Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
laporan keuangan yang salah satunya didasarkan pada kriteria kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan SAP.
IHPS I tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan memuat hasil pemeriksaan LKPD Tahun 2015 yang dilakukan
atas 533 LKPD. BPK memberikan opini WTP atas 312 58 LKPD, opini WDP atas 187 35 LKPD, opini TW atas 4 1 LKPD, dan
opini TMP atas 30 6 LKPD. Sementara untuk pemerintah daerah di Provinsi Lampung, BPK Perwakilan Provinsi Lampung telah melakukan
audit atas LKPD tahun 2015. Dari 15 Pemerintah Daerah yang menyampaikan LKPD, masih terdapat 4 Pemerintah Kabupaten yang
memperoleh opini WDP dan 14 KabuaptenKota sudah memperoleh opini WTP. Secara umum, beberapa faktor yang menyebabkan laporan
keuangan pemerintah daerah belum memperoleh opini WTP adalah karena kelemahan dalam penyajian laporan keuangan yang belum
sepenuhnya sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan SAP. Data di atas adalah sebuah fenoma dalam pelaporan keuangan
pemerintah daerah. Seiring makin besarnya tuntutan masyarakat atas akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan daerah, Badan
Pemeriksa Keuangan justru menilai kualitas penyusunan laporan keuangan di daerah rata-rata masih rendah, terlihat dari masih sedikitnya
daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian Aziz, 2014. Seharusnya pengelolaan keuangan daerah yang sudah lama dilakukan
semakin lama akan memberikan hasil yang baik. Namun ternyata capaian
opini LKPD yang diperoleh di bawah target RPJMN 2010-2014 yang menetapkan opini WTP atas seluruh LKPD pada tahun 2014.
Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik Good Governance, yaitu pengawasan,
pengendalian dan pemeriksaan Mardiasmo, 2002. Pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif
masyarakat dan DPRDPRD. Pengendalian adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif. Pemeriksaan merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah
telah sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
sebagai alat pertanggungjawaban, salah satu upaya yang dilakukan adalah kehadiran pihak lain yang independen dan objektif untuk melakukan
penilaian atas kelayakan tersebut STAN, 2007. Fungsi audit internal yang dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah APIP
bagi kepala daerah memberikan informasi atas pelaksanaan APBD yang menjadi tanggung jawab oraganisasi perangkat daerahnya. Selanjutnya
kepala daerah akan menindaklanjuti hasilnya sebagai upaya untuk menyesuaikan, memperbaiki dan menyempurnakan pengelolaan APBD
pada organisasi perangkat daerah. Salah satu peran inspektorat sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 33 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah adalah melakukan
proses reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah. Reviu ini dilakukan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa LKPD disajikan
sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan dan tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan
keuangan tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka proses reviu harus dilaksanakan secara
optimal. Agar proses reviu dapat dilaksanakan secara optimal salah satu upaya yang dapat dilakukan inspektorat adalah membenahi dan
meningkatkan kualitas APIP. Auditor pada APIP termasuk dalam rumpun jabatan akuntansi dan
anggaran. Namun saat ini masih banyak auditor yang tidak memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Sebagai perbandingan misalnya, dari 11
orang auditor di Inspektorat Kabupaten Pesawaran, tidak ada satupun auditor yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Dari 7 orang
anggota tim reviu inspektorat Kabupaten Way Kanan tidak ada seorangpun yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Dari 13
orang auditor pada Inspektorat Kota Metro hanya 5 orang yang memiliki latar belakang akuntansi dan dari 31 orang aggota tim reviu hanya 6 orang
yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh setiap auditor pada umumnya adalah auditing,
akuntansi, administrasi pemerintahan dan komunikasi BPKP, 2008. Dengan kondisi dimana masih sedikit auditor yang memiliki latar
belakang pendidikan akuntansi maka diharapkan masing masing auditor harus dibekali pemahaman yang baik tentang akuntansi. Karena untuk
melaksanakan tugasnya, pelaksana reviu harus paham akuntansi khususnya akuntansi pemerintahan Windarsih, 2015.
Dari uraian di atas, peran APIP sangat diperlukan dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Salah satu
tugas dan peran APIP yang bersentuhan langsung dengan laporan keuangan pemerintah daerah adalah reviu laporan keuangan. Jika proses
reviu ini dilaksanakan dengan baik dan memadai dengan didukung oleh pereviu yang memiliki pemahaman standar akuntansi yang baik maka
diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Berangkat dari hal tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Proses Reviu Laporan Keuangan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah Dengan Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan Sebagai Variabel Moderasi”.