Teori Dasar Pertimbangan Hakim

kemudian perbuatannya itu dapat di pertanggungjawabkan oleh si pelaku, maka hakim akan menjatuhkan terhadap pelaku tersebut, dengan melihat pasal-pasal, undang-undang yang dilanggar oleh si pelaku. Hakim dalam memutus suatu perkara harus berdasar pada alat bukti yang sah yang terdapat dalam Pasal 184 KUHAP. Alat bukti inilah yang nantinya menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukum pidana yang didasarkan kepada unsur materiil dan formil serta hasil pemeriksaan dalam proses peradilan pidana sehingga didapatkan suatu hasil yang optimal dan terjadinya kesinkronan atau kesesuaian terhadap putusan tersebut. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dengan tegas dinyatakan mengenai dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan, yaitu : 1. Pasal 6 Ayat 2:”Tidak seorangpun dapat dijatuhi pidana kecuali apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya ”dan 2. Pasal 8 Ayat 2: “Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana,hakim wajib memperhatikan pada sifat yang baik dan jahat pada terdakwa ”. Menurut Barda Nawawi Arief, sebelum hakim menetapkan putusannya ada 3 tiga hal yang harus dipertimbangkan, yaitu: 1. Keputusan mengenai peristiwanya, ialah apakah terdakwa telah melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya, dan kemudian 2. Keputusan mengenai hukumannya, ialah apakah perbuatan terdakwa itu merupakan suatu tindakan tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah dan dapat dipidana 3. Keputusan mengenai pidananya, apabila terdakwa dapat dipidana 31

D. Tinjauan Terhadap Anak

1. Pengertian Anak Hingga saat ini belum ada keseragaman mengenai pengertian anak itu sendiri. Pengertian anak pada setiap peraturan perundang-undangan berbeda berdasarkan batas umurnya. Dalam UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sendiri memiliki beberapa pengertian anak, yaitu : 1. Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana Pasal 1 angka 2 UU SPPA. 2. Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berusia 12 dua belas tahun, tetapi belum berumur 18 delapan belas tahun yang diduga melakukan tindak pidana Pasal 1 angka 3 UU SPPA. 3. Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang belum berumur 18 delapan belas tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, danatau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana Pasal 1 angka 4 UU SPPA. 31 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti : 2002, Hlm.21. 4. Anak yang menjadi saksi tindak pidana yang selanjutnya disebut anak saksi adalah anak yang belum berumur 18 delapan belas tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, danatau dialaminya sendiri Pasal 1 angka 5 UU SPPA. Hal penting yang perlu diperhatikan daam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan anak adalah konsekuensi penerapannya dikaitkan dengan berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, sosial politik, dan budaya masyarakat. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan terdapat perbedaan ketentuan yang mengatur tentang anak, hal ini dilatarbelakangi berbagai faktor yang merupakan prinsip dasar yang terkandung dalam dasar pertimbangan dikeluarkannya peraturan perundang- undangan yang bersangkutan yang berkaitan dengan kondisi dan perlindungan anak 32 Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup mausia dan keberlangsungan hidup sebuah bangsa dan Negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis yang secara tegas dinyatakan bahwa Negara menjamin hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal 28B ayat 2 UUD 1945. Sehingga, perlakuan terhadap anak dengan cara yang baik adalah kewajiban kita bersama,agar ia bisa tumbuh berkembang dengan baik dan dapat menjadi pengemban 32 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung : PT. Refika Aditama, 2014, Hlm.39. risalah peradaban bangsa ini. Berkaitan dengan perlakuan anak tersebut, maka penting bagi kita mengetahui hak-hak anak dan kewajiban anak, yaitu : 1. Hak Anak Indonesia telah meratifikasian Konvensi Hak-Hak Anak berdasarkan Kepres No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On The Rights of The Child, sehingga sejak tahun 1990 tersebut Indonesia terikat secara hukum untuk melaksanakan ketentuan yang ada di dalam Konvensi Hak-Hak Anak 33 UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak merupakan perwujudan konkrit dari pelaksanaan Konvensi Hak-Hak Anak yng telah diratifikasi oleh Indonesia. Dalam Pasal 1 angka 12 UU No.35 Tahun 2014 jo. UU No. 23 Tahun 2002 tentag Perlindungan Anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan pemerintah daerah. Selain itu dalam Pasal 28B ayat 2 UUD 1945, disebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminalisasi. Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak, hak-hak anak secara umum dapat dikelompokkan dalam 4 empat kategori, antara lain 34 : 33 M. Nasir Djamil, Op.Cit., Hlm. 13 34 Ibid.., Hlm. 14

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Mdn)

2 81 104

Pertimbangan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penggelapan (Studi Putusan Nomor : 06/Pid.Sus-Anak/2014/Pn.Mdn)

2 50 101

Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

10 234 98

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR: 30/PID/2013/PT.TK)

0 33 77

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR: 30/PID/2013/PT.TK)

0 16 59

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (Studi Putusan No.14/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Gns)

0 3 56

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR:05/PID./2014/PT.TK.)

3 26 61

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan Pidana Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Krg).

0 3 19

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU PENCABULAN TERHADAP ANAK (Studi Putusan Nomor: 66/Pid/2013/PT.TK)

0 0 12

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN SURAT (STUDI KASUS PUTUSAN NO.30/PID/2013/PT.TK)

0 2 11