sel dan merupakan alat transport asal lemak. Fosfor berperan pula dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa Pudjiaji Solihin, 2000: 57.
2.6.3 Produk Kewirausahaan Larutan Penyangga
Salah satu produk dari penerapan larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan deterjen, susu biji nangka, dan tempe biji nangka.
Deterjen adalah campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membantu pembersihan yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Bahan utama
deterjen adalah sodium lauryl sulfonat hasil reaksi antara alkyl benzene sulfonat ABS dengan natrium hidroksida NaOH. Deterjen mengandung asam sitrat dan
natrium sitrat sebagai penyangganya. Sedangkan produk dengan bahan dasar biji nangka mengandung fosfor yang sangat berguna bagi tubuh. Mineral fosfor
mengatur keseimbangan pH darah.
2.7 Modul Larutan
Penyangga Berorientasi
Chemoentrepreneurship CEP Kelas XI untuk Menumbuhkan Minat Wirausaha dan Meningkatkan Pemahaman Konsep
Siswa
Modul larutan penyangga berorientasi chemoentrepreneurship CEP merupakan bahan ajar cetak yang dirancang khusus untuk kegiatan pembelajaran
yang berorientasi chemoentrepeneurship CEP yang tersusun secara kronologis dan berisi informasi tentang materi, aplikasi larutan penyangga dalam kehidupan
sehari-hari, dan inovasi chemoentrepreneurship CEP. Modul berorientasi chemoentrepeneurship CEP ini diharapkan dapat menumbuhkan minat
wirausaha siswa dan meningkatkan pemahaman konsep siswa.
2.8 Penelitian yang Relevan
Untuk mempermudah penyusunan skripsi, peneliti akan mendeskripsikan beberapa jurnal yang mempunyai relevansi dengan judul
skripsi ini. Adapun karya-karya tersebut yaitu: 1. Jurnal Nur Wakhidah 2010 menyatakan bahwa terdapat adanya perbedaan
hasil belajar siswa antara siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan chemoentrepreneurship CEP berorientasi lingkungan dengan keterampilan
proses pokok materi larutan penyangga dan hidrolisis garam. 2. Jurnal Supartono 2009 menyatakan bahwa metode STAD melalui
pendekatan CEP dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan asam basa.
3. Jurnal Isky Fadli Fu‟adi 2009 menyatakan hasil penelitian bahwa prestasi praktik kerja industri mempengaruhi minat wirausaha siswa.
4. Jurnal berjudul Bige Askun 2011 menyatakan bahwa kewirausahaan sebagai obat pengangguran, tetapi pendidikan kewirausahaan di Turki tidak cukup
hanya diberikan di perguruan tinggi. 5. Jurnal Supartono 2009 menyatakan dari hasil penelitian bahwa pembelajaran
hidrokarbon dengan menggunakan kolaborasi konstruktif dan inkuiri beorientasi CEP meningkatkan hasil belajar dan minat wirausaha siswa.
6. Jurnal Dario La Guardia 2014 menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan ini dilakukan dengan model pembelajaran dan permainan. Pendidikan
kewirausahaan bertujuan untuk membantu siswa memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang sangat penting untuk pengembangan pola pikir
kewirausahaan, karena wirausaha dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Eropa.
7. Jurnal hasil penelitian Sa‟adah 2013 menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan CEP memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman
konsep siswa 8. Jurnal Ferina Agustini 2007 menyatakan bahwa motivasi belajar dalam
pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP mengalami peningkatan 14,21 dan minat wirausaha siswa mengalami peningkatan 19,8.
9.
Jurnal Ersanghono dan Kusoro Siadi 2010 menyatakan hasil penelitian bahwa hasil belajar dan life skill mahasiswa dapat meningkat melalui
penerapan bahan ajar berorientasi CEP.
10.
Jurnal Mulyani 2011 menyatakan bahwa keberhasilan program pendidikan kewirausahaan dapat diketahui melalui pencapaian kriteria antara lain
meliputi: 1 peserta didik memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi, 2 lingkungan kelas yang mampu mengembangkan kebiasaan dan
perilaku peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan yang diinternalisasikan, dan 3 lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang bernuansa kewirausahaan.
2.9 Kerangka Berpikir