Mengenali Kompetensi Sosial Guru

Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru menunjuk pada aspek kualitas guru dalam menjalankan fungsi profesionalnya mengajar dan mendidik Majid, 2005:6. Kompetensi guru tersebut terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan profesional pada saat menjalankan fungsi utama profesinya sebagai guru. Seperangkat kemampuan yang harus dimiliki guru tersebut harus searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah kurikulum, tuntutan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Itu berarti bahwa kompetensi guru merupakan kesesuaian antara kemampuan, kecakapan dan kepribadian guru dengan perilaku dan tindakan atau kemampuan yang mumpuni dalam melaksanakan seluruh tugas berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang menjadi tanggung-jawab fungsi profesionalnya sebagai guru. Kompetensi guru, berdasarkan rumusan dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat 1, meliputi empat dimensi kompetensi. Keempat macam dimensi kompetensi guru yang dimaksud adalah: a komptensi pedagogik, b kompetensi kepribadian, c kompetensi sosial, dan d kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam konteks tulisan ini hanya dibicarakan satu macam dimensi kompetensi guru yaitu: kompetensi sosial guru.

C. Mengenali Kompetensi Sosial Guru

Guru adalah makhluk sosial, dalam kehidupan profesionalnya tidak dapat terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang memadahi, terutama terkait dengan pendidikan di luar sekolah yaitu pendidikan yang berlangsung di masyarakat. Menurut Gozali Mulyasa, 2007:174 profesi guru menempati posisi tertinggi dan termulia di masyarakat. Posisi itu terkait dengan dua misi yang diemban guru sekaligus yaitu misi keagamaan dan misi sosial politik. Misi keagamaan guru yaitu misi guru melakukan kebaikan dengan cara menyampaikan ilmu pengetahuan kepada manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi, terutama memberi penjernihan hati peserta didik. Guru bekerja menyempurnakan, membersihkan, menyucikan dan membawa hati itu mendekat ke kemahakuasaan Tuhan. Sedangkan misi sosiopolitik guru yaitu misi guru dalam membangun, memimpin dan menjadi teladan dalam menegakkan keadilan, keteraturan, kerukunan dan menjamin keberlangsungan masyarakat. Kompetensi sosial guru memegang peranan penting. Nilai penting dari kompetensi sosial guru, pada satu sisi, terletak pada peran pribadi guru yang hidup ditengah masyarakat untuk berbaur dengan masyarakatnya. Untuk itu guru perlu memiliki kemampuan berbaur secara santun dan luwes dengan masyarakat, antara lain melalui kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki oleh guru agar ia dapat bergaul secara luas, leluasa, dan tidak canggung dalam bergaul. Pada sisi lain, realitas peran dan kiprah guru selalu dinilai dan diamati baik oleh peserta didik, teman sejawat dan atasannya, maupun dinilai dan diawasi oleh masyarakat. Bahkan tidak jarang juga dibicarakan kebaikan dan kekurangan penampilannya oleh pihak-pihak di masyarakat. Oleh sebab itu, sebaiknya guru sering meminta pendapat dari teman sejawat atau peserta didik tentang penampilannya sehari-hari baik di sekolah maupun di masyarakan, dan segera memanfaatkan 3 pendapatkritikannya itu untuk mengubah atau memperbaiki penampilannya yang kurang tepat. Menurut Mulyasa 2007: 176 ada tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif baik di sekolah maupun di masyarakat. Ketujuh kompetensi sosial yang dimaksud adalah: 1. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama 2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi 3. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi 4. Memiliki pengetahuan tentang estetika 5. Memiliki pengetahuan tentang apresiasi dan kesadaran sosial 6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan 7. Setia terhadap harkat dan martabat kemanusiaan. Ketujuh kompetensi sosial ini penting untuk dimiliki guru, agar guru dapat melaksanakan dua fungsi sekolah dalam hubungannya dengan masyarakat. Kedua fungsi sekolah itu adalah: a fungsi pelestarian dan pewarisan nilai-nilai kemasyarakatan dan b fungsi agen perubahan. Sekolah berfungsi untuk menjaga kelestarian nilai-nilai kemasyarakatan yang positif agar pewarisan nilai-nilai kemasyarakatan itu berlangsung secara baik. Di samping itu, sekolah berfungsi sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi menuju kemajuan dan tuntutan kehidupan dan pembangunan bangsa. Menurut penjelasan pasal 28 ayat 3 butir d pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Rumusan dalam PP itu diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dinyatakan bahwa kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat, yang memiliki kompetensi inti untuk: 1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. 4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Ad 1. Kompetensi sosial pertama: bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif Kompetensi sosial dalam bentuk kemampuan pendidik untuk bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi ini dapat diurai menjadi dua subkompetensi. Kedua subkompetensi sosial yang dimaksud adalah subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut ini. 4 a. Subkompetensi kemampuan guru untuk bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: 1 kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran, 2 kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap teman sejawat dalam melaksanakan pembelajaran, 3 kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran, 4 kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran, 5 kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap teman sejawat dalam melaksanakan pembelajaran, 6 kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran. 1 Indikator kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:  Guru dalam melaksanakan pembelajaran menunjukkan sikap terbuka untuk menerima semua peserta didik.  Guru selama melaksanakan pembelajaran mengembangkan sikap komunikasi dialogis terhadap peserta didik. 2 Indikator kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap teman sejawat dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:  Guru bersikap terbuka terhadap teman sejawat demi pengembangan pembelajaran.  Guru menyukai berbagi pengalaman dengan teman sejawat terkait dengan pengembangan pembelajaran.  Guru menerima kritik dan saran konstruktif untuk pengembangan pembelajaran.  Guru menmgembangkan komunikasi dialogis dengan teman sejawat 3 Indikator kemampuan guru untuk bersikap inklusif terhadap lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:  Guru peduli terhadap lingkungan sekitar  Guru memanfaatkan lingkungan sekitar untuk sumber pembelajaran 4 Indikator kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:  Guru menunjukkan sikap objektif terhadap setiap dan seluruh peserta didik 5 Indikator kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap teman sejawat dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:  Guru menunjukkan sikap objektif terhadap setiap dan seluruh teman sejawat 6 Indikator kemampuan guru untuk bersikap objektif terhadap lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran dijabarkan dalam diskriptor:  Guru menunjukkan sikap objektif terhadap setiap dan seluruh lingkungan sekitar b. Subkompetensi kemampuan guru untuk tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik 5 dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi. Subkompetensi ini memiliki empat indikator esensial yaitu: 1 Indikator kemampuan guru untuk tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi dijabarkan dalam diskriptor:  Guru menunjukkan sikap mengasihi setiap peserta didik  Guru menunjukkan sikap adil terhadap semua peserta didik 2 Indikator kemampuan guru untuk tidak bersikap diskriminatif terhadap teman sejawat karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi dijabarkan dalam diskriptor:  Guru menunjukkan sikap mengasihi setiap teman sejawat  Guru menunjukkan sikap adil terhadap semua teman sejawat 3 Indikator kemampuan guru untuk tidak bersikap diskriminatif terhadap orang tua peserta didik karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi dijabarkan dalam diskriptor:  Guru menunjukkan sikap mengasihi setiap orang tua peserta didik  Guru menunjukkan sikap adil terhadap semua orang tua peserta didik 4 Indikator kemampuan guru untuk tidak bersikap diskriminatif terhadap lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi dijabarkan dalam diskriptor:  Guru menunjukkan sikap peduli terhadap lingkungan sekolah  Guru menunjukkan sikap akomodatif terhadap lingkungan sekolah  Guru menunjukkan sikap bekerjasama dengan lingkungan sekolah Ad 2. Kompetensi sosial kedua: berkomunikasi dan bergaul secara efektif Kompetensi sosial dalam bentuk kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut. a. Subkompetensi mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik ini memiliki indikator esensial: a berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, dan b bergaul secara efektif dengan peserta didik 1 Indikator berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik dijabarkan dalam diskriptor:  menunjukkan sikap terbuka dalam berkomunikasi dengan peserta didik  berkomunikasi secara santun terhadap peserta didik 6  berkomunikasi secara objektif berdasarkan data dan fakta 2 Indikator bergaul secara efektif dengan peserta didik dijabarkan dalam diskriptor:  menunjukkan perilaku supel dan simpatik dalam bergaul dengan peserta didik  bertindak empatik terhadap peserta didik  memiliki kepekaan intrapersonal terhadap peserta didik b. Subkompetensi mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik ini memiliki indikator esensial: a berkomunikasi secara efektif dengan sesama pendidik, dan b bergaul secara efektif dengan sesama pendidik 1 Indikator berkomunikasi secara efektif dengan sesama pendidik dijabarkan dalam diskriptor:  menunjukkan sikap terbuka dalam berkomunikasi dengan sesama pendidik  berkomunikasi secara santun terhadap sesama pendidik  berkomunikasi secara objektif berdasarkan data dan fakta 2 Indikator bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dijabarkan dalam diskriptor:  menunjukkan perilaku setia kawan, supel dan simpatik terhadap korp pendidik  membentuk tim kerja yang fungsional  bertindak empatik terhadap sesama pendidik  memiliki kepekaan intrapersonal terhadap sesama pendidik c. Subkompetensi mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan tenaga kependidikan ini memiliki indikator esensial: a berkomunikasi secara efektif dengan tenaga kependidikan, dan b bergaul secara efektif dengan tenaga kependidikan 1 Indikator berkomunikasi secara efektif dengan tenaga kependidikan dijabarkan dalam diskriptor:  menunjukkan sikap terbuka dalam berkomunikasi dengan tenaga kependidikan  berkomunikasi secara santun terhadap tenaga kependidikan  berkomunikasi secara objektif berdasarkan data dan fakta 2 Indikator bergaul secara efektif dengan tenaga kependidikan dijabarkan dalam diskriptor:  membina hubungan baik, supel dan simpatik dengan tenaga kependidikan  bertindak empatik terhadap tenaga kependidikan  memiliki kepekaan intrapersonal terhadap tenaga kependidikan 7 d. Subkompetensi mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orangtuawali peserta didik ini memiliki indikator esensial: a berkomunikasi secara efektif dengan orangtuawali peserta didik, dan b bergaul secara efektif dengan orangtuawali peserta didik 1 Indikator berkomunikasi secara efektif dengan orangtuawali peserta didik dijabarkan dalam diskriptor:  menjalin komunikasi dialogis dengan orangtuawali peserta didik  menerima kritik dan saran konstruktif dari orangtuawali peserta didik  mengkomunikasikan secara objektif berdasarkan data dan fakta tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik yang bersangkutan 2 Indikator bergaul secara efektif dengan orangtuawali peserta didik dijabarkan dalam diskriptor:  membina hubungan baik, supel dan simpatik dengan orangtuawali peserta didik  bertindak empatik terhadap orangtuawali peserta didik  memiliki kepekaan intrapersonal terhadap orangtuawali peserta didik e. Subkompetensi mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan masyarakat sekitar ini memiliki indikator esensial: a berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat sekitar, dan b bergaul secara efektif dengan masyarakat sekitar 1 Indikator berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat sekitar dijabarkan dalam diskriptor:  menjalin komunikasi dialogis dengan tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar  menerima kritik dan saran konstruktif dari masyarakat sekitar  berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara objektif berdasarkan data dan fakta dalam rangka meningkatkan profesionalitas 2 Indikator bergaul secara efektif dengan masyarakat sekitar dijabarkan dalam diskriptor:  membina hubungan baik, supel dan simpatik dengan masyarakat sekitar  bertindak adaptif terhadap masyarakat dan budaya sekitar  menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain  memiliki kepekaan sosial dalam kehidupan bermasyarakat Ad 3. Kompetensi sosial ketiga: beradaptasi di tempat bertugas Kompetensi sosial dalam bentuk kemampuan pendidik untuk beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman 8 sosial budaya ini dapat diurai dengan indikator esensial dan diskriptor sebagai berikut ini. a. Kompetensi sosial guru dalam bentuk kemampuan guru untuk beradaptasi di tempat bertugas merupakan indikator esensial dengan diskriptor:  Guru dapat bekerja secara optimal di tempat tugas.  Guru kerasan bekerja di tempat tugas.  Guru menunjukkan kesehatan kerja kewarasan di tempat tugas. b. Kompetensi sosial guru dalam bentuk kemampuan guru untuk beradaptasi di tempat bertugas dijabarkan dalam indikator esensial kemampuan guru untuk beradaptasi dengan keragaman sosial budaya di tempat bertugas dengan diskriptor:  Guru dapat menyesuaikan diri keragaman sosial budaya di tempat bertugas.  Guru menunjukkan sikap menghargai keragaman sosial budaya di tempat bertugas.  Guru menunjukkan sikap arif terhadap keragaman sosial budaya di tempat bertugas. Ad 4. Kompetensi sosial keempat: berkomunikasi dengan komunitas profesi Kompetensi sosial dalam bentuk kemampuan pendidik untuk berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain ini dapat diurai menjadi dua subkompetensi. Kedua subkompetensi sosial yang dimaksud adalah subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut ini. a. Subkompetensi kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Subkompetensi ini ini mempunyai indikator esensial kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri baik secara lisan, tulisan maupun bentuk lain dengan diskriptor:  Guru berperan aktif dalam asosiasi profesi gurupendidik.  Guru berperan baik pasif sebagai peserta maupun aktif sebagai pembicara dalam seminar pengembangan profesi.  Guru berperan aktif dalam rangka pengembangan loyalitas korp profesi gurupendidik. b. Subkompetensi kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan komunitas profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Subkompetensi ini ini mempunyai indikator esensial kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan komunitas profesi lain baik secara lisan, tulisan maupun bentuk lain dengan diskriptor:  Guru menunjukkan peran aktif dalam bekerjasama dengan profesi lainnya.  Guru berkomunikasi dengan profesi lain guna pengembangan wawasan pengetahuan. 9

D. Cara-cara Mengembangkan Kompetensi