Ruang Lingkup Permasalahan Metode Penelitian

Berdasarkan hal diatas maka penulis menjadikan hal tersebut dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1.Bagaimana Jenis-jenis harta dalam Keluarga jepangIe dan dalam keluarga Rumah gadang di Minangkabau 2. Bagaimana sistem pewarisan Keluarga Ie Dan bagaimana Pewarisan pada keluarga Rumah gadang. 3. Bagaimana keberadaan perempuan di masyarakat Jepang 4. Bagaimana keberadaan perempuan di masyarakat Minangkabau 5 Bagaimana sistem keturunan dalam keluarga Ie dan keluarga Bundo kanduangRumah Gadang diMinangkabau

D. Ruang Lingkup Permasalahan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup agar tidak terlalu luas yaitu : sistem pewarisan bagi kedua kehidupan Masyarakat Jepang dan Minangkabau. Khususnya difokuskan kepada membandingkan antara sistem Keluarga Ie Jepang dan Keluarga Bundo kanduang Rumah Gadang di Minangkabau Selain menerangkan bagaimana perbedaan secara detail, disini juga dijelaskan bagaimana proses pembagian pusaka atau warisan. Di Minangakabau karena wanita yang dominan dalam mewarisi harta pusaka. Peranan wanita disini akan dikaji secara detail. . Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup bahasanya agar tidak terlalu luas yaitu sistem kekeluargaan bagi kedua kehidupan masyarakat Minangkabau dan Jepang. Oleh karena itu untuk mendukung pembahasannya penulis Universitas Sumatera Utara juga membahas latar belakang sejarah orang Jepang berdasarkan budayanya.

E. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Menurut Hakim Idrus, 1994 : 23 dalam judul “Pokok–Pokok Pengetahuan Adat Alam Minangkabau”.Bahwa dalam sistem Matrilineal perempuan diposisikan sebagai pengikat, penyimpan atau dalam bahasa Minangkabaunya amban puruak dan sistem kekerabatan selalu dipertahankan dengan mengikuti sistem Matrilineal, pada pembagian warisan atau pusako dan prinsip keturunan Martilineal tidak hanya menentukan garis keturunan suku seseorang tetapi juga menentukan dalam hak pewarisan suku gelar dan pusako harta warisan”. Dalam meneliti pembahasan ini penulis menggunakan Metode Kepustakaan, Forum Komunikasai Masyarakat Minangkabau dan website yang sangat ter update adalah : www.Google.com forum masyarakat Minangkabau yang mengatakan “Kelompok kekerabatan terkecil dalam masyarakat Minangkabau adalah yang samande seibu, artinya kelompok yang lahir dari ibu yang sama”. Pada cakupan mengenai kekeluargaan dan pewarisan pada masyarakat Jepang, buku – buku tersebut adalah Ilmu Kejepangan Situmorang , 2006 : 54 Dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang banyak berhubungan dengan agama. Misalnya dalam perayaan Life Stage daur hidup. Disini akan dibahas mengenai struktural kedua proses antara Minangkabau dan Jepang. Dan akan dikaji juga bagaimana perbedaan kedua sistem keturunan tersebut. Dan Untuk lebih memberikan perbedaan yang hakiki, maka akan dikaji juga dalam masyarakat Minangkabau bagaimana patrilineal dan matrilineal dalam Universitas Sumatera Utara kedua sistem keturunan tersebut.

2. Kerangka Teori

Bagi masyarakat Jepang prilaku kelahiran tersebut di mana roh manusia mempunyai proses perjalanan yang dimulai pada saat manusia lahir hingga manusia itu menjadi dewasa dan sampai meninggal, kemudian proses tersebut berlanjut pada perjalanan di dunia mati. Perjalanan tersebut digambarkan oleh Tuboi Yobumi sebagai sebuah perjalanan jarum jam terbalik dalam sebuah lingkaran Tuboi : 1972 : 20. Van Gennep dalam bukunya Rites De Passage 1909, mengatakan bahwa: “Dalam hidupnya manusia itu melalui banyak krisis yang menjadi objek perhatiannya dan amat-amat ditakutinya. Dalam menghadapi hal tersebut dari mulai lahir, anak–anak, dewasa sampai meninggal manusia perlu perbuatan-perbuatan dalam bentuk upacara untuk memperteguh imannya. Dari mulai adanya keluarga kecil atau masyarakat kecil, kemudian berkembang menjadi masyarakat luas. Namun untuk bisa berkembang sampai dengan masyarakat luas, maka adanya sistem yang menjalankan bagaimana keluarga itu berjalan sesuai sistem yang memang telah disetujui. Dalam Masyarakat Manapun, aabila Orangtua sudah Meningal maka Hak dan Kewajiban dilanjutkan oleh keturunannya demikian juga dalam masyarakat Jepang dimana keturunannya justru Membuat Sesajen Adalah kewajiban keturunannya sehinga perlu dipastikan siapa yang membuat sesajen sehingga warisan nya juga diserahkan kepadanya . Universitas Sumatera Utara Sistim kemasyarakatan atau yang dikenal sebagai sistem kelarasan merupakan dua instisusi adat yang dibentuk semenjak zaman kerajaan MinangkabauPagaruyung dalam mengatur pemerintahannya. Bahkan ada juga pendapat yang mengatakan, penyusunan itu dilakukan sebelum berdirinya kerajaan Pagaruyung. Dalam system pewarisan Memakai sistem nan bambusek dari tanah, nan tumbuah dari bawah. Kaputusan buliah dibandiang. Nan luruih buliah ditenok, nan bungkuak buliah dikadang. Maksudnya; segala keputusan ditentukan oleh sidang rapat para penghulu. Keputusan boleh dibanding, dipertanyakan dan diuji kebenarannya. Bila persoalan timbul pada suatu kaum, kaum itu membawa persoalan kepada Datuak nan Batigo di Limo Kaum. Karena itu dalam kelarasan ini hirarkinya adalah sebagai berikut; kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka pangulu, pangulu barajo ka mupakaik, nan bana badiri sandirinyo. Mengenai pusako harta warisan, setiap orang baik laki-laki maupun perempuan akan menerima warisan dari keluarga ibunya. Walaupun anak laki-laki juga mendapat bagian, namun dia tidak dapat mewariskan kepada anaknya. Dengan demikian kalau dia meninggal, harta itu akan kembali kepada keturunan menurut garis ibunya, yakni kemenakannya. Bagaimana dalam hal pusaka ini kemenakan laki-laki mempunyai hak mengusahakan, sedangkan kemenakan perempuan berhak memiliki A.A Navis, 1986 : 159 Universitas Sumatera Utara

F. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah: 1 Untuk mengetahui sistem pewarisan dalam masyarakat Jepang 2 Untuk mengetahui sistem pewarisan dalam masyarakat Minangkabau 3 Dan mengetahui perbandingan kedua budaya sistem pewarisan Jepang dan Minangkabau

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain adalah : 1. Agar para pembelajar bahasa Jepang dapat memahami sistem pewarisan dalam masyarakat Jepang. 2. Selain itu, agar para pembelajar dapat mengerti mengenai sistem pewarisan Minangkabau 3. Diharapkan untuk ke depannya skripsi ini bisa menjadi sumber data atas penelitian yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini.

G. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah di bawah ini bersifat deskriptif yakni memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan atau gejala, dalam kelompok tertentu. Berdasarkan fakta–fakta yang ada seperti bagaimana dalam masyarakat Jepang Koentjaraningrat, 1976 :29. Buku yang berbahasa Asing juga digunakan pada penelitian, jadi menggunakan teknik terjemahan. Dan lagi untuk mendapatkan data–data yang Universitas Sumatera Utara berhubungan dengan judul ini, maka penulis melakukan pencarian data survey book yakni menghimpun data – data keberbagai perpustakaan. Universitas Sumatera Utara

BAB II SISTEM KELUARGA JEPANG DAN SISTEM KELUARGA

MINANGKABAU 2.1. Keluarga Secara umum yang dimaksud dengan keluarga adalah adanya ibu, ayah dan anak. Namun keluarga menurut “Elliot dan Meril : 1961 Cindy, 2007 : 15 mengatakan : keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal bersama–bersama dan memiliki ikatan hubungan darah, perkawinan dan adopsi atau kekerabatan. Sementara Menurut Burgess, dkk 1960, definisi keluarga adalah sbb: 1. Keluarga terdiri dari orang–orang yang disatukan dalam perkawinan. 2. Para anggota hidup bersama–sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. 3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lainnya. 4. Keluarga sama–sama menggunakan kultur yang diambil dalam masyarakat. Hingga pada pemahaman umum kita ambil makna bahwa keluarga itu diawali dengan perkawinan, yang memberikan status kejelasan hubungan. Dan dari situlah mengetahui titik tolak berasal dari mana ikatan itu tersebut. seperti yang kita ketahui bahwa setiap keluarga diikat juga berdasarkan budaya dan norma–norma adat maka disimpulkan pastinya pola hidup yang dijalani berbeda. Universitas Sumatera Utara