Dasar Teori VLF-EM Metode VLF

20 IrisInstrumen yang dapat beroperasi dengan dua frekuensi sekaligus. Dua pemancar radioyang terdekat dengan Indonesia berada diYosamai, Jepang dan Nortwest Cape,Australia.Antena pemancar terdiri dari beberapa menara tinggi 200-300 m.Parameter yang diukur yaitu sudut tilt Tilt Angle, dalam dan Elliptisitas Ellipticity,dalam .

2.4.1 Dasar Teori VLF-EM

Persamaan Maxwell merupakan bentuk dari perambatan gelombang elektromagnetik Sismanto Hartantyo,2005 yang berhubungan dengan vektor medan listrik dan medan magnet adalah: 2.1 dan 2.2 dengan J= rapat arus listrik Am 2 E= medan listrik Vm B= induksi magnetik Wbm 2 D= pergeseran listrik Cm 2 H= medan magnetik Am Apabila diasumsikan medan E dan H tersebut sebagai fungsi waktu eksponensial, maka akan diperoleh persamaan vektorial sebagai berikut Febria Sismanto,2009 : 2.3 2.4 21 dengan σ = konduktifitas listrik mhom µ = permeabilitas Hm = permitivitas dielektrik Fm Pada persamaan 2.3 dan 2.4 bagian kiri pada sisi kanan menunjukkan arus konduksi dan bagian kanannya menunjukkan sumbangan arus pergeseran. Medan elektromagnetik primer sebuah pemancar radio, memiliki komponen medan listrik vertikal E z dan komponen medan magnetik horizontal H y tegak lurus terhadap arah perambatan sumbu x. Pada jarak yang cukup jauh dari antena pemancar, komponen medan eletromagnetik primer H y dapat dianggap sebagai gelombang yang berjalan secara horizontal. Jika di bawah permukaan terdapat suatu medium yang konduktif, maka komponen medan magnetik dari gelombang elektromagentik primer akan menginduksi medium tersebut sehingga akan menimbulkan arus induksi seperti pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Gelombang Elektromagnetik untuk Metode VLF 22 Arus Eddy disebabkan oleh sebuah medan magnetik VLF Very Low Frequency pada bagian tanah yang lebih konduktif yang menghasilkan medan magnet sekunder dengan frekuensi yang sama dan fase yang berbeda. Arus Eddy berbandinglurus dengan konduktivitas batuan.Sehingga dalam pengukuran arus Eddy, secaratidak langsung mendapatkan nilai konduktivitas batuan. Bagian magnetik vertikal H z berguna untuk menentukan anomali dan sebagian besar instrumen VLF membandingkan medan magnetik vertikal dengan medan magnetik horizontal yang bertujuan untuk mengamati sudut tilt Milsom, 1989. Karakteristik gelombang elektromagnetik dalam metode VLF dapat dijelaskan pada saat gelombang primer masuk kedalam medium, gaya gerak listrik ggl induksi e s akan muncul dengan frekuensi yang sama, tetapi fase tertinggal 90° Kaikkonen, 1979. Gambar 2.6 menunjukkan diagram vektor antara medan primer P dan ggl induksinya. Kombinasi antara medan P dan medan S R cosα disebut komponen real in-phase dan komponen yang tegak lurus P R sinα disebut komponen imaginer out-of-phase, komponen kuadratur. Komponen yang diukur dalam VLF adalah tilt angle α yaitu sudut utama polarisasi ellips dari horizontal dalam derajat atau persen, dan eliptisitas ε adalah perbandingan antara sumbu kecil terhadap sumbu besarnya dalam persen. Tilt angle α dan eliptisitas ε, berkaitan dengan komponen medan magnetik horizontal, vertikal dan fasanya. Secara matematis dapat diperlihatkan bahwa tilt angle α mirip dengan bagian komponen real in-phase dari komponen vertikal dan eliptisitas ε mirip dengan bagian komponen imaginer out-of-phase dari komponen vertikal. 23 Gambar 2.6 Hubungan Ampitudo dan Fase Gelombang Sekunder S dan Primer P Jika medan magnet horizontal adalah H x dan medan magnet vertikalnya adalah H z , maka besar sudut tilt dapat ditunjukkan seperti Gambar 2.7, yang besarnya adalah : 2.5 dan elipsitasnya diberikan sebagai : 2.6 Tangen dari sudut tilt dan eliptisitas dapat digunakan untuk membandingan komponen medan magnetik sekunder S vertikal dengan medan magnetik primer P horizontal, serta membandingkan komponen kuadrat dari medan sekunder S vertikal terhadap medan primer P horizontal Peterson Ronka,1971. Gambar 2.7 Parameter Polarisasi Ellips R cos α S sin ø e s S cos θ R sin α R α P S ø θ z b H x x H z a 24

2.4.2 Jenis Pengukuran VLF

Dokumen yang terkait

INTERPRETASI DISTRIBUSI TINGKAT KONDUKTIVITAS LAPISAN BAWAH PERMUKAAN UNTUK MENENTUKAN BIDANG GELINCIR PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE VLF (Very Low Frequency)

0 15 14

INTERPRETASI DISTRIBUSI TINGKAT KONDUKTIVITAS LAPISAN BAWAH PERMUKAAN UNTUK MENENTUKAN BIDANG GELINCIR PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE VLF (Very Low Frequency)

0 5 14

Interpretasi Distribusi Tingkat Konduktivitas Lapisan Bawah Permukaan Untuk Menentukan Bidang Gelincir Pada Daerah Rawan Longsor Dengan Menggunakan Metode VLF (Very Low Frequency) (Studi Kasus Di Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember),

0 15 15

ESTIMASI KETERHUBUNGAN SUNGAI BAWAH TANAHANTARA SEROPAN DAN BRIBIN DENGAN METODE GEOFISIKA VERY LOW FREQUENCY DI DAERAH GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

0 1 11

PEMODELAN SALURAN SUNGAI BAWAH TANAH GOA SALEH PADA MORFOLOGI KARST DAERAH PATTUNUANGASUE KABUPATEN MAROS MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

0 0 9

PENDUGAAN ALIRAN SUNGAI BAWAH TANAH DI DESA HARGOSARI GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE VERY LOW FREQUENCY-ELECTROMAGNETIC (VLF- EM) DENGAN FILTER NOISE ASSISTED- MULTIVARIATE EMPIRICAL MODE DECOMPOSITION (NA-MEMD)

0 0 6

IDENTIFIKASI POLA ALIRAN SUNGAI BAWAH TANAH DAERAH KARST DI DESA GEBANGHARJO KECAMATAN PRACIMANTORO MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER - UNS Institutional Repository

0 0 18

PENDUGAAN POLA ALIRAN SUNGAI BAWAH TANAH PADA KAWASAN KARST MAROS DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER

0 0 141

Analisa Struktur Bawah Permukaan Tanah Di Sekitar Candi Gambar Wetan, Kabupaten Blitar Dengan Metode Very Low Frequency Electromagnetic (VLF-EM) - ITS Repository

0 0 82

PEMETAAN ALIRAN SUNGAI BAWAH TANAH DI DAERAH RENGEL-TUBAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE VERY LOW FREQUENCY- ELECTROMAGNETIC (VLF-EM)

0 0 105