Pengembangan Modifikasi LANDASAN TEORI

11

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengembangan

Penelitian ini merupakan berbasis pengembangan research-based development metodelogi pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan dipakai dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan Borg Gall dalam Punaji Setyosari 2010 : 194 Sugiyono 2010 : 412 mengungkapkan bahwa dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian pengembangan diharapkan dapat meningkatkan produktifitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas dan relavan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya keperluan pendidikan tertentu, metode pendidikan buku ajar, modal dll. Menurut Borg dan Gall seperti yang dikutip Wasis D 2004 : 4 penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang digunakan dalam pendidikan pembelajaran. Selanjutnya disebutkan bahwa prosedur penelitian dan pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu : 1 pengembangan produk, dan 2 menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan Model pengembangan ini bersifat deskriptif pengembangan, karena prosedur yang digunakan menggambarkan langkah yang harus diikuti, dan digunakan untuk menemukan suatu model prototype, dan bisa digunakan untuk pembelajaran Suharsimi 1998 : 247. Menurut Wasis D 2004 : 6 dalam setiap pengembangan dapat memilih dan menemukan langkah yang paling tepat bagi penelitiannya berdasarkan kondisi dan kendala yang dihadapi.

2.2 Pembelajaran

Menurut paham konvensional Darsono, 2000; 24, pendidikan dalam arti sempit diartikan bantuan kepada siswa terutama pada aspek moral atau budi pekerti, sedangkan pengajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik dibatasi pada aspek intelektual dan keteranpilan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian pendidikan, pembelajaran dan pengajaran mempunyai hubungan yang konseptual yang tidak berbeda, kalau dicari perbedaannya, pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas yaitu mencakup baik pengajaran maupun pembelajaran, dan pengajaran merupakan bagian dari pembelajaran. Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan terjadi perubahan tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik Darsono, 2000: 24 Aliran behavioristik mengemukakan bahwa pembelajaran adalah usaha guru berbentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Sedangkan aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari Darsono, 2000: 24 Humanistik mendeskripsikan pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya. Sugandi, 2004: 9

2.2.1 Ciri-ciri Pembelajaran

Sesuai dengan ciri-ciri belajar, berdasarkan pendapat Darsono 2000:25 dapat dikemukakan sebagai berikut : 1 Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. 2 Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar. 3 Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa. 4 Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. 5 Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa. 6 Pembelajaran dapat membuat siswa siap meneriama pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis. 7 Pembelajran menekankan keaktifan siswa Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja. Oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.

2.2.2 Prinsip Pembelajaran

Dalam tujuanya tujuan prinsip pembelajaran di bagi menjadi tiga :1 Prinsip peraturan kegiatan kognitif, 2 prinsip pengaturan kegiatan afektif dan 3 prinsip pengaturan kegiatan psikomotorik.

2.2.2.1 Prinsip pengaturan kegiatan kognitif

Pembelajaran hendaknya memperhatikan bagaimana mengatur kegiatan kognitif yang efisien. Caranya mengatur kegiatan kognitif yang efisien menggunakan sistematika alur pemikiran dan sistematika proses pembelajaran itu sendiri.

2.2.2.2 Prinsip pengaturan kegiatan afektif

Pembelajaran afektif perlu memperhatikan dan menerapkan tiga pengaturan kegiatan afektif, yaitu faktor conditioning, behavior modification, himman model. Factor conditioning yaitu perilaku guru yang berpengaruh terhadap rasa senang atau rasa benci siswa terhadap guru. Faktor behavior modification yaitu pemberian penguatan seketika. Faktor human model yaitu contoh berupa orang yang dikagumi dan dipercaya oleh siswa.

2.2.2.3 Prinsip pengaturan kegiatan psikomotorik

Pembelajaran psikomotorik mementingkan factor latihan, penguasaan prosedur gerak – gerak dan prosedur koordinasi anggota badan. Untuk itu diperlukan pembelajaran fase kognitif. Sugandi, 2004 : 11

2.2.3 Strategi Pembelajaran

Komponen strategi pembelajaran terdiri atas empat hal : 1 Urutan kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga tahapan yaitu pendahuluan, penyajian dan penutup. Pada pendahuluan guru menginformasikan tujuan, gambaran singkat materi yang akan di sajikan dan menghubungkan pesan pembelajaran dengan pengalaman subjek belajar. Tahap penyajian inti terdiri atas kegiatan mengguraikan isi pembelajaran, memberikan contoh dan member latihan. Pada tahap penutup sebagai kegiatan terakhir guru memberikan kegiatan pemberian tesformatif dan balikan serta tindak lanjut. 2 Metode pembelajaran ini memuat pendekatan, model mengajar, metode atau teknik mengajar dengan ceramah, diskusi, Tanya jawab, dan sebagainya. Dalam hal ini menyajikan materi secara bertahap. Setelah meteri selesai guru menyajikan meteri secara bertahap. Setelai materi selesai guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya dan juga memberikan pertanyaan kepada anak. Apabila ada kesalahan di jadikan diskusi lebih lanjut. 3 Media pembelajaran ini mencakup media visual, auditif, benda tiruan atau nyata, dan alat pembelajaran. Dalam hah ini guru harus pandai memberikan contoh benda yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Contoh nya dalam penjas orkes guru menggunakan bola tenis dalam menata teknik tolak peluru, bukan peluru yang sesungguh nya. 4 Waktu yang digunakan dalam pembelajaran penjas orkes harus mengikuti prosedur yang telah dijadwalkan

2.3 Modifikasi

Modifikasi berasal dari kata modifying berarti pengubahan atau perubahan. Poewardarminta. 2003: 751 Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran mencerminkan developmentally appropriate practice DAP . Untuk itu DAP yang di dalam nya memeperhatikan ukuran tubuh siswa harus selalu menjadi prinsip utama dalam memodifikasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Inti dari modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar potensi yang dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Suherman, 2000 : 1

2.4 Permainan

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN FOOTBALL SHEEP DALAM PEMBELAJARAN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS 7 SMP NEGERI 1 BANJARNEGARA TAHUN 2015

0 9 112

MODEL PEMBELAJARAN SEPAK BOLA MELALUI PERMAINAN TAGOL DALAM PENJASORKES KELAS VIII SMP NEGERI 1 KANDEMAN KABUPATEN BATANG TAHUN 2014

0 21 135

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SEPAK BOLA GOBOSO UNTUK PEMBELAJARAN PENJASORKES SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KEBASEN KABUPATEN BANYUMASTAHUN 2015

0 63 160

MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAK BOLA GAWANG MELAYANG DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS VI MI HIDAYATUS SHIBYAN KECAMATAN SEDAN KABUPATEN REMBANG TAHUN 2012

2 36 127

MODEL PENGEMBANGANPERMAINAN SEPAK BOLA ”3 GAWANG 3 REGU ”DALAM PENJASORKES PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CURUG 01 PANGKAH KABUPATEN TEGAL 2012

1 23 138

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN SEPAK BOLA GAWANG SKOR DALAM PENJASORKES BAGI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 5 TUBANAN KECAMATANKEMBANG KABUPATEN JEPARA 2012 2013

0 6 165

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENERAPAN VARIASI PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 2 81

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN PASSING DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA SMP NEGERI 39 MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 18

Pengembangan Model Pembelajaran Penjasorkes Melalui Modifikasi Permainan Bola Basket Dengan Ring Bergerak Pada Siswa SMP N 1 Ambarawa Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 1

Model Pembelajaran Permainan Sepak Bola Dalam Penjasorkes Pada Siswa Kelas Atas Di Sekolah Dasar Tambakaji 04 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2010/2011.

0 0 1