gempa dan tingkat kerusakan ringan 5 km. Namun ditemukan fakta bahwa ada satu desa yang dekat dengan pusat gempa memiliki tingkat kerusakan yang
rendah, atau dengan kata lain ada penyimpangan sebesar 8,33 112 100. Hal ini menunjukkan bahwa ada kelemahan dalam metode penentuan tingkat
kerusakan bangunan yang digunakan. Dengan demikian ada faktor lain selain jarak terhadap pusat gempa yang lebih mempengaruhi tingkat kerusakan
bangunan di lokasi penelitian Gambar 16. Tabel 9. Hubungan Jarak Pemukiman dengan Pusat Gempa Terhadap
Tingkat Kerusakan Akibat Gempa
Jumlah Bangunan Rusak Desa
Jarak Pemukiman Terhadap Pusat Gempa Km
Unit Ó •Bangunan
Barusari 0,5-2
630 1412
44,62 Karyamekar
1-2,5 340
1410 24,11
Padaawas 0,5-2,5
332 1535
21,63 Pasirwangi
1,5-4,5 218
1450 15,03
Sarimukti 2,5-5
140 1061
13,20 Padamulya
3,5-5 112
959 11,68
Talaga 3-5,5
22 941
2,34 Padasuka
5-6,5 95
932 10,19
Padaasih 6,5-8,5
79 1239
6,38 Padamukti
6,5-9 54
989 5,46
Pasirkiamis 5,5-6,5
35 950
3,68 Sirnajaya
4,5-6,5 35
1047 3,34
Total 2092
13925 15,02
5.2.6. Hubungan Tingkat Kerusakan Akibat Gempa dengan
Kemiringan Lereng
Hubungan antara kemiringan lereng terhadap tingkat kerusakan bangunan akibat gempa ditunjukkan pada Tabel 10 dan Gambar 17. Pada tabel terlihat
bahwa tingkat kerusakan bangunan akibat gempa terjadi pada daerah datar hingga berbukit. Dengan demikian diperoleh informasi bahwa daerah pemukiman yang
dekat dengan pusat gempa daerah patahan dan kemiringan lereng 0-30 perlu mendapatkan perhatian khusus dalam usaha pemantauan bahaya bencana gempa.
Tabel 10. Hubungan Tingkat Kerusakan Akibat Gempa dengan Kelas Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng Luas
Tingkat Kerusakan
Bangunan 0-3
3-8 8-15
15-30 30-45
Ha ...………………………. Ha ...……………………….
Rusak Berat 39,63
9,13 55,06
17,07 0,00 120,89 2,21
Rusak Sedang 71,41
22,76 41,82
36,63 0,03 172,64 3,15
Rusak Ringan 79,50
27,09 38,60
17,78 0,00 162,97 2,97
Total Ha 190,54
58,97 135,49
71,48 0,03 456,49 8,33
Gambar 16. Peta Sebaran Kerusakan Bangunan Akibat Gempa Di Atas Peta Jarak dari Garis SesarPatahan
di Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut
Gambar 17. Peta Sebaran Kerusakan Bangunan Akibat Gempa Di Atas Peta Kemiringan Lereng
di Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut
Tabel Hubungan Tingkat Kerusakan Bangunan Akibat Gempa dengan Kemiringan Lereng
5.2.7. Hubungan Tingkat Kerusakan Akibat Gempa dengan Jenis Tanah
Pada daerah pemukiman dengan tingkat kerusakan yang berat, selain karena faktor jarak pemukiman yang dekat sumber gempa, faktor lain seperti jenis
tanah juga mempengaruhi tingkat kerusakan di lokasi penelitian. Lokasi dengan tingkat kerusakan yang berat menunjukkan bahwa jenis tanahnya memiliki sifat
tanah bertekstur kasar, yang dalam klasifikasi tanah dikenal sebagai jenis Andisols Tabel 11 dan Gambar 18. Jenis tanah dengan karakteristik demikian sangat peka
erosi dan mudah goyah bila ada pergerakan tanah Strahler et al., 1979. Bila terjadi gempa, pemukiman yang berada pada jenis tanah ini memiliki tingkat
kerawanan yang tinggi terhadap bahaya runtuhan bangunan. Sementara itu, pemukiman yang berada pada jenis tanah dengan tingkat
stabilitas yang lebih baik menunjukkan tingkat kerusakan yang lebih rendah dibandingkan pemukiman yang berada diatas tanah dengan struktur remah.
Tabel 11. Hubungan Tingkat Kerusakan Akibat Gempa dengan Jenis Tanah
Jenis Tanah Luas
Tingkat Kerusakan Bangunan Entisols Andisols Inceptisols
Ha ….....……….. Ha ….....………..
Rusak Berat 2,12
85,21 33,56 120,89 2,21
Rusak Sedang 4,10
11,02 157,53 172,64 3,15
Rusak Ringan 2,39
0,00 160,58 162,97 2,97
Total Ha 8,60
96,23 351,66 456,49 8,33
5.2.8. Persepsi Masyarakat Mengenai Kejadian Gempa Bumi