PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU SISTEM KELUARGA JEPANG DAN SISTEM KELUARGA

2.3.1 Keluarga Biasa Minangkabau……………………………………. 20 2.3.2 Keluarga Bundo Kanduang Rumah Gadang ………….……… 25

BAB III PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU

3.1 Pewarisan Masyarakat Jepang…………………………………….. ……. 24 3.1.1 Harta ie……………………………………………..……………. 24 3.1.2 Harta Dapatan……………… ……………………………........... 25 3.2 Pewarisan Masyarakat Minangkabau……………………………………. 26 3.2.1 Harta Rumah Gadang…………………………………………… 41 3.2.3 Pesamaan dan Perbendaan Sistem Pewarisan…………………… 42

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan………………………………………………………… 4.2. saran……………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK Universitas Sumatera Utara Judul Skripsi JUDUL SKRIPSI : PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN DALAM MASYARAKAT JEPANG DAN MASYARAKAT MINANGKABAU Latar Belakang Masalah Kebudayaan selalu dibedakan dengan budaya seperti yang dibunyikan dalam buku Situmorang, Hamzon ,2006 : 4, Ienaga Saburo 1990 : 1, dimana budaya memilki dua makna yakni luas dan sempit. Jika dipandang dari makna luas adalah mencakup seluruh hal mengenai manusia itu secara alamiah. Dan kalau makna sempit adalah hanya berkaitan pada kepercayaan dan seni. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki budaya yang menarik dan khas. Dalam jendela mata dunia membuktikan budaya – budaya Jepang bertahan dan menyebar. Sebagai contoh : Ikebena merangkai bunga, Origami lipat kertas, dll. Tentunya dalam pengembangan budaya tersebut kuat sekali pertumbuhan dari budaya yang melekat pada masyarakat. Ciri–ciri pembentukan kelompok menyatakan bahwa dalam hubungan kelompok Jepang terhadap yang lain sangat penting . Dan kesetiaan dianggap satu – satunya nilai yang paling tinggi dan kuat Chie Nakane 1981 : 25 . Dimana berkembang individu memiliki proses dan tidak mungkin lahir begitu saja tanpa diikuti adat atau proses. Individu dalam pengertian kamus bahasa Indonesia 1996 : 45 adalah “ tunggal, satu orang , atau pribadi”. Manusia secara individu tidak dapat menjalani hidup. Maka karena itu dia perlu ada hubungan dengan satu sama lain menjadi satu kelompok dalam kesatuan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Jadi dalam masyarakat Jepang tidak ada ikatan kelompok individual satu terhadap yang lain, tetapi juga ikatan yang menghimpun individu – individu satu terhadap yang lain. Kelompok individual merupakan keadaan dimana dalam kepribadian masyarakat Jepang tidak memberikan sifat yang tinggi emosional akan nama pribadi suatu kelompok tertentu. Dalam membinanya adanya ciri ikatan dalam hubungan sosial merupakan dasar dari cita – cita berbagai kelompok yang bermacam – macam, dalam satu masyarakat keseluruhan. Sebelum menjadi masyarakat yang luas, dimulai dari individu, kemudian keluarga kecil yang disebut masyarakat kecil. Hingga berketurunan besar menjadi keluarga besar. Keluarga merupakan masyarakat paling kecil. Menurut Situmorang, Hamzon , 1996 : 22 “ kazoku keluarga adalah hubungan suami istri, hubungan orangtua dan anak, dan diperluas pada hubungan persaudaraan”. Dan menurut Djurip, 2000: 12 , bahwa keluarga adalah hubungan antara ayah, ibu dan anak atau yang disebut nuclear family”. Ada istilah dalam keluarga Jepang yakni “Ie”. Makna Ie adalah karena apabila orang tua dalam keluarga sudah meninggal, maka dibuatlah kuburan keluarga dan juga di buatlah altar pemujaan di rumah. Dalam kepercayaan tradisional Jepang roh orang tua tersebut harus mendapat pemujaan dan persembahan-persembahan,atau hingga 33 tahun menurut kepercayaan yang dipengaruhi Budha dan 49 tahun menurut kepercayaan Shinto supaya roh tersebut tidak menjadi roh gentayangan muenbotoke Secara garis umum bahwa fungsi Ie adalah untuk melestarikan peralatan atau harta Ie, dan kuburan. Dan juga untuk melangsungkan kewajiban dalam Universitas Sumatera Utara melakukan penyembahan leluhur untuk melakukan pemberian sesajen dan doa – doa kepada roh – roh anggota Ie yang sudah meninggal. Dengan demikian Ie akan menjamin kesinambungan penyembahan leluhur, Seperti yang disebutkan dalam buku Situmorang, Hamzon 2006 : 34, yakni Kaga Noboru 1992:28 Di Jepang keluarga tradisional disebut dengan Ie, dan keluarga Ie ini berbeda dengan keluarga kazoku. Sebenarnya Ie merupakan konsep keluarga tradisional Jepang. Perbedaan Ie dgn kazoku, dimana Kazoku adalah dapat berakhir dengan kematian dan perceraian, sehingga keberadaan kazoku adalah satu generasi Situmorang, Hamzon, 2006 :23. Sementara Ie adalah suatu sistem keluarga yang lahir pada zaman feudal. Menurut Ito: Ie adalah sebuah keluarga yang mempunyai sistem tersendiri yang berurat, berakar pada masyarakat Jepang. Oleh karena itu Ie mempunyai hubungan yang dalam dengan sistem nilai dan struktur masyarakat Jepang. Dan juga merupakan suatu sistem masyarakat dalam kesejarahan Jepang tersendiri,Situmoang, Hamzon 2006:34 dan Ito, 1982:58. Dalam garis keturunan yang dianut oleh masyarakat Jepang adalah dari garis keturunan ayah. Sehingga anak laki – laki pertama menjadi penerus dalam sistem pewarisan harta maupun keturunan. Sehingga anak tersebut akan meneruskan marga ayah atau keturunan ayah, atau disebut Patrilineal. Dalam analisis kali ini bukan hanya materi atau sistem pewarisan Jepang saja yang jadi target materi yang akan dijelaskan. Melainkan dengan salah satu suku di Indonesia yakni suku Minangkabau. Yang terletak di wilayah Sumatera Barat. Masyarakat Minangkabau mengikuti garis keturunan Ibu Matrilineal dimana Matrilineal ini menghitung garis keturunan dari pihak ibu sehingga seorang anak Universitas Sumatera Utara akan menjadi angota suku ibunya, walaupun dengan prinsip keturunan matrilineal, paman saudara laki-laki ibu menjadi tokoh yang sangat penting Dalam keluarga karena paman harus bertanggung jawab penuh terhadap keluarga dan keponakannya Anak dari keluarga perempuannya. Paman menjadi tokoh yang sangat penting dalam keluarga yaitu kalau ada permasalahan atau musyawarah dalam keluarga hanya dapat diputuskan oleh paman. Begitu juga kalau orang minangkabau mau menikah yang mengurusnya adalah paman bukan orangtua atau bapaknya. Dalam pembagian harta atau warisan dalam masyarakat Minangkabau laki– laki dapat harta hanya untuk sementara. Misalnya tanah garapan atau harta dari orangtua disebut harta lajang harta bawaan dari keluarga perempuannya. Dan harta atau tanah garapan ini hanya berlaku sewaktu lagi hidup , kalau sudah meninggal harta atau tanah garapan harus dikembalikan kepada pihak perempuan, tidak boleh diturunkan kepada anak atau isteri. Berdasarkan www.scribd.com , adat istiadat minangkabau, 2009, kata Minangkabau mempunyai banyak arti. Merujuk kepada penelitian kesejarahan, beberapa ilmuan telah mengemukakan pendapatnya tentang asal kata Minangkabau. Purbacaraka dalam buku Riwayat Indonesia I Minangkabau berasal dari kata Minanga Kabawa atau Manga Tamwan yang maksudnya adalah daerah-daerah disekitar pertemuan dua sungai; Kampar Kiri dan Kampar Kanan. Hal ini dikaitkan nya dengan adanya candi Muara Takus yang didirikan abad ke12. a. Van der Tuuk mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Phinang Khabu yang artinya tanah asal. b. Sutan Mhd Zain mengatakan kata Minangkabau berasal dari Binanga Kamvar Universitas Sumatera Utara maksudnya muara Batang Kampar. c. M.Hussein Naimar mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Menon Khabu yang artinya tanah pangkal, tanah yang mulia. d. Slamet Mulyana mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Minang Kabau. Artinya, daerah-daerah yang berada disekitar pinggiran sungai-sungai yang ditumbuhi batang kabau jengko l. www.scribd.com-Adat istiadat Minagkabau dan sistem kekerabatan, 2009, kumpulan - kumpulan pendapat Dari berbagai pendapat itu dapat disimpulkan bahwa Minangkabau itu adalah suatu wilayah yang berada di sekitar muara sungai yang didiami oleh orang Minangkabau. Namun dari Tambo, kata Minangkabau berasal dari kata Manang Kabau. Menang dalam adu kerbau antara kerbau yang dibawa oleh tentara Majapahit dari Jawa dengan kerbau orang Minang. Dalam masyarakat Minangkabau mereka menganut paham virilokal yakni terdiri dari satu keluarga inti senor dengan keluarga – keluarga inti dari anak laki – laki, semuanya tinggal dalam areal perumahan sebagai wilayah suku. Sedangkan mengenai pusako harta warisan , setiap orang baik laki–laki maupun perempuan akan menerima warisan dari keluarga ibunya. Walau anak laki–laki mendapatkannya namun dia tidak dapat mewariskan kepada anak–anaknya. Dengan demikian kalau dia meninggal, harta itu akan kembali kepada keturunan menurut garis keturunan ibu A.A. Navis, 1986 : 159 Universitas Sumatera Utara Dengan mengikuti prinsip keturunan matrilineal, pola menetap sesudah menikah pada masyarakat Minangkabau bersifat matrilokal artinya suami menetap menjadi tamu. Kelompok kekerabatan terkecil dalam masyarakat Minangkabau adalah yang samande seibu, artinya kelompok yang lahir dari ibu yang sama . Perbedaan sistem diatas bisa kita bedakan dalam konteks yang sangat General. Yakni Jepang mengikuti garis keturunan patrilineal dan Minangkabau adalah garis keturunan Matrilineal. Dan dilihat dari segi keturunan. Kalau keluarga Jepang mengikuti marga ayah. Dan kalau di suku Minangkabau mengikuti keturunan atau marga Ibu. Dengan melihat perbedaan ini maka bisa diketahui bahwa sistem pewarisannya jatuh kepada ; masyarakat Minangkabau pada keturunan ibu, dan masyarakat Jepang jatuh pada keturunan ayah. Dari kedua perbandingan sistem kekeluargaan masyarakat Minangkabau dan Jepang menimbulkan budaya yang berbeda. Sehingga dari kedua perbedaan budaya ini penulis memilih topik yang berjudul “ Perbandingan Sistem Pewarisan Dalam Masyarakat Jepang Dan Masyarakat Minangkabau”.

C. Perumusan Masalah

Pada perbedaan kedua budaya Jepang dan Minangkabau mengakibatkan sistem keluarga berbeda dalam perbedaan sistem keluarga ini mengakibatkan perbedaan sisitem pewarisan maka dalam skripsi ini penulis membahas perbedaan sistem pewarisan kedua kebuadayaan ini Makna keluarga merupakan masyarakat paling kecil. Menurut Situmorang, Hamzon,1996 : 22 “ kazoku keluarga adalah hubungan suami istri, hubungan Universitas Sumatera Utara orangtua dan anak, dan diperluas pada hubungan persaudaraan”. Dan menurut Djurip, 2000: 12, bahwa keluarga adalah hubungan antara ayah, ibu dan anak atau yang disebuat nuclear family”. Dalam keluarga Jepang ada yang dikenal dengan keluarga Ie dan yang di Minangkabau ada yang dikenal dengan keluarga rumah Gadang atau keluarga buudo kanduang ninik mamak kemudian diJepang ada yang dikenal dengan keluarga kazoku dan dibandingkan dengan keluarga biasa diMinangkabau, oleh karena itu dalam skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup perbandingan pewarisan pada keluarga Ie dan keluarga Rumah Gadang Prinsip pewarisan yang dianut oleh masyarakat Minangkabau tidak hanya menentukan garis keturunan suku seseorang tetapi juga menentukan dalam hak pewarisan soko gelar dan pusako harta warisan. Dengan demikian seorang laki-laki akan menerima gelar dari ibunya dalam kedudukannya sebagai kemenakan. Di dalam sako itu tercantum segala tugas, hak dan kewajiban sebagai laki-laki penerima sako tersebut. Sedangkan mengenai pusako harta warisan, setiap orang baik laki-laki maupun perempuan akan menerima warisan dari keluarga ibunya. Walaupun anak laki-laki juga mendapat bagian, namun dia tidak dapat mewariskan kepada anaknya. Dengan demikian kalau dia meninggal, harta itu akan kembali kepada keturunan menurut garis ibunya, yakni kemenakannya. Bagaimana dalam hal pusaka ini kemenakan laki-laki mempunyai hak mengusahakan, sedangkan kemenakan perempuan berhak memiliki A.A Navis, 1986 : 159. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hal diatas maka penulis menjadikan hal tersebut dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1.Bagaimana Jenis-jenis harta dalam Keluarga jepangIe dan dalam keluarga Rumah gadang di Minangkabau 2. Bagaimana sistem pewarisan Keluarga Ie Dan bagaimana Pewarisan pada keluarga Rumah gadang. 3. Bagaimana keberadaan perempuan di masyarakat Jepang 4. Bagaimana keberadaan perempuan di masyarakat Minangkabau 5 Bagaimana sistem keturunan dalam keluarga Ie dan keluarga Bundo kanduangRumah Gadang diMinangkabau

D. Ruang Lingkup Permasalahan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup agar tidak terlalu luas yaitu : sistem pewarisan bagi kedua kehidupan Masyarakat Jepang dan Minangkabau. Khususnya difokuskan kepada membandingkan antara sistem Keluarga Ie Jepang dan Keluarga Bundo kanduang Rumah Gadang di Minangkabau Selain menerangkan bagaimana perbedaan secara detail, disini juga dijelaskan bagaimana proses pembagian pusaka atau warisan. Di Minangakabau karena wanita yang dominan dalam mewarisi harta pusaka. Peranan wanita disini akan dikaji secara detail. . Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup bahasanya agar tidak terlalu luas yaitu sistem kekeluargaan bagi kedua kehidupan masyarakat Minangkabau dan Jepang. Oleh karena itu untuk mendukung pembahasannya penulis Universitas Sumatera Utara juga membahas latar belakang sejarah orang Jepang berdasarkan budayanya.

E. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Menurut Hakim Idrus, 1994 : 23 dalam judul “Pokok–Pokok Pengetahuan Adat Alam Minangkabau”.Bahwa dalam sistem Matrilineal perempuan diposisikan sebagai pengikat, penyimpan atau dalam bahasa Minangkabaunya amban puruak dan sistem kekerabatan selalu dipertahankan dengan mengikuti sistem Matrilineal, pada pembagian warisan atau pusako dan prinsip keturunan Martilineal tidak hanya menentukan garis keturunan suku seseorang tetapi juga menentukan dalam hak pewarisan suku gelar dan pusako harta warisan”. Dalam meneliti pembahasan ini penulis menggunakan Metode Kepustakaan, Forum Komunikasai Masyarakat Minangkabau dan website yang sangat ter update adalah : www.Google.com forum masyarakat Minangkabau yang mengatakan “Kelompok kekerabatan terkecil dalam masyarakat Minangkabau adalah yang samande seibu, artinya kelompok yang lahir dari ibu yang sama”. Pada cakupan mengenai kekeluargaan dan pewarisan pada masyarakat Jepang, buku – buku tersebut adalah Ilmu Kejepangan Situmorang , 2006 : 54 Dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang banyak berhubungan dengan agama. Misalnya dalam perayaan Life Stage daur hidup. Disini akan dibahas mengenai struktural kedua proses antara Minangkabau dan Jepang. Dan akan dikaji juga bagaimana perbedaan kedua sistem keturunan tersebut. Dan Untuk lebih memberikan perbedaan yang hakiki, maka akan dikaji juga dalam masyarakat Minangkabau bagaimana patrilineal dan matrilineal dalam Universitas Sumatera Utara kedua sistem keturunan tersebut.

2. Kerangka Teori

Bagi masyarakat Jepang prilaku kelahiran tersebut di mana roh manusia mempunyai proses perjalanan yang dimulai pada saat manusia lahir hingga manusia itu menjadi dewasa dan sampai meninggal, kemudian proses tersebut berlanjut pada perjalanan di dunia mati. Perjalanan tersebut digambarkan oleh Tuboi Yobumi sebagai sebuah perjalanan jarum jam terbalik dalam sebuah lingkaran Tuboi : 1972 : 20. Van Gennep dalam bukunya Rites De Passage 1909, mengatakan bahwa: “Dalam hidupnya manusia itu melalui banyak krisis yang menjadi objek perhatiannya dan amat-amat ditakutinya. Dalam menghadapi hal tersebut dari mulai lahir, anak–anak, dewasa sampai meninggal manusia perlu perbuatan-perbuatan dalam bentuk upacara untuk memperteguh imannya. Dari mulai adanya keluarga kecil atau masyarakat kecil, kemudian berkembang menjadi masyarakat luas. Namun untuk bisa berkembang sampai dengan masyarakat luas, maka adanya sistem yang menjalankan bagaimana keluarga itu berjalan sesuai sistem yang memang telah disetujui. Dalam Masyarakat Manapun, aabila Orangtua sudah Meningal maka Hak dan Kewajiban dilanjutkan oleh keturunannya demikian juga dalam masyarakat Jepang dimana keturunannya justru Membuat Sesajen Adalah kewajiban keturunannya sehinga perlu dipastikan siapa yang membuat sesajen sehingga warisan nya juga diserahkan kepadanya . Universitas Sumatera Utara Sistim kemasyarakatan atau yang dikenal sebagai sistem kelarasan merupakan dua instisusi adat yang dibentuk semenjak zaman kerajaan MinangkabauPagaruyung dalam mengatur pemerintahannya. Bahkan ada juga pendapat yang mengatakan, penyusunan itu dilakukan sebelum berdirinya kerajaan Pagaruyung. Dalam system pewarisan Memakai sistem nan bambusek dari tanah, nan tumbuah dari bawah. Kaputusan buliah dibandiang. Nan luruih buliah ditenok, nan bungkuak buliah dikadang. Maksudnya; segala keputusan ditentukan oleh sidang rapat para penghulu. Keputusan boleh dibanding, dipertanyakan dan diuji kebenarannya. Bila persoalan timbul pada suatu kaum, kaum itu membawa persoalan kepada Datuak nan Batigo di Limo Kaum. Karena itu dalam kelarasan ini hirarkinya adalah sebagai berikut; kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka pangulu, pangulu barajo ka mupakaik, nan bana badiri sandirinyo. Mengenai pusako harta warisan, setiap orang baik laki-laki maupun perempuan akan menerima warisan dari keluarga ibunya. Walaupun anak laki-laki juga mendapat bagian, namun dia tidak dapat mewariskan kepada anaknya. Dengan demikian kalau dia meninggal, harta itu akan kembali kepada keturunan menurut garis ibunya, yakni kemenakannya. Bagaimana dalam hal pusaka ini kemenakan laki-laki mempunyai hak mengusahakan, sedangkan kemenakan perempuan berhak memiliki A.A Navis, 1986 : 159 Universitas Sumatera Utara

F. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah: 1 Untuk mengetahui sistem pewarisan dalam masyarakat Jepang 2 Untuk mengetahui sistem pewarisan dalam masyarakat Minangkabau 3 Dan mengetahui perbandingan kedua budaya sistem pewarisan Jepang dan Minangkabau

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah : 1. Agar para pembelajar bahasa Jepang dapat memahami sistem pewarisan dalam masyarakat Jepang. 2. Selain itu, agar para pembelajar dapat mengerti mengenai sistem pewarisan Minangkabau 3. Diharapkan untuk ke depannya skripsi ini bisa menjadi sumber data atas penelitian yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini.

G. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah di bawah ini bersifat deskriptif yakni memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan atau gejala, dalam kelompok tertentu. Berdasarkan fakta–fakta yang ada seperti bagaimana dalam masyarakat Jepang Koentjaraningrat, 1976 :29. Buku yang berbahasa Asing juga digunakan pada penelitian, jadi menggunakan teknik terjemahan. Dan lagi untuk mendapatkan data–data yang Universitas Sumatera Utara berhubungan dengan judul ini, maka penulis melakukan pencarian data survey book yakni menghimpun data – data keberbagai perpustakaan. Universitas Sumatera Utara

BAB II SISTEM KELUARGA JEPANG DAN SISTEM KELUARGA

MINANGKABAU 2.1. Keluarga Secara umum yang dimaksud dengan keluarga adalah adanya ibu, ayah dan anak. Namun keluarga menurut “Elliot dan Meril : 1961 Cindy, 2007 : 15 mengatakan : keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal bersama–bersama dan memiliki ikatan hubungan darah, perkawinan dan adopsi atau kekerabatan. Sementara Menurut Burgess, dkk 1960, definisi keluarga adalah sbb: 1. Keluarga terdiri dari orang–orang yang disatukan dalam perkawinan. 2. Para anggota hidup bersama–sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. 3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lainnya. 4. Keluarga sama–sama menggunakan kultur yang diambil dalam masyarakat. Hingga pada pemahaman umum kita ambil makna bahwa keluarga itu diawali dengan perkawinan, yang memberikan status kejelasan hubungan. Dan dari situlah mengetahui titik tolak berasal dari mana ikatan itu tersebut. seperti yang kita ketahui bahwa setiap keluarga diikat juga berdasarkan budaya dan norma–norma adat maka disimpulkan pastinya pola hidup yang dijalani berbeda. Universitas Sumatera Utara

2.2. Keluarga Jepang

Pada Keluarga Jepang Dikenal dua jenis yaitu: 1Keluarga Kazoku General Consept 2Keluarga Ie Tradisionnal Jepang

2.2.1 Kazoku

Kazoku adalah merupakan general konsep tentang keluarga dalam konsep umum, yang dimaksud dengan kazoku adalah hubungan suami istri, hubungan orang tua dan anak, dan diperluas pada hubungan persaudaraan yang didasarkan pada struktur masyarakat tersebut, dan struktur keluarga berbeda pada masing-masing masyarakat budaya. Jenis-jenis keluarga atau kazoku Jepang yakni : • Keluarga inti nuclear family. • Keluarga poligami polygamous family. • Keluarga luas extended family. Keluarga kazoku dapat berakhir karena kematian suami atau istri atau karena perceraian salah satu pihak, Dalam keluarga kazoku ini belum dikenal penyembahan leluhur, keluarga kazoku ini dibentuk dari perkawinan anak kedua atau anak ketiga dan seterusnya.

2.2.2. Ie Menurut Ito, Ie adalah sebuah bentuk keluarga yang mempunyai sistem

tersendiri yang berurat berakar pada masyarakat Jepang. Oleh karena itu Ie mempunyai hubungan yang dalam dengan sistem nilai dan struktur Universitas Sumatera Utara masyarakat Jepang. Dan juga merupakan suatu sistem masyarakat dalam kesejarahan Jepang tersendiri. Ito 1982:58. Ie adalah bentuk keluarga yang luas yang mengikuti garis keturunan ayah. Perbedaan paling utama dengan kazoku dan ie adalah dimana kazoku bisa berakhir dengan kematian sementara ie tidak akan pernah habis. Sehingga sekalipun orangtuanya suda meninggal , maka akan tetap diteruskan pewarisan keberadaanya Situmorang, Hamzon, 2006 : 22- 23 Terjadinya Keluarga Ie adalah karena apabila orang tua dalam keluarga sudah meninggal, maka dibuatlah kuburan keluarga dan juga dibuatlah altar pemujaan di rumah. Ie adalah keluarga luas, di dalamnya ada satu atau lebih pasangan perkawinan. Sebagai kepala keluarga Ie dilanjutkan dari generasi orang tua kepada generasi anak. Situmorang, Hamzon, 2006 : 24 , dalam pandangan Ariga kizaemon 1990 : 265, Ie adalah Kelompok kerjasama dalam mengelolah kehidupan.Ariga tidak menyetujui apabila Ie dikatakan merupakan ikatan kelompok sedarah,karena pekerja dalam Ie pun adalah merupakan angota keluarga Ie tetapi belum tentu ada ikatan darah. Pada waktu melanjutkan Ie, tidak ada pembagian warisan, hal ini berbeda dengan sistem kazoku. Dan yang paling penting, yang harus kita garis bawahi bahwa Sistem Ie Ie seido adalah kesinambungan keluarga. Dan Objek dari kesinambungan tersebut adalah, hubungan darah yaitu hubungan orang tua dan anak, hubungan abang adik, hubungan tempat tinggal rumah dan pekarangan, hubungan ekonomi produksi, konsumsi, usaha dan harta Universitas Sumatera Utara Ito 1982:61.

2.3. Keluarga Minangkabau

Kata Minangkabau mengandung banyak pengertian. Salah satunya menurut , H. Masoed abidin, 2009, www.scribd.comMinangkabau dan sistem kekerabatan adalah, penduduk dan masyrakatnya menganut budaya minangkabau. Selain itu Minangkabau dipahamkan sebagai bahasa, penduduk, wilayah nya yang menggunakan minangakabau sebagai dasar identitas mereka. Membicarakan Minangkabau secara umum mendalami sebuah suku bangsa dengan latar belakang sejarah, adat, budaya, agama, dan segala aspek kehidupan masyarakatnya. Sama seperti sistem kekerabatan masyarakat di Kabupaten Pasaman juga mengikuti prinsip keturunan matrilineal, artinya menghitung garis keturunan dari pihak ibu sehingga seorang anak akan menjadi anggota suku ibunya. Dengan prinsip keturunan matrilineal ini unsur Paman saudara laki-laki ibu menjadi tokoh yang sangat penting. Ia memikul tanggung jawab yang berat karena baik-buruknya keadaan kemenakan anak saudara perempuannya berada sepenuhnya ditangan Paman mamak dalam bahasa minangkabau. Ini disebabkan karena walaupun yang punya anak adalah ibu, namun fungsi ayah dalam keluarga suku bangsa Minangkabau hanyalah sebagai tamu di rumah isterinya disebut urang sumando. Urang Sumando ini tidak memiliki kekuasaan di rumah isterinya. Karena kekuasaan nya berada dalam lingkungan keluarga ibunya pula. Kelompok kekerabatan terkecil dalam masyarakat Minangkabau adalah yang samande seibu, artinya kelompok yang lahir dari ibu yang sama. Gabungan dari beberapa kelompok samande disebut saparuik satu perut yang dihitung sampai 5 Universitas Sumatera Utara keturunan darah tertentu disebut kampuang kampung, yang dipimpin oleh seorang penghulu, maka timbullah suku. Bentuk-bentuk kelompok kekerabatan yang demikian juga ditemui pada masyarakat Minangkabau di Pasaman. Seperti pada masyarakat Cubadak, juga dikenal hubungan saparuiksatu perut yang dalam hal ini disebut saboltok. Saboltokseinduk merupakan tingkat sanak unyangAdik perempuan ibu ego yang paling jauh, yakni ibu dari nenek. Jadi dalam satu kaum itu bisa saja terdiri dari 3 boltok 3 induk. Beberapa induk ini kemudian membentuk satuan terkecil dalam masyarakat, yang disebut kaum. Satu kaum terdiri dari lima keturunan dari garis ibu se-nenek. Kaum ini dikepalai oleh mamak. kaum yang disebut mamak tuo. Beberapa kaum kemudian menghimpun dalam satu kepenghuluan.Hakimy Idrus, 1984 : 45 Prinsip keturunan martilineal tidak hanya menentukan garis keturunan suku seseorang tetapi juga menentukan dalam hak pewarisan soko gelar dan pusako harta warisan. Pada masyarakat Cubadak prinsip ini dijalankan dengan sangat ketat bahkan boleh dikatakan untuk saat ini “lebih Minang”dari pada masyarakat Minang itu sendiri”. Sebagai contoh, jika seorang mamakpaman perempuannya tidak mengizinkantidak mau menanda-tangani surat-surat penjualan tanah, maka jual beli tidak dapat terlaksana. Akhir-akhir ini, adalah kedudukan perempuan sebagai pihak yang berhak memiliki pusaka, mulai diabaikan sehingga jika terjadi kasus seperti itu, paman tetap saja bisa menjual harta pusaka tersebut walau tidak ada tanda tangan pihak perempuan. Mengenai istilah kekerabatan atau panggilan kekerabatan pada masyarakat Pasaman, juga tidak jauh berbeda dengan istilah-istilah kekerabatan dalam Universitas Sumatera Utara masyarakat Minangkabau pada umumunya. Hanya pada daerah-daerah yang telah mengalami persentuhan budaya dengan daerah lain, panggilan kekerabatan itu sedikit berbeda. Hal ini terlihat pada masyarakat bagi Cubadak, dimana terdapat sebutanpanggilan-panggilan sebagai berikut : - Apak : ayah ego - Indek : Ibu ego - Akang : Kakak Perempuan ego - Kak Uwo : kakak laki-laki ego - ‘nggik : Adik ego baik laki-laki maupun perempuan - ‘ndek tuo : Kakak Perempuan ibu ego - Unyang : Adik perempuan ibu ego - Mamak : kakakadik laki-laki ibu ego - Pak tua : kakak laki-laki ayah ego - Pak etekUda : Adik laki-laki ayah ego - Amei : Kakakadik perempuan ayah ego Sebagaimana halnya pelapisan sosial pada masyarakat suku bangsa Minangkabau yang tidak begitu kentara, hanya membedakan antara penduduk yang mula-nula membuka daerah dengan penduduk yang datang belakangan, pelapisan sosial pada masyarakat Pasaman juga demikian. Yang membedakan hanyalah antara orang pendatang dengan penduduk asli. Bagi pendatang, mereka bisa mempunyai hak yang sama dengan penduduk asli, dengan catatan mereka harus mengisi adat, menuang limbago artinya, secara utuh mengaku sebagai kemenakan, bukan menuntut sebagai mamak. Walaupun hak yang diterima sama, namun kepada para pendatang itu tidak bisa diberikan gelar kepangkatan menurut kesukuan adat. Universitas Sumatera Utara Falsafah Minangkabau “kaba baiak baimbawan, kaba buruak baambauan”, mendorong orang untuk melakukan kegiatan tolong menolong. Dalam peristiwa kemalangan seperti musibah, bencana alam atau kematian kaba buruak, tolong menolong dilakukan seperti upacara perkawinan, sedangkan pada peristiwa kegembiraan seperti upacara perkawinan, kenduri atau selamatan lain kaba baik, tolong menolong dilakukan dengan dilandasi pamrih. Pamrih yang dimaksudkan disini adalah adanya harapan dalam diri seseorang yang memberikan pertolongan bahwa suatu saat dia akan mendapat pertolongan pula jika mengadakan suatu perhelatan. Adapun gotong royong untuk memenuhi kewajiban sosial dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan membersihkan kampung, membangun sarana-sarana ibadah atau sarana sosial

2.3.1. Keluarga Biasa Minangkabau

Minangkabau secara umum mendalami sebuah suku bangsa dan latar belakang sejarah, adat, budaya, agama. Menelusuri sejarah tentang Minangkabau sebagai satu cabang dari ilmu pengetahuan. Dan dalam kehidupan masyarakat Minangkabau peranan wanita sangat berpengaruh dalam kehidupan masa depan. Sehingga dalam kehidupan masyarkat dapat dilihat keberadaan perempuan Minangkabau dalam pengaruh keluarga. Keluarga biasa Minangkabau, adalah keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu. Dimana garis keturunan Ibu. Sehingga anak semua akan melekatkan nama dibelakangnya dengan nama ibu, Dengan demikian seorang laki-laki akan menerima gelar dari ibunya dalam kedudukannya sebagai kemenakan. Di dalam sokogelar itu tercantum segala tugas, hak dan kewajiban sebagai laki-laki penerima soko Universitas Sumatera Utara tersebut. Sedangkan mengenai pusako harta warisan, setiap orang baik laki-laki maupun perempuan akan menerima warisan dari keluarga ibunya. Walaupun anak laki-laki juga mendapat bagian, namun dia tidak dapat mewariskan kepada anaknya. Dengan demikian kalau dia meninggal, harta itu akan kembali kepada keturunan menurut garis ibunya, yakni kemenakannya. Bagaimana dalam hal pusako ini kemenakan laki-laki mempunyai hak mengusahakan, sedangkan kemenakan perempuan berhak memiliki A.A Navis, 1986 : 159. Sebagai sebuah sistem Matrilineal dijalankan berdasarkan kemampuan dan berbagai penafsiran oleh pelakunya , ninik mamak, kaum perempuan dan kemenakan,sistem kekeluargaan ini tetap dipertahankan masyarakat Minangkabau. Bahkan sampai disempurnakan sejalan dengan usaha menyempurnkan sistim adatnya . Terutama di dalam mekanisme penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.oleh karena itu peranan seorang penghulu atau ninik mamak dalam kaitan bermamak berpaman dalam berkemenakan sangatlah penting 2. 3. 2.Keluarga Bundo kanduang keluarga Rumah Gadang Perempuan sering disebut dengan panggilan wanita. Panggilan ini lazim dipakai di negeri kita. Kata-kata wanita dalam bahasa Sansekerta, berakar dari kata betina. Sebutan perempuan lebih tepat untuk panggilan bundo kanduang. Di masa jahiliyah berlaku pelecehan gender ketika di lahirkan anak perempuan disambut kematian. Wanita hanya pembawa aib, bayi perempuan itu mesti dibunuh. Setelah Islam, Alquran menyebut perempuan dengan annisa dan umahat. Perempuan adalah bundo atau ibu. Annisa adalah tiang bagi suatu negeri. Begitu penafsiran Islam tentang perempuan. Sejak dua alaf berlalu, Alquran Karim Universitas Sumatera Utara menempatkan perempuan dalam derajat yang sama dengan jenis laki-laki pada posisi azwajan atau pasangan hidup. Perempuan menyimpan arti pemimpin raja, orang pilihan, ahli, yang pandai, dengan segala sifat keutamaan yang lain.Mengenal atau menyayangi kampung halaman, pandai menata dan menyajikan kebahagiaan di rumah tangga, pandai menuntun kepada yang baik dan menghimpunkan yang terserak, takut budinya akan terjual, sangat cemas malu pendirian akan tergadai Artinya perempuan di dalam budaya Minangkabau sangat teguh memelihara citra konsisten. Perempuan Minangkabau mengetahui mana yang pantas dan patut dia lakukan. Budaya Minangkabau mengajarkan cara-cara maju kepada perempuan Minangkabau yaitu, pandai meletakkan sesuatu pada tempatnya. Selaku perempuan yang mempunyai budaya tinggi, ia harus tahu mana yang pantas di tempat yang tinggi dan mana pula semestinya di tempat yang rendah. Perempuan Minangkabau pandai berhitung. Mereka hemat dan pandai mengatur diri. Bayang-bayang sepanjang badan. Tidak boros. Sikap laku dan perangainya dapat ditiru. Amalannya dapat dicontoh. Kasuri tuladan kain artinya seperti patron kain yang akan dipotong dan dijahit. Perempuan Minangkabau selalu bertindak adil konsisten seperti cupak gantang dari batuang buluh, selamanya teguh buatannya dan tindakannya dapat dijadikan ukuran. Demikian satu norma kehidupan grand norm perempuan Minangkabau secara ideal.Perempuan Minangkabau adalah seorang yang pemurah dan penyantun. Buatannya dapat dipedomanin. Bermanfaat untuk orang senagarisedaerah. Perempuan Minangkabau adalah pribadi yang jimek, bersih, lemah lembut, tegas tak ada dandanan yang disisakan dan shalihat, yang kameh kemas, Universitas Sumatera Utara berperaturan. Barameh kameh, bapadi manjadi, artinya lengkap, patuh setia qanitat dan segeh, cukup, sigap, tak kurang satu apapun, dibarengi sigap dan tangkas serta sangat pandai menjaga diri hafizat lil ghaibi. Perempuan Minangkabau rancak lantaran memadukan tiga sikap utama yang menggambarkan sikap jiwa mental attitude yang dibentuk oleh budaya bundoibu. Berbudi pekerti dan mengutamakan rasa malu. Begitulah peran perempuan Minangkabau yang disebut bundo kanduang. Luwes dan cekatan. Cantik dan cerdas. Bagaikan dalam kisah Sabai nan Aluih, samuik tapijak indak mati, alu ta taruang patah tigo , Artinya: lemah lembut dan tegas. Falsafah hidup beradat mendudukkan perempuan Minangkabau pada sebutan bundo kandung dimana pada masyarakat minangkabau ada pantun seruan bagi perempuan minangkabau limpapeh rumah nan gadang, amban puro pegangan kunci, amban puruak aluang bunian, hiasan di dalam kampuang, Universitas Sumatera Utara

BAB III PERBANDINGAN SISTEM PEWARISAN MASYARAKAT JEPANG DAN