertai dengan pemakaian kekerasan merupakan pencurian seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 365 ayat 1 KUHP, yakni misalnya pencurian pada malam hari dalam sebuah tempat kediaman yang diserati dengan kekerasan dengan maksud untuk dapat melakukan perbuatan melanggar susila dengan anak gadis pemilik rumah. Kejahatan tersebut bukan merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 365 ayat 2 angka 1 KUHP, karena kekerasan yang dilakukan orang dalam pasal ini juga harus dimaksudkan untuk maksud yang sama seperti yang ditetukan dalam Pasal 365 ayat 1 KUHP. III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan, sehingga mencapai tujuan penelitian 49 . Pendekatan masalah yang digunakan dalam peneitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan Yuridis Normatif Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan oleh penulis dalam bentuk usaha mencari kebenaran dengan melihat dan memperhatikan asas-asas, seperti asas kepastian dan keadilam yang ada dalam berbagai peraturan perundang- undangan terutama Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang berhubungan dengan permasalah yang diteliti yaitu dalam hal putusan Pengadilan Negeri Kota Bumi Nomor : 400Pid.B2013PN.KB dan putusan Pengadilan Tinggi Tanjung Karang Nomor : 49 Abdul Kadir Muhammad, Ibid., Hlm. 112 05Pid.2014PT.TK tentang pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan kematian yang dilakukan oleh pelaku anak. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan agar mendapat gambaran dan pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang akan dibahas. 2. Pendekatan Yuridis Empiris Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara menggali dan melakukan penelitian lapangan guna mengetahui secara lebih jauh mengenai permasalahan-permasalahan yang diteliti. Peneliti melakukan wawancara dengan aparat penegak hukum yakni : Hakim Pengadilan Negeri Kotabumi dan Hakim Pengadilan Tinggi Tajung Karang untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan kematian yang dilakukan oleh pelaku anak.

B. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian hukum normatif terapan ini, penulis menggunakan data sekunder dan data primer. Dimana data sekunder pada dasarnya adalah data normatif terutama yang bersumber dari perundang-undangan. Data normatif tersebut umumnya berupa ketentuan-ketentuan undang-undang yang menjadi tolak ukur terapan. Sedangkan data primer meliputi data perilaku terapan dari ketentuan normatif terhadap peristiwa hukum in concerto. Banyaknya data primer bergantung dari banyaknya tolak ukur normatif yang diterapkan pada peristiwa hukum 50 . Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Bahan hukum primer yang digunakan : 1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Kitab Undang-Undang Hukum Aacara Pidana KUHAP. 4. Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak 5. Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 6. Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 jo. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perindungan Anak. b. Bahan hukum sekunder yang digunakan bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat membantu dalam meganalisa serta memahami permasalahan dalam penelitian dan diperoleh dengan cara studi dokumen, dan mempelajari perbedaan dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara anak pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan kematian di PN Kotabumi dan PT Tanjung Karang. c. Bahan hukum tersier yang digunakan adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan 50 Abdul Kadir Muhammad, Ibid., Hlm. 151

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Mdn)

2 81 104

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR: 30/PID/2013/PT.TK)

0 33 77

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR: 30/PID/2013/PT.TK)

0 16 59

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (Studi Putusan No.14/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Gns)

0 3 56

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR:05/PID./2014/PT.TK.)

3 26 61

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan Pidana Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Krg).

0 3 19

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU PENCABULAN TERHADAP ANAK (Studi Putusan Nomor: 66/Pid/2013/PT.TK)

0 0 12

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT (STUDI KASUS PUTUSAN NO.30/PID/2013/PT.TK)

0 2 11