FASILITASI TEACHING CLINIC PASCA SERTIFIKASI GURU
S U B D I N A S P T K N K
DINAS P DAN K PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2010
FASILITASI GURU SMA DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN KOMPETENSI SOSIAL GURU PASCA SERTIFIKASI
1
Oleh Mudiyono
2
PGSD FKIP UKSW Salatiga A.
Pendahuluan
Sebagaimana kita ketahui bahwa pemerintah Indonesia akhir-akhir ini berusaha keras untuk meningkatkan citra dan martabat guru sebagai jabatan profesional di
masyarakat. Salah satu bentuk nyatanya adalah diadakannya program sertifikasi guru. Pada hakikatnya, tujuan utama guru mengikuti program sertifikasi untuk dapat
menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi guru, bukan semata-mata untuk mendapatkan
tunjangan profesi. Jadi tunjangan profesi harus kita maknai sebagai konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang dituntut berdasarkan acuan standar
profesionalitas kompetensi guru.
Itu berarti bahwa setelah lolos program sertifikasi pendidik, pada satu sisi, seorang guru sah menyandang sertifikat pendidik, yang berarti secara yuridis formal
memiliki kompetensi guru untuk melaksanakan tugas profesional pendidik. Pada sisi lain, guru bersertifikat pendidik itu harus mampu menunjukkan kiprah nyata seorang
pejabat profesional dan membuktikan produktivitas hasil kinerjanya. Untuk memper- siapkan hal yang terakhir itulah diperlukan peran dan kiprah kepala sekolah untuk
mengembangkan kompetensi guru, khususnya kompetensi sosial guru. Tulisan ini dibuat guna memberi bekal kepala sekolah dalam rangka menyusun rencana tindak
guna mengembangkan kompetensi guru, khususnya untuk kompetensi sosial guru.
B. Mengenali Konsep Dasar Kompetensi Guru
Pengertian sederhana yang mendasar dari kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan Syah, 2000:229. Kemampuan atau kecakapan yang dimaksudkan dalam
kompentensi itu menunjuk pada suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kemampuan atau kecakapan kualitatif maupun yang
kuantitatif Usman, 1994:1. Lebih rinci McAhsan 1981:45 mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person
achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”.
Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, kecakapan atau
1
Disampaikan pada Forum Fasilitasi Teaching Clinic Pasca Sertifikasi Guru Propinsi Jawa Tengah tgl 14-16 Agustus 2010
2
Dosen S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
1
keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dicapai seseorang, yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia mampu mengkinerjakan perilaku kognitif,
afektif, dan psikomotor konatif tertentu secara memuaskan.
Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak pada sebuah
tugaspekerjaan. Kompetensi juga merujuk pada kecakapan seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung-jawab yang diamanatkan kepadanya dengan hasil
baik dan piawimumpuni Margono, 2003. Dengan demikian kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman,
apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk unjuk kerja dalam menjalankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam
pekerjaan nyata.
Kompetensi dapat dipilah menjadi tiga aspek. Ketiga aspek yang dimaksud adalah: 1 kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi
dan harapan yang menjadi penciri karakteristik seseorang dalam menjalankan tugas, 2 penciri karakteristik kompetensi yang digambarkan dalam aspek pertama itu tampil
nyata manifest dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk kerjanya, dan 3 hasil unjuk kerjanya itu memenuhi suatu kriteria standard kualitas tertentu.
Aspek pertama sebuah kompetensi menunjuk pada kompetensi sebagai gambaran substansi materi ideal yang seharusnya dikuasai atau dipersyaratkan untuk
dikuasai oleh seseorang dalam menjalanakan pekerjaan tertentu. Substansi materi ideal yang dimaksud meliputi: kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat,
pemahaman, apresiasi dan harapan-harapan penciri karakter dalam menjalankan tugas. Dengan demikian seseorang dapat dipersiapkan atau belajar untuk menguasai
kompetensi tertentu sebagai bekal ia bekerja, misalnya kompetensi: guru, dokter, pengacara, arsitek. Substansi apa yang dipersiapkan atau apa yang diajarkan adalah
materi-materi yang relevan dengan gambaran skopa tugas dan tanggung-jawabnya dalam pekerjaan tertentu itu.
Aspek kedua merujuk pada kompetensi sebagai gambaran unjuk kerja nyata yang tampak dalam kualitas pola pikir, sikap dan tindakan seseorang dalam
menjalankan pekerjaannya secara mumpuni. Seorang dapat berhasil menguasai secara teoritik seluruh aspek material kompetensi yang diajarkannya dan
dipersyaratkan, namun begitu jika praktek sebagai tindakan nyata saat menjalankan tugas atau pekerjaan tidak sesuai dengan standard kualitas yang dipersyaratkannya
maka ia tidak dapat dikatakan sebagai orang yang berkompeten, tidak mumpuni atau tidak piawi.
Aspek ketiga merujuk pada kompetensi sebagai hasil output dan atau outcome dari unjuk kerja berpiawian. Kompetensi seseorang mencirikan tindakan, berlaku serta
mahir dalam menjalankan suatu tugas untuk menghasikan tindakan kerja yang efektif dan efisien. Hasil tindakan yang efektif dan efisien merupakan produk dari kompetensi
seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. Keefektifan itu utamanya dinilai dari pihak di luar dirinya. Sehingga ditinjau dari unjuk hasil kinerjanya, pihak lain
dapat menilai seseorang apakah dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya apakah berkompeten, efektif dan terkesan profesional atau tidak.
Terkait dengan substansi kita membicarakan kompetensi guru di Indonesia, maka rujukan utama kompetensi guru mengacu pada formulasi standar kompetensi guru
sebagaimana telah dirumuskan dan diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
2
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru menunjuk
pada aspek kualitas guru dalam menjalankan fungsi profesionalnya mengajar dan mendidik Majid, 2005:6. Kompetensi guru tersebut terwujud dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan profesional pada saat menjalankan fungsi utama profesinya sebagai guru. Seperangkat kemampuan yang harus dimiliki
guru tersebut harus searah dengan kebutuhan pendidikan di sekolah kurikulum, tuntutan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Itu berarti
bahwa kompetensi guru merupakan kesesuaian antara kemampuan, kecakapan dan kepribadian guru dengan perilaku dan tindakan atau kemampuan yang mumpuni
dalam melaksanakan seluruh tugas berkaitan dengan aktivitas-aktivitas yang menjadi tanggung-jawab fungsi profesionalnya sebagai guru.
Kompetensi guru, berdasarkan rumusan dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat 1, meliputi empat dimensi kompetensi.
Keempat macam dimensi kompetensi guru yang dimaksud adalah: a komptensi pedagogik, b kompetensi kepribadian, c kompetensi sosial, dan d kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam konteks tulisan ini hanya dibicarakan satu macam dimensi kompetensi guru yaitu: kompetensi sosial guru.
C. Mengenali Kompetensi Sosial Guru