1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan PP No. 25 Th. 2000 tentang otonomi daerah khususnya dibidang pendidikan, maka mulai tahun pelajaran 20042005 telah
diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK, dan selanjutnya mulai tahun pelajaran 20062007 telah pula diberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan KTSP. Bersamaan dengan diberlakukannya KBK dan KTSP tersebut, maka diberlakukan pula pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual atau CTL Contextual Teaching and Learning. Dalam Kurikulum 2004 maupun KTSP dikenal istilah kompetensi. Kompetensi adalah
pengetahuan, ketrampilan, dan nilai nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak. KBK dan KTSP merupakan kurikulum yang dirancang
dan dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu yang harus dipelajari dan ditampilkan peserta didik. Kompetensi dasar yang harus dicapai
peserta didik melalui pencapaian indicator telah disusun oleh pemerintah pusat melalui Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Di lain pihak, SMP N 8 Pekalongan terletak di kota bagian utara dan menjadi sekolah favorit di wilayahnya. Tetapi, SMP N 8 bukan termasuk SMP
dalam katagori rangking 3 besar di kota Pekalongan. Walaupun demikian, jumlah calon peserta didik yang mendaftar melampaui kapasitas sekolah,
sehingga diadakan seleksi bagi peserta didik yang ingin meneruskan sekolahnya di SMP N 8 Pekalongan. Oleh karena itu, potensi peserta didik
SMP N 8 Pekalongan termasuk cukup baik. Potensi tersebut perlu ditumbuhkembangkan.
1. Masalah nyata, jelas, dan mendesak untuk diselesaikan adalah sebagai
berikut. a.
Kenyataannya, cukup banyak sekitar 30 peserta didik SMP N 8 yang kurang memiliki minat di bidang matematika.
b. Ada 12 peserta didik kelas IX yang tidak lulus UAN tahun 2006,
karena nilai matematikanya kurang dari 4,25. Jadi, kompetensi peserta didik untuk mengerjakan soal matematika belum baik.
c. Berdasarkan data nilai guru tahun pelajaran 20062007, rata-rata nilai
peserta didik kelas VII untuk pokok bahasan segitiga masih rendah, yaitu 65.
2. Penyebab masalahnya sangat jelas, yaitu:
a. peserta didik yang masuk ke SMP N 8 bukan peserta didik unggulan;
b. guru belum memperoleh cara mengajar yang efektif untuk
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pelajaran matematika.
3. Secara kolaboratif Ketua Peneliti guru matematika kelas VII B bersama
dengan guru matematika SMP N 8 Pekalongan yang lain telah mengidentifikasi penyebab masalahnya, yaitu:
a. peserta didik SMP N 8 rata-rata bukan peserta didik unggulan, tetapi
masih memungkinkan untuk ditingkatkan hasil belajarnya;
b. guru belum berupaya secara maksimal untuk memperoleh cara
mengajar yang efektif guna meningkatkan hasil belajar pelajaran matematika.
Dengan demikian, di antara guru mata pelajaran matematika di SMP N 8 Pekalongan perlu berkolaborasi agar proses pembelajaran semakin
efektif dan kompetensi dasar peserta didik dapat secepatnya tercapai. Berdasarkan diskusi antara ketua peneliti guru mata pelajaran
matematika di kelas VII B SMP N 8 Pekalongan dengan guru mata pelajaran matematika SMP N 8 Pekalongan yang lain, maka dihasilkan
suatu keputusankesepakatan bersama kolaboratif, untuk menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw pada pelajaran
matematika khususnya pokok bahasan segitiga, agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai dan hasil belajarnya dapat ditingkatkan.
B. Perumusan Masalah