26
dipancarkan oleh pemancar. Daerah yang cukup banyak gangguan tersebut adalah Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Tengah serta kepulauan di Asia Tenggara.Di
Indonesia gangguan noise ini cukup banyak. Gangguan ini dicirikan dengan naiknya kuat medan listrik vertikal dan medan magnet horisontal secara tiba-tiba
jika sumber medan cukup dekat dengan pengukur. Noise kedua adalah variasi diurnal medan elektromagnetik bumi, dimana terjadi pergerakan badai dari arah
timur ke barat yang terjadi pada siang hari hingga petang hari.
2.5 RAE Rapat Arus Ekuivalen
Rapat arus adalah aliran muatan pada suatu luas penampang tertentu di suatu titik penghantar. Dalam SI, rapat arus memiliki satuan Ampere per meter
persegi Am
2
. Rapat arus : , dimana I adalah kuat arus A dan adalah luas penampang m
2
. Hubungan antara RAE dengan konduktivitas dan resistivitas dapat dilihat pada
persamaan berikut: 2.7
dimana dengan
I = kuat arus A = luas penampang m
2
σ = konduktivitasMhom V = beda potensial volt
27
l = panjang m ρ = resistivitas Ωm
Resistivitas ρ adalah kemampuan suatu bahan untuk mengantarkan arus listrik yang bergantung terhadap besarnya medan istrik dan kerapatan arus. Semakin
besar resistivitas suatu bahan maka semakin besar pula medan listrik yang dibutuhkan untuk menimbulkan sebuah kerapatan arus. Konduktivitas adalah
kebalikan dari resistivitas.Nilai konduktivitas adalah perbandingan antara sifat kelistrikan dengan konduktivitas termal.
Akuisisi data VLF dengan instrumen T-IRIS yang diukur adalah nilai sudut tilt dan elliptisitas. Untuk mendapatkan nilai RAE dengan data yang
diperoleh saat pengukuran dalam metode VLF ini, rumus yang digunakan sebagai berikut:
2.8 dengan
∆z = kedalaman m, Iɑ = rapat arus ekuivalen , ∆x = spasi pengukuran m, dan H = data sudut kemencengan tilt angle . Hasil
pengolahan data tilt angle dengan menggunakan filter linier persamaan 2.8 yang dihitung untuk berbagai kedalaman menunjukkan kontur rapat arus ekuivalen
untuk berbagai kedalaman sepanjang lintasan. Sumbu arah horisontal kontur menunjukkan posisi titik-titik stasiun pengukuran, sedangkan sumbu arah vertikal
menunjukkan kedalaman terhadap spasi tiap stasiun pengukuran.
28
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung di daerah Karst Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. Adapun
lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Keterangan : : Lokasi Penelitian
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian Pracimantoro, Wonogiri
29
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara langsung dengan mengambil data di kawasan karst Pracimantoro Kabupaten Wonogiri yang dilaksanakan pada tanggal 17 dan
18 Agustus 2013.Selanjutnya dilakukan pengolahan data pada 19 Agustus sampai 25 Oktober 2013.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan dan bahan yang digunakan untuk dalam penelitian ini yaitu: a.
T-VLF Satu set T-VLF digunakan untuk menghitung parameter sudut tilt dan
eliptisitas dari pengukuran komponen in-phase dan out-of phasemedan magnet vertikal terhadap komponen horisontalnya sehingga mendapatkan data seperti tilt
, ellips , H ver dan H hor. Tampilan T-VLF seperti Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Satu Set T-VLF b.
Baterai Baterai yang digunakan dalam penelitian ini enam buah baterai besar 1.5
volt untuk pemakaian 8 jam dan satu baterai 9 volt sebagai cadangan.
30
c. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur spasi antar titik, panjang lintasan dan jarak antar lintasan.
d. Kompas Geologi
Kompas geologi digunakan untuk pengukuran data struktur geologi setempat atau pengukuran arah lintasan.
e. GPS
GPS digunakan untuk mengetahui posisi titik ukur.
3.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian